Nyonya Briffen tidak sarapan denganku, yang kuduga aneh. Kami selalu sarapan bersama. Ia juga tidak berbicara padaku. Aku mencoba mengingat hal yang telah kulakukan yang mungkin membuat ia bersikap seperti ini. Tapi tak bisa.
Aku pergi ke perpustakaan di ujung lorong untuk melegakan kebosananku yang sudah memuncak. Siapa yang tahu tinggal di rumah semegah ini dapat terasa lemah?
Aku belum membaca buku dalam jangka waktu lama. Di rumah, kebanyakan aku harus membantu pekerjaan rumah ibu dan lemari bukuku hanyalah tumpukkan buku lama yang telah kubaca banyak kali jadi aku perlahan terpaksa menjahit dan mengorigaminya untuk menghibur.
Gambaran itu sendiri meneriakki kebosanan. Tapi itu benar. Tak ada yang dapat kulakukan selain itu.
"Bangun awal sekali?" Aku menjentik kepalaku ke samping. Harry menenggelamkan giginya pada sebuah apel yang ia pegang, mengambil gigitan besar. Ia mulai berjalan di lorong, melempar-lempar buah yang telah ia makan setengah itu di tangannya.
"Ini jam dua-belas siang." Balasku tanpa basa-basi.
"Itu pagi bagiku." Balasnya dengan mulut penuh, suara bangun paginya masih terdengar jelas dengan nada bergumam.
Aku mengibaskan kepalaku selagi senyumku terpancar. Saat Harry meraih pintu masuk ia membungkuk untuk memakai sepatunya. Lalu aku merasa matanya berada padaku. Pada dasarnya memataiku dari ujung kaki hingga kepala. Bukannya sombong tapi aku pernah dilihat oleh pria sebelumnya dan aku selalu merasa tak percaya diri dan jijik setiap kalinya.
Jadi kehebohan yang meledak ini merupakan sesuatu yang tak asing. Aku sangat malu merasa seperti ini, walaupun itu bukan sesuatu yang dapat kukontrol. Apa yang akan ibuku pikir jika ia tahu?
"Aku berpikir akan memakan masakan Cina untuk makan malam." ucapnya.
"Oh, dengan temanmu?" Aku berbalik melihatnya.
"Tidak." Ia mengangkat tas di bahunya selagi ia berdiri tegap. Ia sangat tinggi. "Dirumah, aku berpikir akan memesannya. Bagaimana menurutmu?"
"Terdengar bagus." jawabku.
"Kau... suka makanan Cina kan?"
"Ya." Ia ingin pendapatku? "Nenekku sering memasaknya." Aku menahan sebuah senyum. "Apakah kau mengundang orang?"
Harry menunduk, mengeluarkan tawa kecil selagi ia mengusap lehernya. "Tidak." Apakah aku ketinggalan sesuatu?
~~~~~~~~~~~~~
Aku baru sampai bagian lima buku The Time Keeper sesaat mataku terpejam. Udara dingin diluar jelas berdampak bagiku. Aku dapat jatuh tidur kapanpun saat udaranya sejuk. Hari ini jelas merupakan salah satu hari malasku.
Aku memiliki perasaan aku akan jatuh tidur dan bermimpi indah tapi itu sulit karena aku cemas tentang ibu dan adikku. Terakhir aku mendengar situasi ibuku tidak cukup baik.
Tapi kelopakku semakin memberat setiap detiknya. Tidur melupakan salah satu tempat peristirahatanku semenjak aku tiba di rumah besar ini. Itu membantuku kabur dari kenyataan dan itu salah satu hal yang ingin kulakukan. Tapi beberapa hari terakhir, aku menemukan diriku menginginkan sesuatu selain tidur.
Hampir setiap hari pada minggu ini, aku telah mengantisipasi jam sesaat berhenti di pukul sepuluh. Aku membenci itu karena biasanya pukul sepuluh Harry pulang ke rumah, walaupun terkadang ia akan kembali pergi untuk pesta bersama temannya. Ia secara teknis penawanku, ia kan? Aku bersumpah-serapah karena berpikir tentang ini. Jika ia tidak menciumku, aku tak akan seperti ini.
Aku mendadak terbangun dari tidurku, mataku menegang selagi mencoba untuk menyesuaikan cahayanya. Lalu aku merasa rasa sakit di leherku.
Sebuah tangan besar terkunci di leherku selagi kuku jari tenggelam ke kulitku. Aku berteriak. "Sedang bermimpi, Cinta?" ejek Richard selagi Nyonya Briffen menangis di belakang. Ia menyentakku dari lengan sofa yang kutiduri. Aku cukup positif leherku memar. Air mata mulai bergelinang selagi ia menarik kakiku secara kasar, cengkeramannya meninggalkan rasa sakit yang lama di lenganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Doll (Indonesian Translation)
FanficDalam komunitas yang korup, gadis-gadis muda dijual kepada para pria untuk dijadikan sebagai objek pemuas belaka dan mereka disandra sesuai kehendak para pria. Namun semuanya berubah ketika anak lelaki manja dari seorang pengusaha kaya melintasi bat...