BAB 12 Tina ingin bunuh diri

19K 399 4
                                    


            Tina pulang ke rumah dengan harapan bisa mendapatkan perlindungan dan bisa cerita apa yang menimpanya pada Ibunya. Tapi orangtua Tina sudah di perdaya oleh pemikiran yang tidak masuk akal, kehadiran Tina justru membuat khawatir Ibunya.

            "Kamu kenapa pulang ke sini, Ndo? Pak Mardi sudah pesan, kamu pulangnya nanti kalau sudah habis bulan Safar! kenapa pulang?" tanya Ibunya.

           "Aku sudah tidak betah, Bu," jawab Tina berbohong.

           "Ya sudah, nanti Ibu yang tanya pada Pak Mardi!" ucap Ibunya Tina.

           Keesokan harinya seperti biasa Ibunya Tina berjualan, menjelang sore Ibunya Tina pulang dan langsung memaki Tina.

          "Tina, sini kamu! benar kata Pak Mardi, kamu anak pembawa sial! hari ini dagangan Ibu tidak laku, dan semua gara-gara kamu, Tina! aku dengar anak Pak Mardi juga meninggal gara-gara kamu, Tina!" bentak Ibunya Tina.

           Tina tidak berani menjawab, dia hanya menangis dan meratapi nasibnya. Orangtua Tina dan Kakaknya sangat acuh dengan kehadiran dirinya. Tina mulai menulis surat untuk sahabatnya Marfuah.

Sahabatku...

Aku sudah tidak tahan lagi hidup di dunia ini.
Aku hamil Mar...
Aku tidak tahu ini anak siapa...
Karena yang menyentuhku adalah Mardi dan Wawan...
Mar...
Wawan meninggal dalam kecelakaan, dan itu semua karena ketakutan pada Mardi, Wawan membongkar semua perbuatan Ayahnya, dan Ayahnya sangat marah sehingga Wawan lari...
Aku sekarang pulang ke rumah, tapi Ibuku, Ayahku, Kakakku sangat cuek, mereka mengatakan aku anak sial karena jualan Ibuku tidak laku lagi...
Mar...
Aku tidak sanggup menanggung penderitaan ini sendirian...
Aku cuma minta satu saja Mar...
Doakan aku selalu jika aku sudah mati...
Aku sayang kamu sahabatku...
Selamat tinggal...

Sahabatmu
Tina

            Tina melipat kertas dengan derai air mata, dia menunggu hari esok seperti menunggu seribu tahun, Tina melalui malam tanpa makan dan minum. Ibunya sengaja tidak menyediakan makanan agar Tina tidak betah. Rasa emosi Tina di pendam, sampai menjelang pagi saat Ibunya akan berangkat jualan mengancam Tina.

           "Kalau jualan Ibu hari ini sepi lagi, lebih baik kamu kembali ke rumah Mardi!" ucap Ibunya sambil meninggalkan Tina di ruang tamu.

            Rasa sedih teramat dalam di rasakan Tina. Dengan membawa surat, Tina menuju kantor Pos. Tina menyempatkan diri mengintip Ibunya yang sedang jualan dan sepi pembeli. Tina semakin gelisah, hatinya berkecamuk hancur lebur, Tina membayangkan ketika Ibunya pulang akan marah-marah. Tina tidak bisa membayangkan jika kembali pada Mardi akan menjadi budak nafsu dan di maki istri Mardi, karena kematian Wawan.

            Tina masuk kamar, pikirannya sudah gelap, Tina menggeser bangku dan melempar kain selendang di kayu, pandangannya kosong, bisikan setanpun datang dengan cepat agar Tina segera mengakhiri hidupnya. Dengan tangan gemetar Tina memasukan kain selendang dan melilitkannya ke leher, kakinya gemetar, Tina diam sejenak apakah perlu bunuh diri atau tidak, matanya terus mengalirkan air mata, mulutnya terus memanggil nama Allah.

             "Ya, Rabbi ampuni aku Ya Rab... " ucap Tina lirih.

            Tangan Tina mulai gemetar, kakinya mulai lemas, tubuh Tina lemah karena belum makan, akhirnya Tina pingsan dan lehernya terjerat kain selendang.

                                                                                  ***

Nafsu Birahi Berujung MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang