Tiga

863 43 0
                                    


Hari-hari berjalan seperti biasanya, rutinitas sekolah pun tidak ada yang berubah. Vienna semakin bisa mengakrabkan dirinya dengan Anak-anak di kelas barunya, terlebih lagi saat Rini yang menjabat sebagai Bendahara baru mengeluh tidak mampu menagih uang kas kepada teman-temannya, meminta Bu Nora untuk memilih satu anak lagi sebagi partner kerja Rini, dan akhirnya terpilihlah Vienna sebagai Bendahara kedua.

Terciptalah sebuah hal baru, jika di sebagian kelas Bendahara dianggap sebagi momok menakutkan yang bisa membuat terpotongnya uang saku untuk uang kas, maka di kelasnya Deva ini terbalik. Mereka, khususnya para murid pria malah senang ditagih asalkan yang menagih itu Vienna. Karena ada kesempatan Modus sama Vienna yang kesehariannya agak jutek itu.

“ Deva, bayar Uang Kas. ” Ujar Vienna sambil menggoyang Lengan Deva yang sibuk main Game Candy Crush  di Androidnya.

“ Berapa? ”

“ 15 Ribu. ”

Deva merogoh dompetnya lalu mengeluarkan selembar uang 20 ribu dan menyerahkannya kepada Vienna.

“ Jangankan 15 Ribu, 15 Juta juga gue bayar asalkan Lo yang nagih. Apa sih yang nggak buat Lo? ” Ujar Deva dengan senyum jahilnya dan matanya yang kedip-kedip imut kearah Vienna sehingga gadis itu ilfeel.

“ Ciee ciee yuhuuu. ”

Kelas Riuh.

“ Ih Apaan sih? Lebay. ” Vienna menggembungkan pipinya lalu mengambil uang 5 ribu dari buku kas dan memberikannya pada Deva.

“ Nggak usah Vi, simpen aja buat tabungan kita nikah ntar. ”

“ Ciee ciee, Deva udah ancang-ancang nih. ” seru Andre.

“ Bodo Amat. ” Ujar Vienna kesal lalu segera memasukan Buku kas ke dalam tas nya dan mengajak Rini serta Tara ke kantin.

“ Dev, Lo naksir Vienna ya? ” Ledek Andre sambil merangkul Richard yang juga senyum-senyum.

“ Nggak lah, gue nggak pernah naksir orang. ”

“ Gaya Lo, dasar kutil. ” Ujar Aldi sambil menoyor kepala Deva.

“ Woi! Liat Vienna Gak? ”

Sebuah Suara Bariton terdengar dari Pintu kelas. Deva segera menengok, suara itu dari Panji kakak kelas mereka bersama dua orang temannya, Panji berbadan bongsor dan katanya sudah dua kali tidak naik kelas, harusnya sekarang sudah lulus.

Setelah mendapat jawaban kalau Vienna ke Kantin, Panji segera kesana, sebelumnya pemuda itu masih sempat melempar pandangan sinis kearah Deva. Sudah bukan rahasia lagi kalau mereka berdua bermusuhan, bahkan dulu hampir pernah berkelahi. Namun Panji masih menyimpan rasa segan kepada Deva karena anak itu terkenal jago berkelahi bukan hanya di SMA Nusantara, tapi juga di sekolah lain.

“ Dasar manusia-manusia Bar-bar. ” Seru Andre saat Panji sudah berlalu.

“ Halah, pas orangnya udah pergi baru berani bilang gitu. ” Cibir Richard.

“ Eh tapi ngapain dia nyari Vienna ya? ”

“ Palingan juga dia salah-satu Fansnya Vienna. ” Ujar Aldi.

Vienna memang menjadi primadona baru di SMA Nusantara, dari kakak kelas, adik kelas maupun teman seangkatan juga banyak yang berusaha mendekatinya, tapi karena Viennanya yang jutek akhirnya perjuangan mereka sia-sia.

“ Bukan Urusan kita kali. Gue mau ke kantin dulu mau beli susu. ” Deva segera memotong dan keluar kelas menuju Kantin, minuman favoritnya memang susu kotak.

Di Sudut Kantin, Deva melihat Vienna sedang berbicara dengan Panji sedangkan Tara dan Rini entah kemana. Tidak ada yang berani ke sudut kantin itu karena takut dengan Panji, jadi antrian hanya terpusat di tengah Kantin sehingga Deva harus susah payah masuk menuju kulkas. Vienna tidak sadar Deva lewat di belakangnya, tapi Panji yang melihat Deva kembali melemparkan tatapan sinisnya dan tidak direspon sedikitpun oleh Deva.

Deva membuka kulkas dan tidak menemukan Susu kotak kesukannya, setelah merenung sejenak Deva segera mengambil sekotak Yogurt Cimory dan langsung meminumnya, dia mengambil uang untuk membayar, namun masih banyak siswa yang berdesakan sehingga Deva malah kepepet ke sudut dekat tempat Vienna dan Panji, matanya menangkap sosok Rini dan Tara yang melambai kearahnya dari sudut yang lain dan menunjuk kearah Vienna, Deva hanya mengerutkan dahi karena tidak mengerti maksud keduanya.

“ Vi, mau dong nanti malem jalan sama Gue. ”

“ Nggak Kak Panji, harus berapa kali sih Gue bilang gitu. ”

Untuk kesekian kalinya Panji bersikeras mengajak dan sedikit memaksa Vienna meskipun gadis itu terus menolak.

“ Kenapa nggak mau? ”

“ Gue ada Janji nanti malem. ”

“ Sama Siapa? ”

“ Ya adalah. ”

“ Lo bohong Vi. ” Panji menunjukan raut kesal.

“ Nggak kok, orangnya juga ada disini. ”

“ Siapa? Bawa kesini gue mau liat. ”

Vienna merutuk dalam hatinya, niatnya semula hanya untuk meyakinkan Panji dengan omongannya yang hanya karangan semata, tapi dia tidak menyangka kalau Panji tidak mudah percaya, dengan sembarangan Vienna menarik tangan seseorang yang bisa dijangkaunya.

“ Nih orangnya. ”

“ Dia? ” Panji menunjuk orang yang ditarik Vienna.

Vienna mengangguk lalu menengok orang yang di sampingnya, dia malah terkaget-kaget sendiri saat tahu siapa sosok yang ditariknya itu.

Deva yang tidak tau apa-apa dan tiba-tiba ditarik Vienna cuma diam berusaha mencerna apa yang terjadi sambil menyedot Yogurtnya sehingga tampangnya konyol sekali.

Panji segera pergi dengan kedua temannya dengan sangat kesal, untung saja Deva yang ditarik oleh Vienna, jika Orang lain, mau rasanya Panji menyemprot orang itu agar membatalkan janjinya dengan Vienna.

Vienna segera menarik nafas lega saat Panji pergi. Lalu dia menepuk-nepuk bahu kanan Deva dengan tatapan penuh terima kasih.

Thanks ya. ”

“ Hah? ”

Vienna tidak menghiraukan Deva yang kebingungan, gadis itu langsung berjalan kembali ke kelas setelah memanggil Tara dan Rini.

Deva tidak punya waktu lama untuk berpikir apa yang terjadi, karena bel masuk sudah berbunyi. Buru-buru dia membayar Yogurt yang diminumnya dan segera bergegas ke kelas.

Vote, Kritik, dan Sarannya sangat diperlukan :D

BADBOY 💗 GOODGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang