Harry's POV
Bagaimana caranya mereka mengetahui apa yg terjadi dengan Thalia? Bagaimana mungkin mereka tahu bahwa ia berada di rumah sakit?
Menghela napas, aku menyeret diri ke pintu kaca. Darren dan ibu Thalia memaksa agar diijinkan masuk, namun staff rumah sakit bertindak tegas dan menegakkan syarat dan peraturannya, yg mana lucu karena tak ada orang yg pernah mematuhi peraturan di setiap bagian kota ini. Namun demikian rumah sakit ini juga tak terkenal.
Tak diijinkan terkecuali kau menelpon dan membuat perjanjian uang muka atau menyediakan bukti bahwa kau kerabat atau kenalan sang pasien, aku mengetahuinya ketika aku berada disini beberapa tahun lalu dan menyaksikan kematian paman ibu. Dan aku juga tahu bahwa pakaian merupakan pengaruh besar yg akan mereka pertimbangkan sebelum mengijinkan orang masuk. Jika pakaianmu kuno, mereka akan tahu bahwa kau tak bisa membayar uang disini jadi mereka akan segera memecatmu. Peraturan yg sama juga berlaku bahkan jika kau seorang pengunjung, rupanya.
Aku menyadari Darren menegang dan wanita yg terlihat lemah disampingnya sedikit menyentak ketika aku tiba di pintu kaca geser. Mengapa ia menemaninya? Bukankah ia sudah mengetahui hal sialan macam apa yg Darren lakukan di belakangnya? Staff mendadak memutar kepalanya menujuku, menghentikan langkah. Mereka bereaksi padaku sama dengan bagaimana orang bereaksi terhadap ayahku ketika ia memasuki ruangan.
"Kau harus bilang pada mereka." ibu Thalia menekan selembar tisu diantara hidung dan mulutnya dan itu membungkam suaranya. "Aku harus melihat anakku." matanya digelinangi tangisan, jari kurus gemetar selagi mengintipku.
Fokusku berada pada Darren sekarang dan betapa ia memiliki keberanian untuk muncul disini setelah rahasia kecilnya terpampang. Pria ini tahu banyak hal, ia bahkan entah darimana dapat menjejak Thalia. Dan untuk itu, aku tak ingin ia berada di dekatnya.
"Biarkan dia masuk ke ruang tunggu." ujarku pada staff, utamanya pada pria tinggi yg berdiri di depan pintu dengan lengan yg tersilang di dadanya. Ia tampak tak terlalu rela namun tetap mematuhi, membuka pintu untuk ibu Thalia selagi menjaga tatapan datar, jelas tak senang dengan hasilnya. Ia tergesa melewati kami, merebut kesempatan.
Rasa cemas membengkak di fitur Darren, ia terbukti kehilangan kepercayaan diri yg ia miliki pada saat terakhir kali aku melihatnya. "Enyahlah dari sini." ujarku tajam. Ia tak protes. Ia pasti menyadari betapa bajingannya dia dan semoga saja dia tenggelam dalam rasa bersalah. Lebih baik begitu.
Aku kembali ke ruang tunggu UGD dimana ibu Thalia menyesuaikan tempat duduknya. Rambut abunya kering, kulitnya pucat dan figur terlalu kurus. Menatapnya dalam situasi gugup mengingatkanku pada realita situasi ini, dan jantungku kembali berdetak.
Kami berdua saling memiliki pertanyaan namun tetap terdiam. Apakah dia bahkan tahu apa yg terjadi dengan anaknya disana? Jika iya, bagaimana? Apa dia bahkan tahu bahwa Thalia mengandung anak? Anakku? Kehadiran mengejutkannya tak menyebabkan ketegangan apapun, tidak sekarang setidaknya sebab kami berdua sangat asyik pada situasi sehingga tak terganggu oleh hal lain. Aku berjalan maju-mundur, tangan gemetarku jatuh ke sisi, lalu ke saku, tak yakin kemana harus meletakkannya. Ini semakin menggila, dan ke tidak-sabaranku menguasai. Aku mendapat paksaan untuk menyerbu ke setiap ruangan setiap beberapa detiknya, dan butuh setiap bagian dari diriku untuk menahan diri dari itu.
Saat seorang pria tersusun dengan mantel putih, seorang dokter mungkin, berjalan keluar dari salah satu ruang UGD, ibu Thalia segera berjalan kilat dan aku langsung teralihkan. "Aku ibunya, bagaimana keadaannya? Bagaimana, dokter?" pertanyaannya amat ketakutan, dan tangan kurusnya melayang diatas, hampir seolah ia ingin memaksa mengeluarkan jawaban itu darinya. Dokter melepas masker bedah dari wajahnya lalu perlahan menggeleng. Aku merasakan darah yg mengalir di nadiku, jantung berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Doll (Indonesian Translation)
ספרות חובביםDalam komunitas yang korup, gadis-gadis muda dijual kepada para pria untuk dijadikan sebagai objek pemuas belaka dan mereka disandra sesuai kehendak para pria. Namun semuanya berubah ketika anak lelaki manja dari seorang pengusaha kaya melintasi bat...