10. Sebuah misi

88 13 18
                                    

NOW PLAYING : Shawn Mendes - Treat you better.

***

BAGIAN SEPULUH

Gue pengen yang nyata, bukan hanya pura-pura.

***

"APA? Jadi pacar pura-pura lo?" teriak Gama, membuat tatapan seisi kantin yang melugat ke arahnya.

Fela membungkam mulut Gama rapat lalu melepasnya. "Kagetnya biasa aja. Gausah alay gitu, kali."

"Gak! Enak aja main nyantumin gue ke drakor aneh lo itu," dengan cepat Gama menolak.

Duh dasar sok jual mahal, kalau bukan karena misinya Fela tidak sudi memohon kepada cowok itu.

"Kalo gitu gue gak jadi maafin lo." ini terdengar seperti ancaman bagi Gama.

"Terserah lo, gue gak peduli." ucap Gama melipat kedua tangannya di dada.

"Lo ganteng deh,"

Gama terkekeh geli, "Gak mau sombong gue."

"Dih, please lah bantuin gue. Sekali aja," sumpah demi apa Fela memohon seperti ini.

"Gue punya saran yang lebih bagus. Mending lo kabur dari rumah, terus bikin video nangis-nangis. Udah, jadi hits deh." Gama aneh, gila.

Lebih baik Gama di balas dengan tatapan tajam daripada berdebat yang akhirnya membuat orang naik darah.

"Serius lo ganteng banget hari ini."

"Iya gue tau."

Astaga cowok ini sangat menggemaskan, ingin sekali kuku panjang Fela dengan senang hati mencakar wajah sok gantengnya itu.

"Iyain napa,"

"Jawabannya tetap enggak. Gue itu bukan pelampiasan di saat pemeran utama gak ada." balas Gama, beranjak pergi.


•••

Suara riuh para murid di kelas 11 Ips 1 membuat gendang telinga siapapun yang mendengarnya akan lupa dunia. Lagu goyang dombret sangat menggema disana, volume di keraskan. Siapa lagi pemimpinnya kalau bukan Fela dan Dhea.

Mereka berdua berjoget tanpa malu di atas bangku tanpa ada rasa malu. Banyak siswa ataupun siswi mengabadikannya di sosmed. Rasanya senang memiliki teman gokil dan gila seperti mereka berdua.

Di tengah asyik berjoget di lengkapi siulan nakal dari para murid, tiba-tiba musik berhenti. Sontak suasana menjadi hening.

"Woy siapa yang berani matiin musiknya? Cari mat---"

Niat Fela yang hendak marah terurungkan ketika melihat Bu Tuti yang berada di ambang pintu. Semua murid kembali ke tempatnya masing-masing.

Fela masih berdiri diatas bangku, tanpa ada niatan turun. Wanita itu terkejut, wajah bahagianya berubah menjadi kebencian.

"Fel, turun. Siang begini lo mau dihukum bu Tuti lari keliling lapangan?" bisik Dhea, mengajak Fela turun dan akhirnya temannya itu menuruti perkataannya.

Pandangan Fela masih terarah ke Bu Tuti. Oh bukan-bukan, bola mata Fela tidak memandang ke gurunya itu. Melainkan ke arah orang yang selama ini dia hindari.

Relationship GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang