Tanah Britania

187 5 0
                                    

BRITANIA, AKU DATANG

Roda pesawat terbang Boeing itu sebentar lagi akan menyentuh landasan. Melalui jendela pesawat terlihat sebuah bandara megah dengan latar belakang kota London yang mengundang para penumpangnya merasakan ketidaksabaran untuk segera turun dari pesawat dan segera menyusurinya.

Seluruh penumpang bersiap-siap untuk mengambil barang masing-masing dan para pramugari yang sudah terlatih untuk mendampingi penumpang ketika landing ikut membantu para penumpang yang menemui kesulitan.

Tak terkecuali Aulia. Mengenakan jilbab pink, baju lengan panjang, bercelana jeans, dan menggandeng koper besar di tangan kanannya, ia mulai berjalan keluar dari pesawat setelah pesawat itu benar-benar berhenti. Hatinya sedikit gugup sebenarnya lantaran baru dua kali ini dia naik pesawat sendirian ke luar negeri. Dulu dia pernah waktu masih kelas XI SMA sendirian naik pesawat ke Singapura menyusul sang Ayah yang sedang ada bisnis di sana. Tentu dia menyusul Papanya bukan untuk urusan bisnis, tapi untuk liburan.

Tapi, ini bukanlah Singapura yang masih 'tetangga' dengan Indonesia, ini Inggris Non! Negaranya Ratu Elizabeth, David Beckham, Sherlock Holmes, Harry Potter, dan Tony Blair. Negeri yang konon punya liga sepakbola terbaik di dunia, negeri yang memiliki jajahan terluas, negeri yang punya julukan The Three Lions, dan negeri yang bahasanya diakui sebagai bahasa pemersatu dunia. Lebih dahsyat lagi, baru pertama kali ini Lia naik pesawat yang mengalami waktu berjalan mundur, dari siang menjadi pagi, karena Inggris berjarak tujuh jam lebih awal dari Indonesia. Melewati pegunungan Alps dan Laut Jepang, bentang alam padang Siberia yang sangat luas, Samudera Arktik, hingga pegunungan Skandinavia dan Laut Utara. Rute utara ini konon katanya memang rute favorit penerbangan karena jarak tempuh yang lebih pendek dan tentunya lebih hemat bahan bakar.

Lia mulai menginjakkan kakinya di Bandara Internasional London, Heathrow. Sebuah bandara yang tersibuk di negeri itu, bahkan menduduki peringkat kelima sebagai bandara tersibuk di dunia. Tak heran, di bandara itu lautan manusia dengan jutaan kepentingan masing-masing saling bertemu.

Bulan masih September, itu artinya di negara yang biasa disebut The Union Jack ini masih masuk musim panas. Belum terlalu dingin seperti yang dikhawatirkan Lia sebelumnya. Ia lantas mencari tempat duduk di ruang tunggu. Sungguh nyaman. Ada banyak TV LCD yang terpasang untuk menayangkan acara-acara pilihan, kursi-kursi empuk berwarna biru yang terjejer rapi.Model kursi seperti itu sering ia duduki juga kala di Indonesia sebenarnya. Tapi sekali lagi, kursi yang ia duduki itu di Inggris! Sungguh ironi, merasa bangga kalau sudah menyebut negara lain. Yah, negara kita memang sepertinya perlu banyak belajar dari negara-negara maju seperti Inggris ini.

Ia menggenggam smartphone di tangan kirinya, menekan nomor dan lalu berbicara dengan seseorang lewat smartphone tadi. Semenit kemudian, ternyata orang yang Lia telepon langsung berjalan ke arah Lia. Nampaknya orang itu sudah menunggu Lia sedari tadi.

Ya, Ardian. Ardian Adiguna lengkapnya, mantan rekan Lia kala menyelenggarakan Milad

SMP-SMA Al Islam beberapa tahun yang lalu, dan ber'status' pacar dari sahabatnya, Citra.

"Assalamu'alaikum...," sapa Ardian dengan senyum sumringah.

"Wa'alaikumsalaammm....," jawab Lia dengan senyum yang tak kalah lebar, walau sedikit menutupi wajah lelah setelah hampir dua belas jam berada di pesawat dari Jakarta ke London ini.

"Wah, wah... tetep jilbabnya nggak ketinggalan... Salut deh aku!," ujar Ardi mengomentari Lia yang tetap mengenakan jilbab dengan rapi meski terbang ke London.

"Emangnya kalo ke London trus jilbabnya mesti dilepas, gitu? Nggak kan??"

"Ya nggak gitu, maksudnya kamu tetep setia pake jilbab dari dulu sampe sekarang... Itu yang aku salut"

Pelangi di BritaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang