Dua

947 47 2
                                    


“ Yeahh!! ” Seru seorang Pemuda sambil meregangkan otot-ototnya di depan gerbang SMA Nusantara yang sudah tertutup itu, nampaknya terlambat tapi masih tenang-tenang saja seolah itu hal biasa.

“ Nggak bosen telat terus gitu Nak Deva? ” Tanya Mang Odang, Satpam Sekolahnya.

“ Yah, this is my style Mang. ” Ujar Deva santai sambil terkekeh sok keren sementara Mang Odang cuma geleng-geleng kepala. Saking seringnya Deva telat sejak kelas X membuatnya dan Mang Odang jadi cukup akrab.

“ Lagian juga Hujan mang, rumah saya kan jauh. ” Sambung Deva lagi.

Tadi subuh memang sempat hujan deras sampai pagi, namun sekarang sudah reda. SMA Nusantara sebetulnya memberikan toleransi jika hujan, tapi Deva justru datang di luar batas waktu toleransi.

“ Kan pake Mobil Nak. ”

“ Menurut Game yang saya mainkan Mang, mengendarai disaat cuaca buruk itu berbahaya. ” Deva kembali berkelit dengan teori yang didapatnya dari game simulasi yang pernah dia mainkan. Padahal dia memang sengaja menyuruh Supir keluarganya untuk mengantarnya lebih lambat. Alhasil, siswa yang terlambat hanya dia sendiri.

Mang Odang baru kembali ingin menanggapi Deva, namun Pak Jono yang sedang tugas piket sudah menghampiri, menyuruhnya untuk membuka gerbang dan mengisyaratkan agar Deva masuk.

Karena masih awal ajaran baru sekaligus alasan cuaca, hukuman untuk Deva hanya push up sebanyak 20 kali. Padahal biasanya harus memungut sampah atau membersihkan bagian-bagian tertentu di sekolah itu ditambah namanya akan dicatat di sebuah buku khusus.

“ Kamu lagi kamu lagi. Bosan Bapak ngehukum kamu. ” Gerutu Pak Jono saat Deva sudah menyelesaikan hukumannya.

“ Kalau Bosen jangan dihukum lagi Pak. Lagian Bapak mulu guru piketnya. ” Ujar Deva sambil Nyengir disambut ekspresi kesal Pak Jono.

“ Kamu itu sudah enak hidupnya Deva, keluarga kamu punya mobil. Hujan sudah bukan lagi halangan untuk kamu ke sekolah. ” Kata Pak Jono.

“ Dulu waktu Bapak seusia kamu, Bapak tidak pernah terlambat ke sekolah meskipun hujan deras, bahkan Bapak juga tidak pernah naik mobil seperti kamu. ” Sambung Pak Jono lagi.

“ Jelaslah, Rumah Bapak dulu kan di depan sekolahannya. ” Sahut Deva.

“ Lah? Tau darimana kamu? ”

“ Kan Bapak pernah cerita dulu. ”

“ Masa? ”

“ Iyalah. ”

“ Yasudah, masuk sana. ” Pak Jono kesal sendiri bicara dengan Deva.

“ Makasih Pak. ”

Deva segera bergegas ke kelasnya karena sesuai jadwal yang dikirim Andre semalam, seharusnya sekarang kelas Deva diisi oleh Bu Sari yang mengajar Matematika. Di ujung Koridor Deva melihat Punggung Bu Sari, sepertinya beliau juga terlambat.

“ Kesempatan nih. ” Gumam Deva.

Dengan cepat tapi tanpa suara dia segera mengikuti Bu Sari yang masuk ke kelasnya, sejenak tanpa sepengetahuan Bu Sari yang sedang berjalan ke meja guru, dia memberi tanda kepada teman-temannya yang paham kalau Deva minta mereka diam.

Remaja itu segera mengendap-endap masuk kedalam kelas, namun posisinya melangkah mundur dengan hati-hati.

“ Deva! Mau kabur kamu? ” Bentak Bu Sari yang baru berbalik setelah meletakan tas dan jaketnya saat menangkap sosok Deva yang memang jika dilihat sekilas seperti mau keluar dari kelas bukannya masuk, terlebih Deva juga dikenal sebagai tukang kabur saat jam pelajaran. Beliau juga baru masuk ke kelas dan belum sempat mengabsen para murid di dalam ruangan itu.

“ Jangan macam-macam. Sana duduk lagi. ” Sambung Bu Sari sambil melotot.

Deva segera mengiyakan lalu langsung ke tempat duduknya di pojok kiri kelas diiringi tatapan dan senyum dari teman-teman sekelasnya.

“ Ehm, Tas Lo bisa diminggirin? ” Ujar Deva saat melihat Tas imut berwarna Pink milik seorang gadis Asing dan juga imut seperti tasnya yang bercokol di kursi samping tempat duduk Deva.

“ Oh? I-iya. ” Dengan Kikuk Vienna segera memindahkan tasnya ke pangkuannya lalu memeluknya dengan agak salah tingkah. Deva yang digambarkan oleh Andre dan teman-temannya kemarin memang tidak jauh berbeda, tapi sosok yang dilihatnya sekarang secara langsung malah lebih keren.

Deva nyengir kuda lalu segera duduk di kursi samping Vienna. Tangannya menunjuk tas imut yang masih dipeluk oleh Vienna.

“ Simpan di laci aja kali. ”

“ Ah? Oh iya. ”

Vienna kembali tergagap lalu tangannya memasukan tas pinkynya itu ke dalam laci di mejanya.

“ Lo Vienna ya? Andre udah bilang semalam kalau ada Anak pindahan yang cakep, pemalu, imut tapi rada jutek. ” Jelas Deva.

Vienna cuma mengangguk pelan, dalam hatinya dia merutuk Andre yang seolah tau semua tentang dirinya dan malah menceritakan pada Deva.

“ Deva! Perhatikan saya. ” Bu Sari menegur Deva yang sibuk mengajak Vienna berbicara.

“ Takut Bu, nanti ada cemburu kalau saya perhatiin Ibu. ” Ujar Deva Jahil.

“ Cieeeeee cieeee. ”

Kelas sibuk mencie-ciekan perkataan Deva barusan dan baru tenang saat dibentak oleh Bu Sari. Lalu beliau kembali menerangkan materi setelah memelototi Deva yang senyum-senyum.

Deva yang bosan karena Vienna tidak bisa diajak ngobrol akhirnya memilih diam namun ngantuk segera menyerang matanya, maklum semalam dia begadang ditambah Matematika merupakan pelajaran yang paling tidak disukainya sehingga tak lama dia segera terlelap dengan nyenyaknya.

“ Deva!! ”

“ Deva Bangun!! ”

Dua kali Bu Sari membentak namun Deva tidak bangun juga. Beliau segera menunjuk Vienna dan menyuruh gadis itu membangunkan Deva.

“ Deva. ”

Pelan-pelan dan berulang kali Vienna menggoyang lengan Deva namun Pemuda itu masih tak bergerak, akhirnya karena dibayangi pelototan Bu Sari, Vienna menarik rambut Deva dan memanggilnya agak keras diiringi tertawaan teman-temannya.

“ Deva Oii! ”

Deva tergagap bangun dan masih bingung kenapa Vienna yang tadi susah diajak ngobrol sekarang malah membangunkannya dengan cara yang tidak lembut ( Kasar yang diperhalus.).

“ Masih pagi sudah ngantuk. Semalam kamu ngapain Deva? ” Tanya Bu Sari dengan kesal. Moodnya sudah dirusak oleh Deva pagi-pagi begini.

“ Main Mobile Legend Bu, semalam kalah terus, tapi untung akhirnya bisa naik Tier Epic Satu, bentar lagi saya Legend loh Bu. ” Terang Deva disambut pecahnya tawa di kelas itu.

“ Keluar! Berdiri di depan kelas sampai pelajaran saya selesai. ” Perintah Bu Sari yang sudah tidak tahan menanggapi Deva.

Deva dengan malas berjalan ke luar lalu berdiri di depan pintu kelasnya, menghabiskan sisa jam pelajaran Matematika di situ.

Jangan Lupa Votenya Guys, jangan jadi pembaca rahasia :v
Tentu aja Kritik dan Saran lewat komen maupun Chat sangat dibutuhkan untuk memperbaiki cerita ini.

BADBOY 💗 GOODGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang