Tajam nya lisan yang menusuk hingga ke hati membuat satu tempat luka dalam yang mengeroyak menggerogoti hati.
"Jika kamu ingin kedua buah hatimu saya akui sebagai cucu , maka minta la Ali untuk menikahi Aisha." Perempuan paru baya itu mendengus menatap wajah Fatimah yang masih di selimuti air mata , sejak kepergiaan suami nya bekerja mertuanya datang menghantam Fatimah menggunakan lisan-lisan nya. Tak ingin menjadi durhaka Fatimah hanya dapat diam tanpa dapat berkata apa-apa.
"Batas keputusan mu hanya ada tiga hari jika kamu tak memberikan jawaban itu secepatnya jangan harap kedua anak mu itu akan bahagia, akan ku buat mereka menderita" ancam nya yang kini bergegas pergi dengan jalan yang terlihat begitu angkuh nya.
Ini sebuah konspirasi dimana Aisha dan mertua nya merencanakan hal ini, hanya pemikiran itulah yang menghujam-hujam dada Fatimah."Haruskah ku bagi cintaku? Tapi mengapa?" Lagi-lagi air mata kembali jatuh saat dirinya mengenang kepedihan saat wanita paruh baya itu menghujam dada nya dengan rasa sakit yang berasal dari lisan nya. "Mengapa harus buah hatiku yang menjadi ancaman nya?" Pertanyaan kembali memenuhi pikiran Fatimah, kini perlahan dirinya langkah kan kaki menuju kamar mandi saat adzan Dzhuhur mulai terdengar, air mata masih terus berjatuhan mengiringi langkah nya yang sudah tak tahan ingin berjumpa menemui Rabb nya.
"Ya Rabbi, apakah ini bagian kecil ujian dari Mu untuk menaikkan derajat ku?" Satu pertanyaan di doa pertama Fatimah, "apakah ini benar hukuman untuk status ibu ku dulu? Jika benar biarlah sakit ini Engkau timpah kan padaku dan tolong janjikan surga itu untuk ibuku." Tangis nya pecah, dirinya begitu mencintai ibu nya, tak ada penyesalan darinya lahir dari rahim seorang ibu yang tidak mempunyai kehormatan dan menjunjung tinggi status. "Apalah artinya harta berlimpah ini ya Rabb? Jika cinta dari suami ku saja pada akhirnya akan terbagi." Rutuk Fatimah di sela-sela tangis nya. Dirinya tak ingin mengeluh di hadapan Ali , jika dirinya ingin mengeluh itu hanyala kepada Rabb nya.
"Bunda , kenapa menangis?" Jari-jari kecil itu kini menghapus jejak air mata yang membasahi wajah cantik Bunda nya. Fatimah yang menyadari keberadaan dua buah hatinya kini dengan erat memeluk keduanya, dirinya tak ingin hal buruk terjadi kepada anak-anak nya. Hanya doa di dalam hati saja yang saat ini dirinya punya , ingin sekali rasanya Fatimah memberitahu kan apa yang terjadi kepada suami nya , namun apalah hatinya tak akan tega jika hati suami nya kecewa.
🕊🕊🕊
"Ayah tadi Bunda menangis, Ibrahim sedih melihat Bunda sedih." Ucap Ibrahim yang kini duduk di pangkuan Ali.
"Apa Bunda mu sakit?" Tanya Ali kini mulai merasa khawatir dari kemarin malam Fatimah selalu saja menangis.
"Tidak Ayah, Bunda sedang menangis di hadapan Allah."
Helaan nafas panjang kini terdengar , "mungkinkah Fatimah menangis karna rindu ibu nya?" Ya , pertanyaan itulah yang kini memenuhi pikiran Ali."Ibrahim sekarang masuk kamar ya, Ayah mau menemui Bunda dulu." Dengan patuh kini Ibrahim berlari menuju kamarnya , Ali yang melihat buah hatinya telah berada di kamar kini dirinya segera menemui istrinya yang sejak tadi berada di dalam kamar.
"Sayang." Ucap Ali yang kini memeluk tubuh ramping Fatimah dari belakang. Matanya kini beralih pandang ke buah hatinya yang tertidur pulas, Ali kini menggendong tubuh Kultsum yang sedang tidur dengan nyenyak nya untuk dipindah kan ke kamarnya.
Suara pintu terkunci pun mulai terdengar menandakan Ali yang baru saja masuk, Fatimah yang mendengar semua itu hanya menenggelamkan wajah nya di balik selimut tebal , Ali yang melihat keganjalan itu kini dengan lembut membelai wajah Fatimah yang masih terpejam, Ali memahami bahwa ada sesuatu yang kini sedang mengganggu istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Dari Ali|✔
SpiritualKemana cinta akan membawa fatimah berlabu? Haruskah ia kembali bersama cinta yang sudah bertahun-tahun lamanya ia nanti atau menyerahkan cinta nya kepada Aisha , sahabat nya sekaligus seorang yang meminta fatimah agar mau berbagi cinta dari Ali .