BAB 2 Berkunjung ke rumah Mardi

42.4K 657 3
                                    

              Menyusuri bebatuan yang besar, pohon-pohon yang masih rindang, Tina, Kakaknya dan kedua orangtuanya berjalan beriringan. Mereka berharap ada secercah harapan di hari esok setelah bertemu Mardi seorang dukun yang di juluki orang pintar.

              Sampai di lereng gunung, rumah Mardi terlihat banyak tamu yang antri. Dari mulai penglaris, jodoh dan pengasihan, sakit parah, konon Mardi di kenal mampu menangani masalah mereka. Orangtua Tina cemas karena tidak membawa uang banyak untuk membayar Mardi. Ibunya Tina memberanikan diri bertanya pada salah satu tamu yang sedang menunggu.

               "Punten Yu, kalau ketemu Bapak Mardi bayarnya berapa, ya?" Ibunya Tina bertanya dengan wajah cemas.

               "Ya, tergantung! mau memberi berapapun dia terima saja, tidak pernah meminta bayaran, kitanya yang harus ngerti saja, Yu," jawab salah satu Tamu.

                Yu ini singkatan dari Mbakyu, orang Jawa tengah biasa menyapa akrab seorang perempuan dengan sebutan Mbakyu, Lik atau Ndo. Ibunya Tina merasa penasaran dan bertanya lagi.

               "Apa semua tamu itu berhasil, Yu?, dan Yayu bawa apa saja untuk Bapak Mardi?" Ibunya Tina bertanya lagi dan berharap di jawab dengan wajah gelisah.

               "Kata orang-orang manjur Yu, ini saya bawa gula, kopi, teh, beras, uangnya di amplopin saja, Yu!" jawab Tamu dengan memperlihatkan barang yang di bawanya.

               Ibunya Tina diam sejenak dan memperhatikan wanita yang di ajak bicara masuk karena sudah gilirannya.

               "Kang, aku malu Kang, apa orang pintar itu mau menerima uang yang tidak seberapa dari kita ya Kang?" tanya Ibunya Tina pada suaminya.

                "Ini kemauanmu, Bu! kita sudah di sini ya sudah terlanjur Bu, kita jujur saja nanti kalau kita mampunya hanya sedikit memberi uang," jawab Ayah Tina.

               Tina dan Kakaknya asik ngobrol tanpa mempedulikan kecemasan Ibunya. Setelah sepi, Istri Mardi memanggil keluarga Tina. Ibunya Tina masuk dengan muka yang tegang. Bapak Mardi menyambut dengan ramah, matanya berbinar melihat kemolekan Tina yang ikut masuk.

                                                                                        ***

Nafsu Birahi Berujung MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang