saat pengorbanan atas nama cinta , apa yang di dapat? kecewa? terluka? atau sebaliknya?
jikala tiap hati akan rapuh atas luka, sama hal nya hati yang di titipkan sang Rabbi kepada Fatimah.
dirinya berkorban tanpa memikirkan sebab akibat yang akan di dapat kan nya, namun karna pengorbanan dirinya mendapatkan satu hal yang mungkin tak semua wanita dapat lakukan yaitu keikhlasan.tak ada ruang bagi Fatimah untuk membenci akan jalan hidup yang kini dirinya jalani. tak ada kata mengeluh yang keluar dari tutur katanya, hanya sebuah senyum dan keikhlasan yang selalu dirinya berikan saat semua yang terjadi melukai batin dan jiwa nya. sebuah tamparan, cacian bahkan hinaan selalu dirinya dapatkan setiap harinya namun dirinya tetap tegar. bahkan Aisha yang ingin melihat tangis dan penyesalan dari Fatimah satu kali saja tak kunjung mendapatkan nya.
sudah tiga bulan Aisha telah menjadi madu nya tak ada kebahagiaan lagi seperti hari-hari biasanya hanya senyum kedua buah hatinya la yang saat ini selalu menjadi alasan nya untuk tersenyum setiap harinya. sejak malam itu Ali mencoba adil akan dirinya dan Aisha agar keduanya tak saling tersakiti dan menyakiti , dan dua hari yang lalu Ali membawa Aisha pergi dari rumah mereka. Ali membeli sebuah rumah untuk Aisha agar Fatimah lebih merasa leluasa dirumah nya sendiri tanpa harus menjaga perasaan Aisha.
"Bunda , mengapa Ayah tidak pulang ke rumah? apa Ayah sudah tidak menyayangi kita?" sebuah pertanyaan kini keluar dari bibir mungil Kultsum.
"iya Ayah sudah tidak menyayangi kita." Timpal Ibrahim yang kini memuncungkan bibir nya.
"coba bunda tanya sama mas dan adek, Fatimah di sayang oleh Rasullulah nggak?"
"iya Bunda, Fatimah adalah putri yang sangat di sayangi Rasullulah." ucap Kultsum yang kini menjawab pertanyaan dari sang Bunda.
"lalu apakah Ali bin Abi Thalib suami dari Fatimah Az zahra menyayangi Hasan dan Husain?"
"iya Bunda , Ali bin Abi Thalib menyayangi anak-anak nya." sekarang Ibrahim yang menjawab pertanyaan kedua dari sang Bunda.
"kesimpulan nya , semua Ayah itu menyayangi anak nya. Ayah juga menyayangi Ibrahim dan Kultsum dalam hati orangtua itu hanya anak-anak nya la yang paling berharga." Kini Fatimah mendaratkan kecupan hangat pada kedua buah hatinya.
"Apa Ayah tidak menyayangi Bunda?" Mendengar pertanyaan dari sang buah hati nya kini membuat Fatimah tercengang membeku, rapuh dan pilu. jika apa yang kini menjadi pertanyaan putra nya adalah kenyataan nya, maka harus kah dirinya pergi dan mengikhlaskan semuanya demi kebahagiaan Ali?
"Kata siapa Ayah tidak sayang kepada bunda? Ayah itu sangat menyayangi bunda dan menyayangi anak-anak Ayah." Ucap Ali yang sedari tadi berdiri di ambang pintu.
"Nenek bilang , Ayah tidak menyayangi bunda terus nenek bilang jika anak bunda Aisha telah lahir ke dunia maka ayah tidak akan menyayangi kami lagi." Ucap Ibrahim dengan polos nya menjelaskan apa yang dirinya dengar dari mulut nenek nya.
Helaan nafas panjang kini terdengar , pikiran kacau dan jiwa yang tak tenang benar-benar membuat Ali, hampir gila karna kehilangan akal."Kalian harus percaya sama ayah, Ibrahim , Kultsum maupun bunda sudah mempunyai singgah sana di hati ayah dan selalu menjadi yang utama." Pelukan kini Ali berikan kepada ketiga cinta nya itu.
"Mas biar aku siapkan air hangat terlebih dahulu untuk mu mandi, setelah itu akan ku pijat , aku yakin mas pasti lelah pindahan kerumah Aisha." Kini Fatimah mencoba menahan luka nya, senyum getir kini terlukis di wajah nya, saat ini air mata nya mungkin tidak membasahi wajahnya tapi sudah pasti membasahi hatinya.
"Tidak perlu, aku hanya ingin kamu tetapla disini bersama ku dan kedua buah hati kita, aku ingin kamu menjadi istriku tak hanya di dunia melainkan di akhirat juga. Sungguh aku takut kehilangan mu Fat." Air mata kini jatuh dari pelupuk mata Ali. Dekapan erat kini dirinya berikan , Fatimah yang melihat rasa khawatir di mata suaminya mencoba menenangkan Ali di kala hatinya sedang gunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Dari Ali|✔
SpiritualKemana cinta akan membawa fatimah berlabu? Haruskah ia kembali bersama cinta yang sudah bertahun-tahun lamanya ia nanti atau menyerahkan cinta nya kepada Aisha , sahabat nya sekaligus seorang yang meminta fatimah agar mau berbagi cinta dari Ali .