•11

20 1 0
                                    

Angin sepoi-sepoi, deburan ombak yang saling berkejaran satu sama lain, matahari yang sedikit demi sedikit tenggelam meninggalkan bumi digantikan bulan dan bintang yang mulai menyinari malam.

Mysha merentangkan kedua tangannya lebar-lebar menikmati angin yang menerpa wajah dan rambut panjang yang berterbangan mengikuti irama angin pantai.

Sedangkan Ash, hanya mengamati Mysha dengan kedua tangan disilangkan didepan dada mengamati setiap gerak-gerik Mysha. Tanpa sadar Ash tersenyum lebar sangat lebar, tetapi sayang senyuman itu hanya beberapa detik saja kemudian senyum itu memudar menjadi wajah datar kembali. Jika Mysha melihat senyum itu entah apa yang akan terjadi nanti, Ash bergidik ngeri membayangkannya.

"Ash, duduk sini" Mysha menepuk pasir yang berada disebalah pasir yang diduduki Mysha.

Ash menurut lalu duduk disamping Mysha. Hening, tidak ada yang berbicara. Mereka asik dengan fikiran masing-masing, entahlah apa yang mereka fikirkan. Hanya mereka dan tuhan yang tau.

"Kenapa loe suka pantai?" Tanya Ash memecah keheningan dan tidak lupa masih dengan nada dinginnya.

"Menurut aku pantai itu adalah ciptaan tuhan yang paling sempurna dan menenangkan. Kenapa? Karena saat kita melihat ombak dilautan sama saja kita melihat masalah kita, kadang pasang kadang surut. Maka dari itu aku suka pantai"

"Kenapa loe cinta sama gue?"

Deg

Spontan Mysha menoleh kearah Ash lalu tertawa hambar, membuat Ash mengangkat alisnya satu karena merasa bingung.

"Kalau itu, aku gak punya alasan apapun Ash. Karena cinta itu fitrah dari allah untuk umatnya, sekarang giliran aku yang tanya sama kamu. Apa kita pernah saling kenal? Aku ngerasa kalau kita udah pernah saling kenal lama"

Deg

Ash menegang ditempatnya, tangannya mengepal kuat, matanya sayu mengambarkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam. Obrolan itu adalah obrolan yang sangat sensitif bagi Ash. Ash memalingkan wajahnya ke berbagai arah.

Mysha menyeritkan dahi bingung, Ash tak kunjung menjawab pertanyaannya. Apakah ada yang salah dengan pertanyaannya? Entahlah, menurutnya itu adalah hal yang wajar bukan untuk dipertanyakan.

"Gak! Kita gak saling kenal" jawab Ash dengan nada agak meninggi, Ash bangkit lalu melenggang pergi meninggalkan Mysha yang masih duduk diatas pasir dengan seribu pertanyaan yang bersembayam diotaknya.

***

Setelah obrolan menegangkan dipantai tadi, kedua insan itu memutuskan untuk singgah dicafe yang masih berada tak jauh dari pantai. Deburan ombak yang saling berkejaran masih bisa terdengar malah semakin indah untuk didengar.

Mereka duduk tepat disamping jendela yang langsung menghadap kearah pantai sambil menanti sunset yang sangat indah. Sesekali Mysha melirik kegiatan Ash dengan ekor matanya, sekarang tampak Ash sedang asik dengan ponsel yang berada digenggamanya. Entah apa yang dilakukan pria itu hingga ia terlihat sangat serius.

Tak jauh beda dengan Mysha, Ash juga sedari tadi melirik kegiatan Mysha dengan ekor matanya. Ash akui Mysha terlihat cantik dengan hoddie berwarna biru langit bertuliskan 'Nasty' didepannya dipadukan dengan celana pendek diatas lutut tak lupa dengan kacamata bulat yang selalu menghiasi mata hitam nan indah itu.

Apalagi ia tidak menggunakan Make up apapun, lebih tepatnya natural. Mata Ash berhenti tepat didepan bibir pink milik Mysha, Ash membayangkan bagaimana rasa bibir itu? Pasti sangat manis. Ash menggelengkan kepalanya mengenyahkan fikiran mesumnya itu.

Proof [On Going ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang