Semua Terjawab Sudah

262 9 13
                                    

KETIKA AKU MELAMARMU

Hari ini menjadi hari yang bisa jadi tak akan dilupakan dalam hidup Guntur. Ia akan melamar seorang gadis untuk pertama kalinya. Meski rencana hanya akan datang melamar dengan ditemani Pakde-nya, yaitu Pakde Agus, namun tetap saja presure yang ia hadapi sama meski jika membawa seratus temanpun.

Jam setengah sembilan sudah berlalu, sehari sebelumnya Guntur sudah menelepon Pak Chandra bahwa ia ingin bertemu hari ini jam sembilan pagi. Ia tak mengatakan bahwa akan melamar putrinya, ia hanya bilang ingin bicara penting. Ternyata Pak Chandra menyanggupinya.

Sekarang, Guntur sudah siap, tinggal menjemput Pakde Agus, lalu langsung menuju TKP. Ketika dijemput Pakde sudah siap sedia, bahkan sudah sedari jam delapan menunggu Guntur di depan gerbang rumahnya. Sebuah budaya yang sebenarnya perlu kita tiru, sebuah kedisiplinan.

Semua lancar-lancar saja. Begitu Pakde Agus membonceng Guntur naik motor bebeknya, mereka berdua langsung menuju ke rumah mewah milik Aulia. Jarak sekitar sepuluh menit dari rumah Pakde Agus. Dan benar, sepuluh menit kemudian, mereka berdua sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Aulia.

Tapi aneh, rumah itu sudah nampak ramai sekali. Ada beberapa mobil mewah terparkir di halaman rumah Lia. Ada dua orang yang sedang berbincang di depan mengenakan batik layaknya orang sedang kondangan atau acara resmi.

"Lho, Tur. Kok udah rame begini? Katanya mau diam-diam? Apa kamu bilang kalo mau ngalamar?" tanya Pakde Agus yang masih duduk membonceng motor Guntur.

"Guntur juga heran, Pakde! Padahal Guntur ndak bilang kalo mau nglamar kok! Apa lagi ada acara ya? Tapi kemarin kata Pak Chandra beliau bilang nggak ada acara apa-apa... Aneh"

Guntur lantas melihat ada seorang satpam yang baru keluar dari rumah sedang menuju ke posnya di pintu gerbang. Tak lama, Guntur dan Pakde Agus berjalan menemuinya.

"Assalamu'alaikum...," sapa Guntur.

"Wa'alaikumsalam... Ada yang bisa dibantu, Pak?" balas satpam itu sopan.

"Maaf, di dalam sedang ada acara apa ya, Pak?"

"Oh, itu ada tamunya Pak Chandra..."

"Hmmm, gitu ya?"

"Gimana ini, Pakde?" bisik Guntur.

"Kita masuk saja dulu. Siapa tahu begitu Pak Chandra liat kamu, trus dia mau menemuimu"

"Apa ndak sebaiknya besok lain waktu saja?"

"Sudah, jangan ditunda-tunda Tur... dicoba dulu"

"Maaf, Anda berdua ini siapa ya? Ada perlu dengan pak Chandra?" tanya satpam itu.

"Saya Guntur, ini Pakde saya. Iya kami ada perlu dengan pak Chandra..."

Ternyata sang satpam mengijinkan Guntur dan Pakde Agus masuk. Mereka berdua diantar sampai di depan pintu rumah. Disitu suasana sudah ramai. Semuanya berpakaian rapi. Sang satpam terlebih dulu masuk ke dalam rumah meminta izin pada Pak Chandra apakah Guntur dan Pakde-nya boleh masuk atau tidak.

Sejenak kemudian, satpam itu muncul lagi.

"Katanya disuruh menunggu sebentar, Mas," ucapnya.

"Kalo boleh tahu, di dalam sedang ada acara apa, Pak satpam?" tanya Pakde Agus.

"Itu, ternyata mbak Lia sedang dilamar...saya juga baru tahu, wong tadi tamunya mendadak tiba-tiba kesini. Nggak pake persiapan apa-apa...," jawab satpam itu cengengesan.

Guntur seperti tersambar petir mendengar jawaban Pak Satpam tadi.

"Li, Lia sedang dilamar?? Si-siapa yang ngelamar, Pak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi di BritaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang