Wonwoo's side
Napasku tercekat rasa-rasanya oksigen menguar hilang dari ruangan ini ketika secara tak sengaja mataku bertemu pandang dengan tatapannya yang setajam tatapan elang. Tidak hanya aku, sepertinya semua manusia yang ada di lobby rumah sakit ini juga merasakan hal yang sama, kehabisan oksigen. Ketukan sepatu pantofel yang beradu dengan lantai marmer, jas putih yang dilampirkan di lengannya, kemeja biru muda lengan panjang yang digulung sampai siku, dipadukan celana bahan hitam yang sangat pas dengan tungkai jenjangnya, dan jangan lupakan garis wajah dengan pahatan tulang rahang yang tegas, serta rambut hitam legam yang tersisir rapi. Sepertinya mood Tuhan sedang sangat baik ketika menciptakannya. Aku sampai lupa dengan sakit leher yang mendera sejak tadi, maklumlah aku baru saja menyelesaikan operasi bedah maxillofacial pada pasien kecelakaan tadi sore 4 jam lamanya.
"Dok, ini laporan terakhir tanda vital pasien yang tadi sore." Dokter Lee Jihoon yang sejak tadi mendampingiku di ruang operasi tiba-tiba menghampiri dan memberi map rekam medis pasien tersebut.
"Ah iya terima kasih, Dokter Lee. Apa ruang istirahat di Departemen Bedah masih kosong? Sepertinya aku tidak akan pulang dan ingin bermalam di sini saja." ujarku lelah.
Jihoon mengangguk cepat dan mengatakan bahwa masih ada ranjang kosong di ruang istirahat. Aku pun segera berlalu sampai tiba-tiba Jihoon telah berjalan di sampingku,
"Dokter Jeon, kita kedatangan Kepala Departemen Bedah yang baru. Kabarnya beliau juga anak salah satu pemegang saham rumah sakit ini. Di usianya yang muda, pengalamannya sebagai dokter spesialis bedah patut diacungi jempol lho Dok, dan sepertinya usianya tidak jauh berbeda denganmu." Jihoon bercerita dengan penuh semangat dan aku hanya mengangguk sekilas karena sakit leher yang menderaku, ah posisi yang tidak ergonomis membuatku menderita.
Sial! Buat apa selama ini aku bekerja mati-matian menjadi teladan, memperbaiki attitude, dan berusaha memenuhi semua kualifikasi untuk menjadi kepala departemen jika jaman sekarang masih saja ada praktik 'jalur belakang' untuk mendapatkan jabatan. Baiklah sepertinya permainan Mari-Menyusahkan-Kepala-Departemen-Bedah-Yang-Baru akan menyenangkan.
~~~
Ruang duduk di Departemen Bedah memang bebas untuk siapa saja tetapi kamar istirahat khusus dokter dan perawat memang dipisah, ah juga jangan lupakan kamar istirahat lelaki dan perempuan sudah pasti dipisah. Aku menghempaskan tubuhku di sofa ruang duduk Departemen Bedah, tak lama Jihoon masuk dan duduk di depanku.
"Kau mau kubuatkan susu cokelat hangat, Wonwoo-ya?" Jihoon adalah sahabatku, jika sedang istirahat seperti ini kami menanggalkan segala embel-embel gelar dalam panggilan kami.
"Tidak perlu, aku sedang ingin minum air putih hangat saja." Ujarku cepat sambil memijat leherku yang sakit karena kelamaan menunduk saat operasi tadi.
"Ah, ngomong-ngomong, siapa nama kepala departemen kita yang baru?" Aku membuka pembicaraan, ingin tahu seperti apa sosok orang yang berani main 'jalur belakang' itu.
"Siapa ya? Ah, aku tidak ingat, lagipula besok kan hari perkenalannya. Besok juga kita akan tahu. Dan kau harus tahu, dia sangat tampan, ya Tuhan. Kau harus melihatnya Won, sungguh!" Jihoon bercerita dengan menggebu-gebu.
"Ya, ya, ya. Tampan saja tak cukup Jihoonie, berperilaku baik itu baru nilai plus. Lagipula aku tidak peduli, aku juga tidak kalah tampan kok. Kalau cantik baru aku peduli." Aku mendebat ucapannya dengan telak.
"Terserahlah, sulit mengubah orang konservatif sepertimu, dan lagipula jangan menyesal jika nanti kau menyukainya." Jihoon tak mau kalah dan aku hanya mengangguk-angguk sambil mencebikkan bibir dengan ekspresi remeh.
"Apa kau bilang?! Aku? Menyukainya? Yang benar saja, wanita masih banyak yang cantik Ji, aku tidak sepertimu dengan Soonyoung-mu itu." Bentakku sambil meremas paper cup dengan emosi.
"Ah ya ya terserah, aku harus segera pergi Won, tak apa kan jika aku tak menemanimu bermalam di sini? Aku ada janji menghabiskan malam dengan Soonyoung." Ujarnya terkekeh. Aku mengangguk mengulas senyum malas dan Jihoon pun berlalu.
Aku beranjak ke kamar istirahat, hendak membuka pintu besar, pembatas antara ruang duduk dan kamar istirahat, jika pintu besar dibuka maka akan ada lorong sedikit dan berjajar pintu kamar istirahat perempuan dan pintu kamar istirahat laki-laki. Baru saja aku mendorong kenop pintu besar, mata tak berdosaku disuguhkan pemandangan yang membuat kepala rasanya mau pecah, ah ralat mungkin sekarang mataku telah berdosa. Dua orang pria sedang berciuman panas di depan pintu kamar istirahat laki-laki.
To be continued
P.S.
Selamat membuka kotak pandora! Kira-kira yang lagi ciuman enaknya diapain yaa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [Meanie] ✓
FanfictionJeon Wonwoo, dokter muda yang sukses dengan gelar spesialis bedah. Konservatif dan hidupnya sangat terikat peraturan. Baginya, hidup yang lurus-lurus saja akan lebih menenangkan. ~~~ Kim Mingyu, dokter kepala departe...