Hari ini, akan kuluruskan semua yang berbelit dan terbelit diantara kita.
Bukan, diantara kamu dan aku.
Aku salah ternyata. Mengartikan kamu sebagai cinta, itu merumitkan.Aku yang salah mengartikannya. Atau memang kamu yang ingin membuatku mengartikannya demikian. Kamu, adalah lelaki yang pantas untuk menguatkan tapi tak pantas untuk aku relungkan.
Kamu terlalu indah untuk aku jadikan cerita, namun terlalu bosan untuk dijadikan tokoh utama. Berbelitkah maknaku untuk saat ini? Layak itu, sekarangpun otakku bekerja keras memikirkan. Sebenarnya, apa maknamu dan siapa kamu dihidupku, begitu?
Inginku, kamu yang menjadi penenang lelahku. Namun, kamu menginginkan menjadi obat tidur baginya.
Inginku, kamu yang menjadi teman keluh kesahku. Namun, kamu menjadi bahu bagi sakitnya.
Inginku, tawamu yang menjadi canduku. Namun, bahagiamu sudah menjadi santapannya setiap saat.
Inginku, kamu yang menemani malam suntukku. Nyatanya, kamu menghitung bintang dengannya.Begitu banyak inginku, namun tak satupun kugapai. Begitu banyak inginku, namun itu hanya sekedar ingin. Belum berarti terlaksana bukan?
Sejujurnya pula, aku lelah terus menulis ini untukmu. Aku lelah terus berpura-pura tersenyum saat kamu juga berpura-pura atas kita. Lelah, inginku akhiri saja semua tulisan ini. Rasanya semakin bosan saja, hidupku terus berporos padamu.
Aku butuh nafas, aku butuh bebas. Bukan kamu yang terus mendesak sesak.Kuharap kamu hilang. Maka dengan sendirinya cerita ini berakhir tanpa kata ingin diakhiri.
Tak apa, bila saat ini semua yang ingin kuakhiri hanya sebatas ingin.
Tak apa pula, bila kamu juga berpura-pura hanya sebatas ingin membahagiakan sesaat.Aku percaya saja, bahwa pada saatnya nanti. Kata ingin tak hanya terucap, namun juga terlaksana. Sebab, lelah yang tak terkira akibat menunggu yang terus berpura-pura bahagia denganku, juga akan lelah. Memilih mengakhiri daripada ingin dilanjuti.
Bukankah fase lelah juga ingin disebutkan saat tak ada lagi harap yang menyapa?
Semoga saja, inginku mengakhiri cerita kepura-puraan ini segera terjadi. Karna sejujurnya, aku sudah lelah dengan kepura-puraan. Sedangkan kata itu tak pernah sanggup terucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Rindu Diantara Sejuta Patah Hati
PoetryDialog antara hati yang patah akibat rindu yang terus mendesak ingin dibalas. Bermodalkan segenggam rindu dan sepatah harapan, aku berharap dia mendengar apa yang aku resahkan. Tanpa memikirkan dia yang ia cinta dengan sangat. Aku tak mengharap dia...