Saat sampai di rumah, aku langsung menemui ayahku.
"Ayah!" teriakku sembari duduk di samping ayah.
"Ada apa ini Bela? Kenapa kau menangis?" tanya ayah kepadaku.
"Semua orang yang aku sayang, kenapa yah? Kenapa mereka harus meninggalkan Bela?" tanyaku balik dengan airmata yang mengalir begitu deras.
"Tenang sayang, ayah akan selalu menyayangimu." jawab ayah.
Aku meletakkan kepalaku diatas pangkuan ayah dan masih terus menangis. Aku merasa menjadi seorang wanita yang bodoh, menyia-nyiakan pengorbanan Alex yang sudah begitu besar. Dan bagaimana bisa aku bertemu dengan Alex sekarang? Semua sudah hancur.
"Apa yang kau inginkan sekarang?" tanya ayah sambil menghelai rambutku.
"Aku ingin, pergi. Dimana disana akan ada semua orang yang aku sayangi!" jawabku.
"Maksudmu? Kau ingin pergi ke Kerajaan Draker?" terkejut ayah.
"Iya ayah. Harus! Dia sudah berjuang begitu berat untuk Bela tanpa Bela sadari, ayah. Sekarang Bela sadar, Bela harus berjuang. Karena Bela juga tetap mencintainya dari dulu sekarang dan kemudian!" jelasku yang beranjak bangun dari pangkuan ayah.
"Tapi..." ujar ayah yang terhenti ketika aku menatap matanya.
"Ayah harus percaya pada Bela jika ayah sayang dengan Bela. Saat ini Bela butuh bantuan ayah, dimana kerajaan itu Berada?" yakinku pada ayah.
"Siapa yang ingin kau cari? Ibumu sudah meninggal Bela!" bentak ayah.
"Alex, ayah! Alexander John William yang ingin Bela cari! Kita saling mencintai, jadi Bela mohon bantu Bela ayah. Bela tidak pernah melarang ayah jatuh cinta dengan ibu, padahal ibu adalah seorang vampir!" bentakku juga.
"Terserah padamu Bela, ayah tidak akan membantumu ataupun ikut pergi bersamamu." ujar ayah sembari pergi dari rumah untuk menenangkan diri.
Hari itu hidupku sangat kacau, aku ingin mencari Alex. Tapi ayah melarangku. Aku benci pada diriku sendiri, mengapa hatiku tidak bisa menerima jika harus kehilangan Alex.
Aku mencoba mencari petunjuk lokasi kerajaan itu di kamar ayah. Namun cara itu tidak menghasilkan apa-apa. Secara tidak sengaja aku menginjak sebuah batu di balik karpet hijau di kamar ayah, dan tiba-tiba sebuah tembok terbuka. Yah, ada sebuah ruang rahasia milik ayah.
Dengan penuh kehati-hatian, kulangkahkan kakiku untuk memasuki ruangan itu. Aku sungguh terkejut melihat isi dari ruangan itu."Ibu! Kau disini!" teriakku sembari memeluk jasad ibu.
"Buku apa ini?" tanyaku saat melihat sebuah buku di tangan ibuku.
Aku mengambil buku itu dan keluar dari ruangan itu. Aku berusaha mencari batu di balik karpet yang tidak lain adalah kunci dari ruangan itu. Aku menginjak kembali batu itu, dan tembok pun kembali tertutup.
Aku berlari dengan kencang menuju kamarku sebelum ayah mengetaui semua tindakanku. Kubuka pintu kamarku dan kulemparkan buku itu di ranjang. Aku menutup pintu kamar dan menguncinya.
Dengan pelan-pelan aku membuka buku itu dan mulai membaca isinya."Maafkan aku yang terlanjur mencintaimu. Aku harus meninggalkanmu, jika tidak, Bela akan menjadi vampir sama sepertiku. Aku tidak ingin dia mengetaui semua ini sebelum aku meninggal. Aku akan kembali menjadi pelayan di Kerajaan Draker, kerajaan vampir yang hanya dianggap khayal oleh manusia. Kau tidak perlu mencari atau menyusulku, aku akan baik-baik saja. Istrimu." membaca halaman depan buku itu.
Aku membalik ke halaman berikutnya.
"Kerajaan ini memiliki banyak pintu untuk vampir keluar dan mencari darah manusia. Bahkan terkadang manusia juga ada yang masuk melalui pintu itu tanpa dia sadari dia sudah berada di wilayah Kerajaan Draker. Berhati-hatilah, jaga Bela untukku. Istrimu." isi buku halaman kedua.
"Disini aku melayani salah satu putri, dia sangat baik. Bahkan dia berjanji padaku untuk memberikan jasadku padamu saat nanti aku telah tiada melalui sebuah pintu rahasia yang dia miliki. Pintu itu ada di balik pohon beringin terbesar di jalan cinta saat kita bertemu. Jemput aku, saat aku sudah tiada nanti. Istrimu." isi halaman ketiga dari buku itu.
"Bela! Sudah jangan bersedih, ayah melakukan ini untuk kebaikanmu. Keluarlah ayah bawakan burger kesukaanmu!" teriak ayah dari luar kamarku yang membuatku sangat terkejut.
"I.. Iya ayah. Bela keluar!" jawabku.
"Yah, jalan cinta. Dimana ayah dan ibu bertemu! Aku harus bisa membuat ayah mengatakan dimana jalan itu kepadaku." gumamku dan beranjak dari ranjang.
Aku keluar kamar dengan penuh percaya diri, agar ayah tidak curiga padaku. Aku menarik sebuah kursi yang berada tepat di depan ayah.
"Ayah, Bela tidak akan marah jika ayah menceritakan bagaimana ayah bertemu dengan ibu dulu!" ujarku yang membuat ayah tampak terkejut.
"Untuk apa?" tanya ayah.
"Agar Bela bisa membayangkan hal itu adalah Bela dan Alex. Setidaknya hati Bela bisa senang." jawabku.
"Ayah dan ibu bertemu saat ayah mencoba melewati jalan yang diberitakan angker saat itu. Ayah melihat wanita cantik penuh darah dikaki dan tangannya sedang berbaring di pinggir jalan, lalu ayah menghampiri wanita itu dan membawanya ke rumah. Ayah memanggil seorang dokter untuk mengobati wanita itu." ujar ayah.
"Luka? Luka seperti apa?" tanyaku.
"Cambukan, cakaran, dan memar bekas pukulan." jawab ayah.
"Dijalan mana ayah menemukannya?" tanyaku.
"Dijalan yang jarang dilalui oleh manusia. Kau tau pertigaan menuju sekolahmu? Jika ke sekolahmu kan belok ke kanan, tapi jalan itu belok ke kiri." jelas ayah.
"Pantas saja Bela jarang mengetahui kendaraan yang berbelok ke kiri, bahkan tidak pernah." sahutku.
Ayah tiba-tiba terdiam dan memandangku dengan tatapan yang begitu membuatku takut. Kupikir ayah akan segera tau kalau aku telah berusaha mencari pintu masuk ke Kerajaan Draker.
"Ah, ayah! Bela sudah selesai. Sekarang Bela mau istirahat, hari ini sangat melelahkan bagi Bela." ujarku mengalihkan tatapan ayah.
"Selamat malam sayang! Ingat pesan ayah, jangan pernah mencoba pergi ke Kerajaan Draker. Itu sangat berbahaya untukmu." ujar ayah.
Aku hanya terdiam dan menganggukkan kepalaku untuk membuat ayah percaya bahwa aku tidak akan pergi ke kerajaan itu.
Saat sampai di kamar aku berjalan bolak-balik di samping cendela sembari menatap bintang-bintang malam yang berainar begitu indah. Aku memikirkan, bagaimana caraku untuk bisa pergi ke Kerajaan Draker tanpa ayah harus tau tindakanku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi malam ini, saat ayah sudah tertidur.
Setelah menemukan ide itu, aku langsung bersiap-siap untuk membawa barang apa saja yang akan aku bawa nanti. Mulai dari pakaian, obat pribadiku, dan bawang merah agar para vampir tidak bisa mencium bau darahku. Serta buku yang kudapatkan dari kamar ayah.Semua barang itu kumasukkan dalam ransel kecilku yang berwarna biru muda.
"Ini kesempatan pertama, dan terakhirmu Bela. Kau harus berhasil!" gumamku pada diriku sendiri saat aku bercermin.
***
Seru gak?Maaf kemarin aplikasi agak eror jadi ceritanya kurang lengkap, tapi ini udah aku revisi tapi gak total.
Semoga menarik...
Jangan lupa vote kamu ya guys!
Shely Alfiana
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Vampire
VampireI'am Vampire, ini menceritakan sebuah perjuangan cinta vampir yang ganas dengan seorang perempuan yang menjadi sahabatnya sejak kecil. Rank #134 - vampir (02-03-2018) #128 - vampir (03-03-2018) #088 - vampir (05-03-2018) #079 - vampir (13-03-2018) b...