“ Lo udah beli semuanya? ”
Deva bertanya kepada Vienna sambil membantu membawakan Plastik besar yang berisikan alat-alat yang akan digunakan untuk menghias Kelas nanti. Mereka baru saja sampai di Sekolah, Deva rupanya tidak telat menjemput Vienna, jam setengah tujuh kurang dia sudah siap sedia di depan pagar Rumah Vienna lengkap dengan Mobil Hitam milik keluarganya, yang dikemudikan oleh Pak Maman si Supir Pribadi keluarga Deva.
Deva bisa bangun cepat gara-gara menggunakan tiga Alarm sekaligus, yaitu Alarm dari Handphone dan Jam Wekernya, satunya lagi dari Jam Weker pembantu rumah tangganya yang Deva Pinjam. Berkat tiga bunyi Alarm itu, Deva bisa bangun tepat waktu dan gantian Pembantu rumah tangganya yang telat bangun.
“ Iya udah, nanti palingan kalau ada yang kurang kata Bagas boleh ijin keluar belinya. ”
Deva mengangguk. Dia sengaja minta diantar pakai Mobil, kalau pakai Motor bakalan repot bawa kantong-kantong plastik lumayan besar yang ada empat itu.
Mereka berdua segera masuk ke kelasnya dimana masih cukup sepi, karena sekarang baru jam 6.50 sementara jam masuk sekolahnya di hari spesial ini adalah 7.30, di dalam kelas cuma ada beberapa Anak yang ditugaskan untuk merancang dekorasi kelas, termasuk Bagas yang ditunjuk sebagai ketua Koordinasi karena dia yang punya bakat seni paling bagus, Bagas bahkan bisa menggambar Naruto dari Kata Sasuke. Sebuah terobosan baru dalam dunia pergambaran setelah dia terinspirasi dari sebuah channel YouTube, sehingga Bagas berusaha menjadi lebih baik dan melampauinya.
“ Wess, akhirnya udah dateng. ”
Bagas cengengesan melihat kedatangan Vienna dan Deva.
“ Tumben Babang Deva dateng cepet. ”
“ Bacot lu Gas. ”
Bagas terkekeh lalu segera memeriksa semua kantong yang dibawa Vienna dan Deva dengan teliti.
“ Woi Dev, bisa juga lu bangun pagi. ” Aldi yang baru datang segera menegur Deva.
“ Yoi, Deva gituloh. ”
“ Hmm, saya mencium bau-bau kekurangan ini. ” Bagas bergumam sok tau sambil mengelus-elus dagunya.
“ Lah? Apa yang ketinggalan Gas? ” Vienn mengernyitkan dahinya, seingatnya semua perlengkapan yang dipesan sudah dibelinya kemarin.
“ Ini kertas krep sama Staples tembak nya mana? ”
“ Hah? ”
Vienna berpikir sejenak lalu menjerit histeris.
“ Waduh, kayanya ketinggalan deh, soalnya semalem gue keluarin. ”
“ Lah gimana dong? ”
“ Tenang-tenang. ”
Bagas segera merentangkan kedua tangannya kedepan sambil berdiri, entah apa maksudnya.
“ Lo bisa balik ke rumah Lo sekarang, mumpung belom jam tujuh, ada waktu setengah jam lah, masih sempet kok. ”
“ Gue tadi bareng sama Deva pake mobil keluarganya. ”
Bagas menggaruk belakang kepalanya sejenak.
“ Santai aja. Gue ada solusinya. ” Deva segera angkat bicara lalu memanggil Aldi yang sedang duduk.
“ Nape? ” Ujar Aldi saat mendekat.
“ Anterin Vienna kerumah gih. Ngambil bahan buat hiasan kelas yang ketinggalan. ”
“ Bensin gue sekarat bos. ”
“ Tenang aja, ntar gue isiin. ” Ujar Vienna cepat.
Aldi segera tersenyum lebar.
“ Oke Ayo. Let's move! Go go go! ” Aldi menirukan suara Game Point Blank yang biasa dimainkannya lalu bergegas ke parkiran diikuti Vienna.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY 💗 GOODGIRL
Fiksi RemajaCinta itu Sesuatu yang Misterius, Indah, tidak bisa ditebak dan diperkirakan kemana dia akan berlabuh.