Setiap orang dapat melabuhkan hatinya pada bermacam-macam, pada hati orang lain, pada buku-buku, pada puncak gunung, pada bibir pantai, atau pada dinding-dinding dingin garbarata, pada setiap persimpangan jalan, pada pekerjaan, atau yang paling buruk adalah labuhan pada kenangan-kenangan yang menjebak. Tapi Mingyu berbeda, ia tak lagi melabuhkan pada hati yang salah. Perasaan abu-abu selama hampir sembilan tahun dengan Jisoo kini sudah menemukan titik terang. Ada satu malam dimana mereka duduk dan makan bertiga, Mingyu, Jisoo, dan kekasih JisooㅡLee Seokmin. Tidak seperti pertemuan yang membuat emosi naik hingga ke ujung kepala, yang ada hanyalah gelak tawa seperti seorang sahabat lama yang kembali bertemu. Seokmin tidak buruk, begitu menurut kacamata Mingyu. Ada saja obrolan ringan bahkan lelucon level rendahan yang dilontarkan Seokmin untuk menghiasi makan malam mereka. Mingyu berdamai dengan hatinya, dengan perpisahannya bersama Jisoo.
Lain Mingyu, lain pula cerita Wonwoo. Ia tidak lagi melabuhkan perasaannya pada kenangan-kenangan indah yang menjebak, yang pernah diisi penuh oleh sosok Kim Jongin. Wonwoo telah mengosongkan hatinya, membiarkan kursi tahta tertinggi itu mendingin dan kosong. Pria manis itu lebih terbuka sekarang, tidak memandang kaku terhadap orang lain, serta mulai mau berinteraksi dengan hangat pada orang-orang di sekitarnya. Tidak ada lagi dokter Jeon yang dingin dan datar. Sosoknya berubah kutub, dari sedingin meridian kini sehangat ekuator. Wonwoo lebih banyak tersenyum, kadangkala jika kafetaria rumah sakit sedang penuh dan Kyungsoo dengan ramahnya menawarkan duduk satu meja, maka Wonwoo memilih untuk memenuhi tawaran wanita cantik itu. Sesekali berbincang tentang bagaimana menggemaskannya Junsoo. Wonwoo berdamai, dengan kenangannya, dengan perpisahannya bersama Jongin.
~~~
"Setelah ini kau sibuk?" Mingyu bertanya kepada pria di hadapannya yang sedang sibuk dengan jurnal perkembangan teknologi bedah paling mutakhir abad ini.
"Tidak juga. Memangnya kenapa?" Wonwoo menengadahkan kepalanya, membalas tatapan Mingyu yang sejak tadi menghujani dirinya.
"Aku ingin minum soju dan makan kaki ayam pedas. Lagipula hari ini Jihoon yang mendapat giliran jaga, jadi tidak masalah bukan?" Mingyu berujar lagi sambil membereskan laporan pertanggungjawaban departemen bedah yang baru saja ia selesaikan.
"Oh kau ingin minum soju, ya silakan saja. Mengapa harus laporan padaku?" Wonwoo berbicara dengan intonasi yang membuat Mingyu sangat ingin menjitak kepala teman satu departemennya itu. Iya, teman.
"Eiiyy, dasar pria tidak peka!" Bibir Mingyu mencebik disertai sungutan yang membuatnya terlihat sangat lucu.
"Jadi kau berniat mengajakku? Bilang dengan jelas, Kim. Jangan hanya memberi kode. Aku tidak mengerti." Wonwoo terkekeh cukup keras melihat tingkah Mingyu yang kekanakkan. "Lagipula aku tidak bisa, aku harus menjaga Haesoo."
Kening Mingyu berkerut, sebenarnya rahasia apalagi yang ada di hidup pria sedingin kutub utara ini. "Haesoo?" Mingyu mengulang nama itu dengan nada introgatif.
"Ah dia putri satu-satunya Seulgi-noona. Memangnya aku belum cerita ya?" Wonwoo mengetukkan bolpoin yang sejak tadi digenggam ke arah dagunya yang malah terlihat sangat lucu di mata Mingyu.
"Kalau tidak dipaksa, kau tidak akan bercerita apapun padaku, Jeon. Bukankah kita teman sekarang?" Pria tinggi itu menarik kursi untuk duduk di hadapan Wonwoo dan siap mendengar cerita pria manis itu.
"Aku tinggal bersama Seulgi-noona sejak aku berpisah dengan Jongin-hyung. Kakakmu selalu menyindirku untuk menyukai anak-anak. Puncaknya adalah ketika ia tidak sengaja bertemu dengan Kyungsoo-noona, tidak lama setelah itu, dengan segala kesempurnaan tak berbatas yang ia lihat pada Kyungsoo-noona ... Hmm, hatinya berpaling. Maka aku memutuskan untuk pergi dari apartemen yang kita tinggali bersama waktu itu dan yaaah ... Aku bersama Seulgi-noona sampai saat ini. Lagipula aku tahu ia butuh teman setelah lelaki tak bertanggung jawab menghamilinya kemudian hilang ditelan bumi." Wonwoo mengesah, sedikit bagian hatinya tidak percaya bahwa ia bisa dengan mudahnya bercerita rahasia terdalamnya kepada Mingyu.
"Kau ... Tidak apa-apa menceritakan semua ini padaku?" Kali ini Mingyu yang menggenggam tangan Wonwoo dengan erat. Menyalurkan segenap afeksi yang ia punya untuk pria manis di hadapannya. Wonwoo mengangguk kecil. "Berarti kau, bertanggung jawab terhadap perawat Kang dan putrinya?" Mingyu bertanya hati-hati dengan nada yang tak yakin.
"Jika maksudmu aku bertanggung jawab dengan menikahinya, kau salah. Aku hanya tinggal bersama, di apartemen yang cukup besar, serta memiliki ruang pribadi masing-masing. Menjaga putrinya yang sudah kuanggap keponakanku sendiri. Anggap saja aku adik laki-laki Seulgi-noona. Ya seperti itulah. Lagipula, kau sudah tahu aku pernah punya cerita dengan kakakmu 'kan. So, ya aku tidak selurus yang kau kira." Wonwoo kembali tertawa dan detik itu juga dunia Mingyu berhenti berputar. Otak pintarnya seketika tak mampu mencerna gejolak endorfin yang membanjiri metabolisme tubuhnya hingga ia tak sempat berpikir apa yang terjadi pada detak di bagian dada sebelah kirinya.
Jika jantung Wonwoo berisik ketika Mingyu mengusak rambutnya, maka kali ini dunia Mingyu yang jungkir balik ketika Wonwoo tersenyum dengan manisnya. Semua yang berakhir bukankah akan memiliki titik awal lain yang baru? Maka dengan yakin Mingyu mendeklarasikan dalam hati bahwa titik awal yang baru bermula dari seorang Jeon Wonwoo, pria yang berperangai sedingin rubah hutan konifer namun menjadi sehangat matahari musim semi ketika berhasil dekat dengannya.
~~~
"Kau yakin akan memberitahu Mingyu secepatnya tentang pertunangan kita Shua-ya?" Seokmin memeluk punggung kekasihnya yang sedang sibuk membuat teh krisan di dapur apartemen mereka.
"Aku yakin, sungguh. Lagipula kau tidak lihat foto-foto yang dikirimkan Jihoon dan Soonyoung selama ini? Mingyu mulai dekat dengan Wonwoo. Mereka cocok 'kan? They're looks fit to each other. Tidak salah aku terus memantau Wonwoo sejak ia berpisah dengan Jongin. Hidup kita memiliki buku ceritanya sendiri-sendiri Seokmin-ah. Terima kasih telah menungguku selama ini dan bersedia menjadi penutup lembaran ceritaku." Jisoo berbalik menghadap Seokmin dan menjatuhkan kecupan pada ujung hidung bangir milik pria dengan senyum secerah mentari pagi itu dengan sedikit berjinjit.
"My pleasure, sayang." Seokmin menyatukan kening mereka dan saling tersenyum.
~~~
To be continued
P.S.
Nggak tau kenapa aku ngerasa ini fanfict ter-failed yang pernah aku bikin. Aku ngerasa gak maksimal dalam development character tiap tokoh di sini. Sedih, padahal udah sempet hiatus buat fanfict ini. Konflik yang aku angkat di sini juga nggak nge-feel karena aku tipikal yang lebih suka mengeksplor konflik internal diri sendiri dari tiap tokoh, Mingyu yang berjuang dengan traumanya, Wonwoo yang menyangkal perasaannya, dan Jisoo yang berusaha menjadi benang merah mereka, jadi yaa konflik-konflik masalah kebohongan Jisoo dan perjodohan Mingyu kemaren bener-bener selingan doang.
So, 2 chapter lagi fict ini akan selesai.
Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [Meanie] ✓
Fiksi PenggemarJeon Wonwoo, dokter muda yang sukses dengan gelar spesialis bedah. Konservatif dan hidupnya sangat terikat peraturan. Baginya, hidup yang lurus-lurus saja akan lebih menenangkan. ~~~ Kim Mingyu, dokter kepala departe...