Vienna melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 20.16, gadis itu tengah menunggu Rini dan Tara yang mengajak Vienna untuk menghabiskan malam minggu bersama. Yah maklum mereka semua jomblo sih.
“ Vii, buru. ” Teriak Tara dari dalam Mobilnya yang ternyata sudah terparkir di depan pagar rumah Vienna.
Vienna segera melambaikan tangannya dan bergegas kearah Tara, tampak Rini yang sudah duduk manis di samping Tara. Vienna langsung masuk dan duduk di kursi belakang.
“ Bertiga nih? ” Tanyanya.
“ Rame kok, tenang aja, yang lain udah di tempat tujuan. ” Ujar Tara sambil menjalankan mobilnya.
Tujuan mereka memang sebuah Cafe yang kata Tara sudah menjadi Basecamp mereka kalau malam minggu.
Sekitar 20 menitan mereka menyurusri jalan Raya yang padat karena banyak anak-anak muda maupun keluarga yang keluar untuk menghabiskan malam minggu bersama, Tara membelokan dan memarkir mobilnya di halaman sebuah Cafe yang berukuran lumayan besar, sebuah Cafe untuk anak-anak muda, tapi juga tidak membuat Orang dewasa gengsi untuk memasukinya.
Vienna memasuki Cafe itu bersama Tara dan Rini dengan canggung. Sempat dilihatnya sebuah papan dihiasi lampu warna-warni yang bertuliskan “Dev's Cafe” di depan.
“ Oi oi oi! ” Andre berseru sambil melambai-lambaikan tangannya menyapa mereka bertiga yang baru masuk. Memang betul kata Tara kalau di situ sudah banyak teman-teman sekelas mereka. Ada Andre, Richard, Aldi, Rio, Momo, dan yang lainnya.
“ Hai Vi, ikut juga ternyata. Enjoy ya. ” Sapa Richard sambil mengacungkan jempolnya dan dibalas dengan senyum oleh Vienna.
Bagi Vienna ini pengalaman pertama kalinya dia ke Cafe, karena dia tipe anak yang jarang keluar rumah kalau tidak perlu, kecuali bersama kelyarganya. Sekarang dia masih canggung sambil duduk di sebuah kursi, sementara teman-temannya yang lain sudah sibuk bercekrama.
“ Oke, sekarang kita akan mendengar Tuan Muda kita melantunkan sebuah lagu yang agak sendu, tapi tentunya akan menghibur kita semua. Selamat menyaksikan. ” Ujar MC dengan bersemangat disambut tepuk tangan oleh para pengunjung Cafe, Vienna sibuk melihat daftar menu makanan dan tidak mempedulikan siapa penyanyi yang akan naik ke panggung sampai musik mulai mengalun dan suara penyanyinya masuk.
Datanglah Bila engkau menangis.
Ceritakan semua yang engkau mau.
Percaya padaku, aku lelakimu.
Mungkin pelukku tak sehangat senja.
Ucapku tak menghapus air mata.
Tapi ku disini, sebagai lelakimu.Tepuk tangan bergemuruh dari seluruh Pengunjung Cafe saat Lagu dari Virzha yang berjudul Aku Lelakimu itu dilantunkan dengan merdu. Vienna segera mendongakkan kepalanya menatap kearah Panggung, matanya menyipit dengan kesan tidak percaya saat melihat siapa yang bernyanyi.
“ Hah? Deva? ”
Deva yang tengil dan jahil itu bisa nyanyi sebagus ini? Vienna masih terperangah, antara kagum dengan tak menyangka, suara Deva benar-benar sangat halus di telingannya, sampai Deva menyelesaikan lagunya dengan ciamik dan turun dari panggung Vienna masih menatapnya kagum.
“ Yo, gimana gue? Udah mirip personil Chainsmokers belum? ” Tanya Deva, padahal tadi dia membawakan lagunya Virzha.
“ Mirip banget Dev, mirip lengkingan Mak Lampir versi macho. ” Ujar Aldi.
“ Kunyuk! ” Deva menjitak kepala sahabatnya itu lalu matanya menangkap sosok Vienna yang duduk sendirian.
“ Kebiasaan ya, cewe cantik malah dianggurin. ” Selorohnya sambil mendekati Vienna sementara teman-temannya kembali sibuk, karena sekarang Andre yang akan naik ke panggung untuk bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY 💗 GOODGIRL
Roman pour AdolescentsCinta itu Sesuatu yang Misterius, Indah, tidak bisa ditebak dan diperkirakan kemana dia akan berlabuh.