bagian 8 - Biar, lelah, Dan tak lagi peduli

915 18 1
                                    

Malam ini, aku menyapa bulan dan bintang dengan kesunyian (lagi). Kesekian kalinya mungkin, hingga merekapun jenuh terus mendengarkan curahanku yang begitu-begitu saja. Dia lagi, dia lagi. Seolah tak ada kosakata lain dihidupku yang lebih pantas dijenuhkan daripada dia.

Mungkin, kalau bulan dan bintang bisa bicara. Mereka akan bilang "kamu nggak capek apa? Tiap hari ngelamunin dia, mikirin dia, nyedihin dia, semua tentang dia kamu raupkan? Nggak capek? Aku aja jenuh dengernya gimana kamu yang ngejalaninnya?" Kurang lebih begitulah mereka akan mendumel kepadaku tentang dia.

Jujur, bulan bintang. Aku juga lelah sendiri jadinya menghadapi dia. Dia yang selalu saja datang saat dia butuh tapi kalau aku butuh, dia hilang.
Aku juga lelah, menghadapi dia yang itu-itu aja bahasannya. Apalagi kalo bukan doi. Dia kan cuma sahabat ya?
Jujur aja, aku juga lelah kalo cemburu. Cemburu yang tidak beratas namakan apapun.

Aku lelah berpura-pura tersenyum saat kamu menggoda yang lain,
Berpura-pura bahagia saat kamu bercanda dengan yang lain,
Berpura-pura baik saat hati ini terus menjerit tak terima disakiti.

Kalau dahulu,
Aku yang gigih memperjuangkanmu,
Aku yang percaya kamu akan menoleh padaku suatu hari nanti entah kapan,
Aku yang bermimpi kamu disisiku, aku milikmu kamu milikku.
Tapi, itu dulu. Sebelum aku percaya satu hal. Yang menamparku dengan keras, sangat keras. Bahwa kamu saja tak pernah mengungkapkan, bagaimana dia akan membalas. Kamu terlalu pecundang dan takut akan akhir. Takut ia pergi tanpa pernah melengok lagi. Itu yang kamu takutkan sedini hari.

Ya, aku takut. Sebab itu, aku memilih menyembunyikan dan beginilah. Keadaan yang nyaman tak mungkin aku rusak karena sebuah perasaan. Biarkan saja begini. Aku yang akan mundur.


Sekarang semua terserah padamu. Aku sudah lelah, dan sudah berusaha tak peduli lagi. Aku akan memantapkan hatiku untuk melangkah pergi dari hati yang selalu berniat main-main. Sudah cukup, aku tak peduli lagi. Biar nanti kamu tau perasaanku
Biar nanti kamu pergi
Biar nanti aku yang tersakiti
Biar nanti kamu yang menyesal karna sudah mengabaikan
Biar nanti kamu yang menyadari
Biar nanti aku yang memaksa berdiri dan melangkah pergi
Biar, biar semua itu menjadi urusan nanti.
Biar semua itu menjadi urusan semesta.
Aku sudah tak peduli.
Hati ini sudah berdarah dan letih untuk terus optimis, dia akan bersamaku nanti.
Biar saja, pergi saja. Aku sudah tak peduli lagi.

Lelah ini sudah berbicara panjang tentang kamu.
Malam, bintang dan bulan juga sudah letih mendengar poros hidupmu.
Hati ini, juga sudah merelakanmu pergi.


Jangan tanyakan aku,
Sudah jelas bukan? Bagaimana denganku?
Jangan tanyakan, biar itu menjadi urusan tersendiri bagiku.
Cinta sebelah tangan ini. Cinta pada sahabat sendiri ini. Biarkan begini saja. Biarkan aku merasakannya saat itu. Dan cukup saat itu. Ini saatnya aku sembuh sendirinya dengan waktu.

Dan teruntuk kalian yang membaca,
Doakan saja. Semoga ada hal baru lagi yang dia perbuat. Yang membuat aku melambung atau justru semakin patah dan payah.
Agar aku bisa terus menceritakan kisah ini pada kalian.






-ndf

Segenggam Rindu Diantara Sejuta Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang