Suara takbir terdengar lantang dengan indahnya, perasaan suka dan duka kini menyelimuti hati keluarga Ali dan Fatimah mengingat keadaan sebenarnya yang tidak baik-baik saja.
Ali hanya berdiam diri memandang langit yang terbentang luas, ia merindukan Ibunya sejahat apapun wanita itu tidak dapat di pungkiri lagi ia adalah Ibunya Ali, Ibu yang mengandungnya selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui serta merawatnya hingga tumbuh besar seperti ini, rasa rindu akan kebersamaan dengan kedua orangtuanya di malam Lebaran seperti ini sangat-sangat dirindukan nya dimana ia melahap setiap masakan sang Umi yang sangat enak di lidahnya, setetes airmata yang suci kini tergelincir jatuh dari pelupuk matanya, sebuah tangan halus yang menjadi penopang duka bersama kini menyambut airmata yang akan terjatuh kebawah."Aku juga merasakan duka mu mas" lirih Fatimah yang mengetahui tangisan Ali dimalam lebaran ini. Tak ada jawaban dari Ali, dia memang lelaki yang tegar berpura-pura kuat dan tegar di hadapan orang tersayang agar tak terlihat lemah nyatanya seribu duka dan luka kini menancap tubuhnya.
"Apa aku boleh, ikut hanyut dalam tangis mu?" Tanya Fatimah."Tidak usah, luka ini akan hilang secepatnya jadi jangan khawatir" jawab Ali tanpa menatap wajah istrinya.
"Katakan padaku mas, bagaimana caranya agar aku tak larut dalam kesedihan mu sedangkan kamu adalah jantung hatiku?"
"Sayang, aku hanya merindukan Umi dan Abi" lirih Ali dengan berlinang airmata.
"Akupun merindukan mereka mas"
"Meski Umi sudah menyakiti mu?"
"Mereka juga orangtua ku" tangis keduanya pecah mereka sama-sama ingin bersama kedua orangtua mereka, rasa rindu yang terpendam kini meluap menjadi satu dalam sebuah tangis kerinduan. Kultsum yang menyaksikan kejadian di hadapannya kini tak dapat membendung airmatanya, ia berlari kedalam pelukan sang Bunda yang kini sadar akan keberadaannya.
"Ayah dan Bunda jangan bersedih, besok kita kerumah nenek ya" kata Kultsum yang menghentikan tangisnya kini Ali dan Fatimah saling bertatap mata, keduanya sama-sama tau kalau kehadiran mereka tidak akan diterima disana.
"Ayah dan Bunda jangan takut, nenek dan kakek pasti merindukan kita juga" kata Kultsum melanjutkan perkataannya seakan ia mengerti apa yang ada di pikiran kedua orangtuanya
Tak ada jawaban yang di dapat dari Ali dan Fatimah melainkan anggukan kepala saja yang di berikan memberi tanda bahwa keduanya menyetujui untuk berkunjung kerumah Umi dan Abi.
******ALLAHUAKBAR
ALLAHUAKBAR
ALLAHUAKBAR
LAA ILAAHA ILLAALLAAHU WALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR WALILLAAHIL HAMD.Dengan perasaan di penuhi suka dan duka kini Ali beserta keluarga melangkahkan kaki untuk mengunjungi kediaman orangtua Ali.
"Assalamu'alaikum" terdengar suara parau dari luar pintu.
"Waalaikum'salam" jawab Fatimah yang kini bergegas membuka pintu utama.
Suara tangis pecah saat kedua bola mata Fatimah beradu pandang kepada kedua tamunya mereka adalah Umi dan Abinya Ali."Maaf, maaf" lirih Umi yang terbata-bata di sela tangisnya kini Umi bersimpuh duduk di hadapan Fatimah, Fatimah yang menyadari akan hal yang tidak wajar itu kini memeluk Ibu mertuanya itu.
"Umi tidak perlu seperti ini, sebelum Umi meminta maaf Fat sudah memaafkan kesalahan Umi" lirih Fatimah yang tak dapat membendung airmatanya lagi.
"Terimakasih, benar kata Ali kamu memiliki hati yang lembut dan baik hati rasanya Umi sangat terlihat memalukan sekali telah melakukan kesalahan bodoh itu, maafkan Umi Fat" kata Umi yang masih terbata-bata.
"Umi udah ya, setiap masa mempunyai jangka waktunya jika kesalahan itu berada dimasa lalu maukah Umi meninggalkan serta melupakan kesalahan dan kembali melangkah ke masa depan? Sebab hanya itu yang kini kita butuhkan untuk meninggalkan kenangan pahit hanya pada masanya saja agar kita mampu berjalan dengan tenang untuk menghadapi masa depan" kata Fatimah yang kini memeluk tubuh Umi nya Ali sungguh alangkah mulianya hati wanita yang berada di hadapannya ini hal yang wajar jika putra nya Ali mempertahankan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Mawar Dari Ali|✔
SpiritualKemana cinta akan membawa fatimah berlabu? Haruskah ia kembali bersama cinta yang sudah bertahun-tahun lamanya ia nanti atau menyerahkan cinta nya kepada Aisha , sahabat nya sekaligus seorang yang meminta fatimah agar mau berbagi cinta dari Ali .