Sepuluh

752 25 3
                                    

“ Berantem lagi kamu sampai babak belur gitu? ”

Sebuah Suara berat membuat langkah Deva yang baru saja pulang setelah mengantar Vienna segera terhenti, di depannya berdiri sosok Pria setengah baya dengan pakaian Kantoran lengkap.

“ Mmhm. ”

Vino, Pria itu yang merupakan Papa Deva segera mendekat lalu mengangkat muka Deva yang sedikit menunduk.

“ Berantem terus, kapan kamu bisa jadi Anak bener yang berguna? ”

“ Kapan-kapan. ”

Vino mendengus kasar.

“ Papa bisa cepet mati kalau kamu gini terus. ”

“ Hoo, kenapa sekarang jadi tiba-tiba peduli sih? Bukannya yang ada di pikiran Papa cuma uang, uang, dan uang? ”

“ JAGA OMONGAN KAMU DEVA! ”

“ Emang bener kan? Selama ini jauh lebih penting Uang daripada Anak Send- ”

PLAK!!

Omongan Deva terhenti saat tamparan Vino mendarat di Pipi kanannya. Susah payah Deva menahan emosi sambil mendekap bekas tamparan di pipinya yang memerah itu.

“ DEVA MAU KEMANA KAMU? PAPA BELUM SELESAI BICARA. ”

Teriak Vino saat Deva berlalu tanpa memperdulikannya. Anak itu langsung saja menuju ke kamarnya yang ada di lantai atas.

“ DEVA! KESINI! ”

Suara teriakan Vino tenggelam oleh Dentuman Electronic Music Dance yang di putar oleh Deva keras-keras dari dalam kamarnya. Vino menghembuskan nafasnya dengan kuat untung meredakan amarah, lalu segera keluar naik mobilnya untuk urusan bisnis.

Setelah yakin Papanya pergi, Deva mematikan musiknya, lalu merebahkan tubuhnya di kasur tanpa melepas seragam sekolah, lama dia berbaring tak bergerak sampai tak terasa dia terlelap tidur.

★★★★★

“ Aww! ”

Deva meringis saat rasa sakit pada luka lebam yang ada di pelipis membangunkannya secara mendadak. Setelah mengumpulkan kesadarannya, Deva merasakan seseorang sedang mengompres luka memarnya.

“ Kakak toh. ”

Deva berujar pelan saat menangkap wajah cantik milik Fanny, kakaknya yang berusia 20 tahun. Rupanya sepulang kuliah, Asisten rumah tangga mereka bilang kalau Deva baru saja ribut dengan Papanya, jadi dia segera mengecek kondisi Adiknya ini. Setelah melihat lebam di muka Deva, dia segera mengompresnya dengan es.

“ Lo ribut lagi sama Papa? ” Tanya Fanny sambil terus mengompres luka Deva.

“ Tau darimana? ”

“ Bi Asih yang bilang. ”

“ Oh. ”

“ Lo berantemnya gimana? Tawuran? ”

“ Ho'oh. ”

Fanny menghela nafasnya pelan, lalu membenahi semua peralatan yang digunakannya untuk mengobati Deva.

“ Mandi, terus langsung ke ruang makan. Kita makan malam. ”

“ Emang sekarang jam berapa sih? ”

“ Setengah tujuh. ”

“ Shit! ”

Deva merutuk, sangat lama rupanya dia tertidur. Pasti nanti malam dia tidak akan bisa terlelap lagi sampai pagi.

BADBOY 💗 GOODGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang