BAB 3 Tina tinggal di rumah Mardi

41.4K 623 16
                                    

            Mardi sosok yang ramah, dengan kupis tipis dan rambut tebal, Mardi bertanya pada Ibunya Tina dengan santun.

          "Ada keperluan apa kemari?" tanya Mardi pada Ibunya Tina.

          "Begini Pak, hidup saya selalu susah, saya jualan Pak, tapi tidak pernah habis, bahkan kadang jualan saya tidak laku. Saya ke sini mau minta bantuan Bapak, gimana caranya supaya jualan saya selalu habis Pak," jawab Ibunya Tina sedikit gugup.

          "Itu siapa?" Mardi bertanya dan jarinya menunjuk ke arah Tina.

          "Ini anak saya yang kedua Pak!" jawab Ibunya Tina dengan cepat.

          "Saya akan bantu, tapi kamu harus nurut pada saya, kalau tidak nurut ya tidak akan berhasil!" ucap Mardi dengan santai.

         "Iya Pak, saya akan nurut, saya akan jalani apapun nasehat Bapak," jawab Ibunya Tina.

         "Begini ya, anakmu ini yang gadis sepertinya membawa sial, dia harus di ruwat, harus di bersihkan supaya rejekinya lancar, dan dia cepat dapat jodoh," Mardi menjelaskan sambil menatap Tina.

          Tina dan Ibunya saling berpandangan, Ayah Tina dan Kakaknya memandang Tina. Ibunya Tina tidak paham dengan ucapan Mardi.

          "Maksudnya bagaimana, Pak?" tanya Ibunya Tina.

          "Kalau anak gadismu tinggal bersama kalian, hidupmu akan selalu susah. Sementara Tina tinggal di sini, nanti akan saya ruwat, saya urus di sini sampai kamu sukses," jawab Mardi.

          Tina langsung memegang tangan Ibunya dan berbisik.

          "Aku tidak mau di sini Bu, aku mau tinggal bersama Ibu saja," bisik Tina pada Ibunya.

          "Sabar dulu Ndo, ini demi Ibu, kamu nurut saja dulu," bisik Ibunya Tina menenangkan Tina.

          "Saya tidak memaksa ya!, kalau tidak mau ya tidak apa-apa, kalau nurut, besok bisa buktikan daganganmu akan laris habis," ucap Mardi.

          "Iya Pak, saya nurut, saya titip Tina di sini dulu, tapi saya tidak bawa baju Tina Pak... " jawab Ibunya Tina.

         "Kalau masalah baju jangan khawatir, nanti pakai baju Istriku banyak," jawab Mardi.

          Mardi masuk ke kamar, Tina mulai merengek pada Ibunya, namun Ibu dan Ayah Tina berusaha membujuk.

         "Sabar dulu Ndo, kita lihat besok apa benar dagangan Ibu laris apa tidak, kalau orang pintar itu bohong, Ibu akan menjemputmu, kamu sabar dulu," Ibunya Tina menenangkan.

          Mardi keluar dengan membawa selembar kain putih kecil yang sudah di tulis dengan tulisan arab gundul.

         "Kain ini di bawa kalau kamu sedang jualan, ya!" ucap Mardi dan memberikan kain itu pada Ibunya Tina.

          Mardi memanggil Istrinya membawa Tina dan mengantarkannya ke kamar, orangtua Tina pamit meninggalkan Tina di rumah Mardi. Tina yang tidak pernah berpisah dengan Ibunya langsung menitikkan air mata. Mardi masih melayani tamu-tamu yang datang, Tina di kamar meratapi nasibnya, perasaannya mulai gundah campur aduk ketika melihat pria usia 16 tahun memandangnya tanpa berkedip.

                                                                                     ***

Nafsu Birahi Berujung MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang