MUNGKIN INI PETUNJUK
Dua hari setelah kejadian di ruang guru itu, Ustadz Guntur jadi tampak seperti orang bingung. Ia merasa ada sesuatu yang harus diselesaikan. Ia sudah memohon petunjuk kepada Allah SWT setiap selesai shalat di mushola di dekat rumahnya. Ia pun beberapa kali memohon untuk diberi ketenangan di dalam hatinya. Namun hatinya tetap gundah, kadang di depan kelas pun ia sempat bingung mau bicara apa atau memberi materi apa kepada siswanya. Baru kali ini ia merasa demikian, sebuah kejanggalan yang sama sekali belum pernah ia rasakan. Hingga akhirnya ia memutuskan menemui Ustadz Romzan, waka urusan kurikulum yang sejak dulu sering ia ajak ngobrol tentang masalah pribadi.
Hari sudah sore, para siswa sudah pulang. Paling hanya ada beberapa siswa yang masih di sekolah sambil bermain laptop. Ustadz Romzan terlihat sedang membereskan meja kantornya, saat Ustadz Guntur tiba – tiba datang dihadapannya.
"Ustadz buru – buru pulang?" tanya Guntur.
"Mmmm... ndak juga sih, ada perlu sama saya, Ustadz?" Ustadz Romzan balik bertanya.
"Kalo boleh, saya mau ngobrol sebentar..."
"Boleh, wah kayaknya ada hal penting lagi nih!"
Ustadz Guntur hanya tersenyum simpul. Mereka berdua lalu duduk di sofa ruang guru. Sudah tak ada orang lain di ruangan itu.
"Udah lama juga nih kita nggak ngobrol – ngobrol lagi..."
"Yah, mungkin karena kesibukan kita masing – masing, Ustadz"
"Ada apa, Ustadz?" tanya Ustadz Romzan.
"Begini...."
"Saya sedang bimbang Ustadz...," sambung Guntur.
"Bimbang kenapa?"
"Ada seseorang yang menyatakan tertarik sama saya..."
"Hehehe...kalau itu sih anda ndak perlu cerita, mesti banyak Ustadz...," kata Ustadz Romzan dengan tertawa.
"Tapi ini lain, Ustadz..."
"Ya, ya... Ustadzah Maharani kan?"
"Lho, darimana Ustadz Romzan tahu?"
"Berita itu sudah menyebar hampir ke seluruh penjuru sekolah, Ustadz..."
"Astaghfirullah... yang benar, Ustadz?"
"Yah, kalo ndak percaya silakan tanya sama rekan – rekan kita, hampir semua tahu..."
Wah, Pak Kus nih kayaknya... Masya Allah! Aku ndak boleh suudzon...
"Lalu dimana letak masalahnya, Ustadz Guntur? Bukannya dia cantik? Memang beliau janda, tapi kan belum punya anak. Basic keluarga baik, pribadinya juga menurut rekan – rekan Ustadzah baik kok. Kurang apa lagi?" tanya Ustadz Romzan heran.
Guntur terdiam. "Ada orang lain lagi, Ustadz"
"Siapa?"
"Mantan murid kita, Aulia..."
"Aulia yang sekarang di Oxford itu?"
Ustadz Guntur mengangguk.
"Dia suka juga sama anda?"
"Dulu pas dia masih jadi murid disini, dia pernah bilang begitu. Yaa...saya jawab kalau usia dia kan masih sangat hijau, dan dia belum masanya untuk hal seperti itu..."
"Lalu?"
"Mmmm... ia menyimpan perasaan itu sampai sekarang, Ustadz"
"Oh, pantes dia sering banget silaturahim kesini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di Britania
Teen FictionYa Allah, mengapa pesona Ustadz Guntur makin tak terbendung lagi? Apa kelemahan dia supaya aku tak tergila-gila seperti ini? Terlebih lagi, masa' cinta pertamaku itu Ustadzku sendiri yang umurnya sebelas tahun diatasku? Tapi memang, semakin dilihat...