Menjelang subuh biasanya Tina sudah bangun, kali ini Tina benar-benar tidak berdaya dan masih tidur karena pengaruh obat dan minuman. Istri Mardi marah melihat Tina masih tidur.
"Numpang di rumah orang, jam segini belum bangun!" keluh istri Mardi.
"Sudahlah Bu, jangan marah-marah dulu, semalam dia habis di ruwat, dia tidak tidur semalaman, harus di maklumi, kalau kamu marah-marah terus, nanti dia bisa kabur, dan kamu tidak ada yang bantu lagi di dapur" ucap Mardi.
"Lalu sampai kapan dia di sini, Pak? itu kamar anak kita, kalau anak kita datang mau menginap bagaimana?" tanya istri Mardi pada suaminya.
"Sudah jangan cerewet! nanti juga pulang kalau sudah waktunya!" jawab Mardi.
"Kenapa Pak? kenapa tiap ada gadis yang berobat di suruh nginap?" istri Mardi protes.
"Kamu mau uang tidak? sudah, jangan bantah!" Mardi marah dan meninggalkan istrinya sendiri di ruang tamu.
Istri Mardi mulai curiga, rasa cemburunya semakin tinggi, namun dia tidak punya bukti untuk mengungkap semuanya.
Wawan diam-diam terus memperhatikan Ayahnya dan Tina, Wawan sering berhayal dan membayangkan tubuh molek Tina yang di lihatnya malam itu, beberapa waktu berlalu, sampai pada siang itu orangtua Mardi mendapat kabar anak keduanya mendapatkan kecelakaan dan di rawat di rumah sakit. Istri Mardi sangat khawatir dan mengajak Mardi untuk menengok anaknya ke luar Kota.
"Wan, Ibu mau tengok Kakakmu, nanti kalau mau makan, ada Tina yang masak! kamu tidak usah ikut karena harus sekolah, ya?" ucap Ibunya Wawan pada Wawan.
"Iya Bu, tapi jangan lama-lama ya, Bu!" jawab Wawan.
Mardi dan istrinya berangkat ke luar kota. Wawan semakin berdebar-debar merencanakan sesuatu. Malam itu Tina tidak bisa tidur, suara lolongan Anjing dan udara dingin semakin membuatnya ketakutan. Tina terkejut ketika pintu kamar di ketuk.
"Tin, buka pintunya!" Wawan memanggil dari luar kamar.
Tina gelisah dan bingung, namun akhirnya turun dan membuka pintu.
"Ada apa, Kang?" sapa Tina pada Wawan dengan gugup.
Wawan langsung masuk dan mengunci pintu, Tina semakin ketakutan, Wawan menggandeng tangan Tina menuju kasur dan membaringkannya.
"Kamu diam saja ya, tidak usah teriak, kalau teriak, aku akan adukan pada Ibuku kalau kamu sudah tidur sama Bapakku!" ancam Wawan.
"Maksudmu, Kang?" Tina menjawab tidak mengerti.
"Tidak usah pura-pura kamu! malam itu saat kamu di ruwat, setelah kamu minum arak dan obat, Bapakku menidurimu, masa kamu lupa? Bapakku membuka semua pakaianmu dan menindihmu, apalagi kalau bukan mesra-mesraan?!" jawab Wawan sambil melepas celananya.
Tina semakin tidak mengerti, namun dia mencoba mengingat kejadian malam itu, setelah minum Tina tidak ingat apa-apa, paginya kepala pusing dan bagian alat vitalnya sakit, membuat Tina berpikir keras dan menduga-duga. Tina tidak sadar Wawan sudah meraba dasternya dan menyuruhnya membuka. Tina menangis terisak dan menolak, Wawan yang kehilangan akal sehatnya memaksa melepas baju Tina dan memperkosanya. Tina tidak berdaya dan hanya bisa diam dan menangis. Selesai memperkosa Wawan memeluknya dari belakang.
"Sudah jangan nangis, aku sayang sama kamu, nanti aku tanggung jawab, ya!" bisik Wawan di telinga Tina.
Tina masih menangis sesenggukan dan tidak bisa berbuat banyak. Wawan yang sudah kehilangan kendali hasratnya kembali mencium Tina dan memperkosanya. Jiwa muda sudah salah pergaulan dan menyaksikan Ayahnya berbuat mesum, membuat Wawan meniru Ayahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafsu Birahi Berujung Maut
Terror18++ Dewasa Tina adalah korban dari ambisi Ibunya yang ingin mengambil jalan pintas untuk penglaris. Mardi dukun cabul berhasil mengelabui Ibunya Tina, Mardi mengatakan Tina anak yang sial dan harus di ruwat. Selamat menikmati membaca cerita ini sam...