Bagian 10

36 2 0
                                    

Saat emosi menghampiri
Bisa membuat manusia lupa diri-

Saat ini Azka dan Raka sedang mengikuti ekstra Basket. Raka adalah ketua tim basket sekolah mereka. Tapi hari ini ia tampak tidak bersemangat.

"Lo kenapa? Lemes banget!" tanya Azka.

Raka tidak mengubris pertanyaan Azka. Pikiran nya kosong.

"Nampaknya lo beneran ada masalah ya?" tanya Azka kembali. Azka juga memiliki masalah, tapi ia pandai menutupi masalahnya, baginya masalah jangan terlalu dipikirkan, yang perlu dipikirkan hanya solusi dari masalah tersebut.

"Gue lagi pingin sendiri," titah Raka lalu pergi meninggalkan Azka.

"Gue sebagai sahabat lo gunanya apa? Kalo lo pumya masalah tapi lo ga mau berbagi sama gue!" teriak Azka.

Raka menghentikan langkahnya, "lo ga perlu tau!"

Mendengar itu Azka mngernyitkan giginya. Tak seperti biasanya Raka seperti ini. Ia juga langsung pergi ke parkiran untuk segera pulang.

* * *

"Ngapa lo? masam banget tu mukak!" tanya aurel pada Raka yang sedang mengunyah cemilan sambil menonton tv.

"Mama udah pulang?"

"Tadi udah terus keluar lagi,"

"Kemana? Sama siapa?" tanya raka penasaran.

"Gatau, tadi dijemput sih tapi gatau sama siapa," jelas Aurel.

"Kenapa ga lo tanyain?"

"Lo kenapa sih, pulang maghrib terus marah-marah ga jelas, sensitif banget lo!" jutek aurel.

"Lo tau kan kalo mama selingkuh, dan gue gak mau kalau papa tau! Karna kalau papa tau, keluarga kita akan hancur!" bentak Raka pada Aurel.

"Terus? Lu ngeluapin kemarahan lo sama gue? Lo ngebentak gue? Gue benci dibentak!" teriak Aurel yang meneteskan air matanya, lalu berlari ke kamar.

Raka hanya terdiam menundukkan kepalanya. Ada apa dengannya hari ini?

* * *

Malam sekitar pukul 10, Azka masih berkeliling jalanan untuk mencari tahu kabar tentang perselingkuhan papanya.

"Eh itu Aurel bukan ya?" ujar Azka.

"Ah biarin aja lah, orang kayak dia gausah diperhatiin," titah Azka.

Saat Azka melewati kursi taman yang diduduki Aurel, terketuk hati Azka untuk kembali ke tempat Aurel. Walaupun ia membenci sifat aurel, ia juga tidak boleh membiarkan perempuan untuk tetap diluar rumah saat sudah larut malam begini.

"Tumben ya jakarta ada bintang," ujar Azka lalu duduk disebelah Aurel.

Aurel hanya diam, sudah 1 jam ia duduk ditaman ini dan baru saja air matanya kering, tapi air matanya kembali menggenangi kelopak matanya.

"Waduh hujan mau turun nih," ujar Azka seperti menyinder Aurel.
Aurel memejamkan matanya. Ia sungguh sedang butuh teman untuk tempat menyandarkan tubuhnya. Tapi apakah Azka orangnya? Orang yang ia benci. Orang yang selalu mengingatkannya pada vino.

AZKA AditamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang