Setangkai Mawar dari Ali (18)

2.9K 233 27
                                    

Lalu kenapa kenyataan hidup seringkali tak semanis yang ada di novel-novel? Yang menderita di awal dan Happy ending di akhir cerita. Wajah pucat tanpa senyum itu hanya memandangi beberapa karya nya yang kini sudah membuming di kalangan remaja. Novel yang dirinya tulis itu berhasil menarik para pembaca, terutama novel yang akan segera di jadikan film layar lebar, "Penantian panjang cinta untuk Ayah" cerita yang berasal dari kisah nyata itu memiliki daya tarik tersendiri namun itu semua bukanlah hal yang penting untuknya berbangga diri, yang paling penting untuknya itu ialah bahwa karya nya itu telah berhasil membawa dirinya bertemu sang Ayah yang begitu di rindukan nya.

"Kamu kenapa? Di perhatiin dari tadi melamun terus" Ibrahim yang tiba-tiba menghampiri Kultsum yang berada di gazebo belakang membuat adiknya kaget dan terlihat sedikit gugup.

"E-enggak kok, aku gak ngelamun hanya lagi kepikiran sesuatu" jawab Kultsum.
Dengusan nafas yang terdengar jelas ngos-ngosan itu kini mengambil perhatian wanita cantik yang sedang menggunakan khimar panjang berwarna salem itu "Mas darimana? sampai ngos-ngosan gitu." Tanya Kultsum yang kini memperhatikan wajah kakak nya yang sudah  berhambur keringat.

"Dari ngebuang sesuatu yang gak penting"

"Ngebuang apa?" Sebuah pertanyaan dengan sedikit penekanan itu di berikan Kultsum pada Ibrahim.

"Barang-barang Ali, dari kamar sih Bunda" seulas senyum getir terlihat jelas di wajah nya.

"Mas udah gila ya? Jika Bunda tau gimana? Bunda pasti akan sedih! Mas jahat banget jadi orang" teriak Kultsum dengan sedikit menaikkan nada bicara nya, tatapan nya tajam memandang wajah Ibrahim dengan penuh ketidaksukaan.

"Justru dengan cara mas membuang semua kenangan itu adalah jalan satu-satu nya agar Bunda bisa melupakan laki-laki tak berguna itu!" Tanpa ada rasa bersalah Ibrahim terlihat seperti orang yang jahat, orang jahat yang berasal dari orang baik yang tersakiti.

"Mas tega, mas tau kan Bunda itu cinta mati sama Ayah, mas gak tau kan, tiap kali Bunda sholat di sepertiga malam Bunda selalu menangis meminta sama Allah untuk mengembalikan cinta nya! Dan mas juga gak tau kan, setiap malem hanya dengan memeluk bingkai foto Ayah, Bunda baru bisa tertidur dengan nyenyak! Dan aku yakin mas tidak mengetahui semua itu karna mas hanya sibuk dengan mementingkan ego mas sendiri tanpa mau tau kesakitan orang lain!!Mas jahat!" Suara parau dengan linangan air mata yang berjatuhan itu kini Kultsum menangis sejadi-jadinya di hadapan Ibrahim yang masih tidak mau kalah untuk merobohkan benteng kebencian nya pada sang Ayah.

"Aku sudah gak mau tau dan gak peduli, yang paling penting untukku semua yang berhubungan dengan lelaki itu sudah tidak ada lagi dirumah ini!" Ibrahim berdiri dari tempat nya, dia langkahkan kaki pergi menjauh dari Kultsum dengan dipenuhi oleh amarah di dalam hatinya.
"mas harus inget, ketika egois menguasai maka kehancuran yang akan terjadi" teriak Kultsum agar dapat di dengar Ibrahim yang berjalan masuk ke dalam rumah dan sudah di pastikan Ibrahim dapat mendengarnya dengan jelas.

🥀🥀🥀🥀🥀

Dengan air mata yang berjatuhan di wajah nya membuat dirinya terlihat kacau, berapa kali dirinya menahan emosi. Rasanya ingin berteriak sekuat-kuat mungkin maksut hati agar unek-unek yang ada di dalam relung hati dapat hilang agar tak terlalu lama dirinya menahan pedih.

"Ibrahim-Ibrahim" suara teriakan yang berasal dari suara Fatimah kini membuat Kultsum berlari bergegas menemui sang Bunda.

"Apa Bun?" Tanya Ibrahim yang baru bangun dari tidur.

"Barang-barang milik Ayah mana? Kamu kan yang mengambil nya?" Sebuah pertanyaan kembali di ajukan Fatimah.

"Ibrahim buang, lagian gak ada guna nya! menyimpan semua kenangan bersama laki-laki sialan itu" untuk pertama kalinya Ibrahim mendapat tamparan selama hidup nya, tamparan langsung dari tangan sang Bunda yang begitu dirinya cintai.

Setangkai Mawar Dari Ali|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang