AWAL DARI PERJALANAN CINTA
Empat tahun kemudian...
Pagi itu waktu belum genap menunjuk angka lima, namun kamar Aulia yang berukuran sangat besar itu sudah terlihat bersih. Sajadah mahal yang tadi ia gunakan untuk shalat shubuh pun sudah dirapikannya. Spring bed yang mungkin muat untuk empat orang itu juga sudah rapi.
Tapi jendela kamar belum berani ia buka, hawa dingin memang menyelimuti Pekalongan sejak malam tadi. Namun itu tak lantas membuat Lia merebahkan tubuhnya lagi di tempat tidurnya. Ia ingat betul hari ini adalah hari pengumuman SNMPTN (Penerimaan Mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri). Ia sudah sengaja bersiap-siap ke loker koran melihat pengumumannya. Memang Lia terpaksa melihat lewat koran karena laptopnya sedang di install ulang di tempat service.Ketika jam sudah menunjuk angka setengah enam, dengan pakaian rapi dan berjilbab, ia keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju ke bawah.
"Mau kemana pagi-pagi begini, sayang?" sang Ibu, yang sedang bersiap-siap akan memasak, heran pagi-pagi putri sulungnya sudah rapi.
"Mamah lupa ya? Hari ini kan pengumuman SNMPTN... Aku mau beli koran dulu di perempatan. Kalo kesiangan bisa-bisa kehabisan...," jawab Lia.
"Nggak sama Amanda sekalian perginya?"
"Emang dia mau kemana, Mah?" tanya Lia sambil mencari sandal kesayangannya di balik pintu.
"Dia mau beli majalah buat tugas sekolah apa katanya..."
"Iya Kak! Bareng aku aja yuk?" Amanda, sang adik, tiba-tiba muncul dari arah kamar.
"Sip lah, kamu keluarin motor dulu gih!," pinta Lia pada adik satu-satunya itu
"Nggak pake mobil kakak aja?"
"Ya ampun, masa iya cuma ke depan mau pake mobil?"
"Ya kan sekalian jalan-jalan...pagi-pagi kan asyik Kak!"
"Udah deh, naik motor aja.. Jalan-jalan ntar malah kamu telat ke sekolah lho," kata Lia ngotot.
"Udah sana pada berangkat, ah! Malah pada berantem nggak jadi-jadi berangkat ntar keburu kehabisan koran tuh!," Bu Chandra menengahi.
Amanda akhirnya segera mengeluarkan motornya. Masih gress! Baru dibelikan sang Papa bulan lalu. Meski sudah gress begitu, sang adik masih saja merengek minta mobil seharga dua ratus juta seperti yang dimiliki sang kakak, Aulia. Tapi Pak Chandra tetap pada pendiriannya, selama belum tujuh belas tahun, putri-putrinya belum boleh mengendarai mobil.
Aulia, yang kini sudah menginjak umur delapan belas tahun, sudah lancar mengemudikan mobil mewahnya. Ketika masih kelas XII kemarin juga dia hampir tiap hari mengendarai mobilnya. Maklum, ketika di SMA Al Islam para wali murid adalah orang-orang tajir semua. Mulai dari pejabat daerah, direktur, manager, sampai dengan pengusaha sukses. Seperti halnya ayah dari Lia, yang juga seorang direktur bank ternama di Pekalongan.
"Kak Lia emang pengin kuliah dimana sih sebenarnya?" tanya Amanda lugu.
"Kalo penginnya sih di luar negeri, Oxford, atau Cambridge kek misalnya... Ntar kan kakak jadi bisa jalan-jalan ke Manchester, nonton bola di Old Trafford! Hehehe.... Biar bisa buat pengalaman," jawab Lia meski cengengesan namun tetap menyimpan hasratnya untuk bisa kuliah di luar negeri.
"Iiihh... cewek kok seneng bola sih Kak! Heran deh aku!," ujar Amanda sambil menyetir motornya ke perempatan depan.
"Lho, kalo nggak salah Mas Ardian pacarnya Kak Citra disana kan?" sambungnya.
"Iya, makanya kakak lagi minta info gimana caranya biar bisa diterima disana. Doain ya mudah-mudahan hari ini udah ada kabar...," jawab Lia penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Britania
Teen FictionYa Allah, mengapa pesona Ustadz Guntur makin tak terbendung lagi? Apa kelemahan dia supaya aku tak tergila-gila seperti ini? Terlebih lagi, masa' cinta pertamaku itu Ustadzku sendiri yang umurnya sebelas tahun diatasku? Tapi memang, semakin dilihat...