Setangkai mawar dari Ali (19)

2.8K 225 24
                                    

"Apa yang sedang kamu lihat di atas sana?"

"Sebuah harapan"

"Apa di dunia sudah tidak ada harapan untuk mu, sehingga kamu mencari sebuah harapan itu di atas sana?"

"Tidak, harapan hanya ada disana"

"Kenapa?"

"Karna ada Rabb ku disana"

"Bukan kah manusia tidak dapat melihat Tuhan nya?

"Rabb ku itu maha tinggi, dan aku bisa melihat nya di dalam sini, di dalam hati" perempuan cantik itu segera berlalu, berjalan tanpa dirinya tau sudah berapa kilo meter ia telusuri. Saat ini dia hanya ingin tenang dan berharap untuk hariini saja semua masalah yang hampir membuat nya kehilangan akal sehat itu sirna.
Apa yang harus dirinya lakukan? Pulang kerumah lalu berbicara kepada Bunda nya bahwa dia telah menemukan sang Ayah, dan ia harus menyaksikan kepergian kakak tercinta dari rumah? Atau ia harus tetap bungkam seakan tak terjadi apa-apa padanya dan semua nya akan berjalan seperti sedia kala. Tapi dirinya juga ingin penantian sang Bunda selama lima belas tahun itu terbalas kan. Kepala nya seakan ingin pecah belum lagi hubungan nya dan Adam, dirinya harus bagaimana menjelaskan peristiwa serumit ini, sungguh ia merasakan dilema yang luar biasa saat ini.

Telpon pintar miliknya kembali berbunyi, untuk ke empat kalinya Adam menghubungi Kultsum pada akhirnya kini Kultsum memberanikan diri menjawab telpon dari Adam.

"Assalamu'alaikum, kamu dimana? Aku mengkhawatirkan mu" suara yang keluar dari telpon pintar itu seakan lega saat sang pemilik nya mengangkat panggilan nya.

"Waalaikum'salam, saya sedang di jalan menuju toko buku."

"Allhamdulilah, setelah itu apa kamu bisa datang ke cafe yang berada di dekat kantor Abi?"

"Un-untuk apa?" Tanya Kultsum mencoba memastikan.

"Seseorang ingin bertemu dengan mu, saya akan menunggu mu disini." Telpon pun terputus, perbincangan pun terhenti, sekarang harus bagaimana? Hatinya tak tenang jika lama-lama berada di dekat Adam, bukan merasa tidak nyaman namun dirinya takut jika rasa nyaman itu terus menerus bersinggahsana di hati Kultsum maka dirinya akan sulit melepas Adam karna cinta mereka tidak mungkin bisa bersatu.

******
Kaki nya sangat berat untuk melangkah kemana arah tujuan nya, di cafe itu ada Adam yang sedari tadi menunggu nya. Akal pikirannya menolak tapi tidak dengan hati, hatinya selalu meronta untuk menyelesaikan masalah, bukan nya berlari menghindari kenyataan, tanpa di sadari kini Kultsum telah berada di hadapan laki-laki tampan yang sedari tadi menanti kehadirannya, dengan cepat Adam memboyong tubuh Kultsum masuk ke sebuah ruangan yang telah di booking Adam terlebih dahulu.

Deg....deg...deg
Detak jantung itu seakan berhenti saat dirinya kini bertatap muka pada orang-orang yang pernah berada di masalalu nya. Ayah, Ibu tiri serta Kakek dan Nenek. tubuh nya ambruk, kaki nya lemas seakan tak ada tulang belulang hingga sampai penglihatan nya gelap dan ia kehilangan kesadaran. Kultsum kini terbaring lemah di sebuah sofa di dalam ruang kerja Ali, perlahan demi perlahan Kultsum membuka kedua mata nya, disaksikan nya orang-orang yang berasal dari masalalu nya itu berada di sekitarnya menanti dirinya bangun dari pingsan nya selama setengah jam. Rasa khawatir terlihat di wajah Adam dan Ali, kedua pria itu begitu takut hal buruk akan terjadi pada Kultsum.

"Kamu baik-baik saja nak?" Sebuah pertanyaan dari Ali membuat hati Kultsum sakit sekali, hanya dengan satu kata "nak" kini meruntuhkan benteng yang telah di bangun Kultsum untuk jarak nya bersama sang Ayah, air mata nya mengalir membuat semua nya merasa kebingungan.

"Kamu kenapa?" Belaian halus pada khimar panjang yang sedang di gunakan Kultsum itu di dapatnya dari Aisha yang tak lain Ibu tirinya sendiri, ingin sekali dirinya menepis tangan menjijikkan itu dari tubuhnya namun kini ia di saksikan oleh banyak mata memandang yang berasal dari tatapan keluarga Adam dan tak lain juga keluarga nya.

Setangkai Mawar Dari Ali|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang