“Yak saudara-saudari! Kita akan mencapai puncak acara malam ini… Yaitu memilih raja dan ratu dansa malam ini!”
“Raja dan ratu dansa? Dia kira pesta apa-apaan ini? Pesta anak-anak SMA??” gerutu Kunikida. “Ku tidak terlalu peduli sih…” Kata Resia. “Menjadi Raja semalam terdengar tidak masalah, ya kan… Resia?” Tanya Dazai. “Yah… Terdengar membosankan sih…”kata Resia. “Ayo, maukah kau menjadi ratu bunuh diri gandaku?” Tanya Dazai sambil ia mengulurkan tanganya kepada Resia.
“Mulus sekali… Dazai.” Yosano menyeringai. Resia terdiam, memikir keras. Setelah beberapa detik, Resia menaruh tangannya diatas tangan Dazai. “Mungkin semalam saja tidak terlalu membosankan…” Kata Resia, mukanya mulai memerah kembali. Dazai tersenyum lalu menggenggam tangan Resia yang rentan.
Dazai dengan hati-hati menaruh tangannya diatas pinggang Resia dan berdansa mengikuti alunan musik klasik. Resia pun kewalahan mengikuti Dazai, karena selama ini Resia tidak pernah dansa klasik seperti itu.
“Tenang… Pelan-pelan saja… Seperti kau ingin bunuh diri dengan berpuasa sampai titik dimana kau mati.” Kata Dazai. “Itu… kata-kata motivasi yang sungguh tidak berguna…” kata Resia. “Iya kah? Aku gampang termotivasi loh dengan itu!” Senyum Dazai.
‘Ya, karena kau maniak bunuh diri…’
“Lihatlah Yosano-san.”
Resia lihat Yosano berdansa dengan Kunikida yang terlihat menggerutu… seperti dukun yang lagi baca mantra. Sesekali Yosano harus dengan sengaja menginjak kaki Kunikida unutk membuatnya diam. Resia dengan malu-malu menaruh tangan sebelahnya di lengan atas Dazai. Yah, menjadi sedikit tantangan karena Resia lebih pendek daripada Dazai. Malah lebih pendek daripada Atsushi.
“Ya… Seperti itu… Pelan-pelan saja.” Dazai menuntun Resia dengan lembut. Resia pun berhati-hati agar kaki Dazai tidak terinjak olehnya.
Dalam hati, Resia merasa senang secara diam-diam. Entah cinta, entah kagum.
“Akuilah… Itu cinta…”
Resia merasa kenal dengan suara itu. Resia mencoba tenangkan diri. “fufufufufufu… sepertinya dia tidak hanya memberimu harapan, tapi juga peluang!”
‘Diam… Diam…’
“Ayo… Berontaklah… DAN LUMPUHKAN DIA!”
Sekujur tubuh Resia gemetar. “Resia-chan?” Tanya Dazai, mulai khawatir. Resia mendorong Dazai, yang menarik perhatian orang di sekitarnya. “Gunakan abilitymu!”
Resia mencoba menahan tangannya yang memaksa untuk membunyikan jarinya. “A….A-a….” Resia gemetar dan jatuh ke lututnya. “Resia-chan?!” Dazai panik. “LARI!!! DAZAI! SEMUANYA LARI!!” Resia teriak. “A-a-apa?!” Kunikida ikutan panik.
Ability: Bow Down Around Me!
Resia membunyikan jarinya.
“Abilitymu tidak akan mempan pada—“ tiba-tiba tubuh Dazai mati rasa dan lemas. Ia jatuh ke lantai tidak berdaya seperti semuanya yang berada di gedung, bahkan di luar gedung. LUMPUH. “A-a-aapaan ini?!” Dazai panik dan bingung.
“KYAAAAA!!!!”
“A-a-apaan ini?!!”
“Resia!” Yosano teriak.
“Ahahahahaha! Ternyata memanipulasi pikirannya benar-benar tindakan yang benar.”
Resia tertarik ke atas dengan sendi-sendinya. Seorang wanita cantik turun dari atas. “Fufu… Kau akan menjadi bonekaku yang indah…” Kata wanita itu.
“Siapa kau!” Teriak Kunikida. “Hah… Seorang penonton tidak perlu peduli dengan sang dalang…” Wanita itu lompat lagi ke atas chandelier sambil menggerakkan jarinya. “Agh! Ku… Tidak bisa kendalikan tubuhku!” Resia berjalan ke Dazai dan mengangkatnya di leher. Dazai benar-benar tidak berguna karena ia lumpuh. “Aku… Seharusnya tidak terpengaruh!” keluh Dazai.
Wanita itu menyeringai dan menembak Dazai tepat di kepalanya.
DOR
Yak, ane tau ini pendek banget
KAMU SEDANG MEMBACA
Double-SUICIDE (Dazai x OC) (indo. ver)
Fanfiction[COMPLETED] #7 in indofanfic (8 Juli 2018) #2 in osamu (22 Juli 2018) #3 dazaixreader (29 Agustus 2018) wait, what-- #6 in xoc (15 September 2018) Cerita ini di dedikasikan kepada teman" ane... Siapa sangka seseorang yang bosan dengan hidup dapat me...