Part 8

558 35 14
                                    

Tubuhku yang begitu lemas kini sudah mulai kembali kuat setelah Selusa meninggalkanku.
Aku melihat sepercik terik matahari di pagi itu dari lubang tembok bangunan itu. Aku bergegas menghindar dari cahaya itu, jika tidak aku akan mati. Aku mendorong pintu dan keluar dari kamar itu. Aku melihat banyak budak yang tertidur pulas saat menjagaku, dan aku mencoba melarikan diri dari sana.

Dengan langkah penuh kehati-hatian, aku menyusuri setiap jalan yang ada di kerajaan itu untuk mencari jalan keluarnya. Sampai aku menemukan sebuah taman yang sangat indah. Disana sinar matahari tidak bisa masuk, tetapi sangat terang dengan cahaya kunang-kunang dan lampu pijar serta bunga yang menyala.
Aku sangat tertarik untuk masuk ke taman itu. Kulangkahkan kakiku untuk masuk ke taman itu dengan rasa penasaran.

Saat aku sudah masuk ke taman itu, aku melihat ada seorang gadis menangis yang duduk di sebuah kursi putih yang ada di tengah taman itu dengan tertunduk. Aku mendekatinya, dan mencoba bertanya siapa dia.

"Hay! Siapa kamu! Apa kau juga tahanan? Kenapa kau menangis?" ujarku sembari menyentuh pundaknya dan duduk di sebelahnya.

"Aku Putri Crisnia Draker. Aku hanya meratapi nasibku!" jawabnya dengan tetap menunduk dan menangis tersedu-sedu.

"Putri Crisnia!" kagetku

"Iya kenapa?" tanyanya sembari melihatku.

"Jadi kau yang bernama Alexander John William?" ujar Crisnia.

"Iya putri. Tapi saya mohon maaf, saya tidak bisa memaksa perasaan saya!" jawabku.

"Aku juga tidak menginginkanmu! Bahkan aku menyesal harus terlahir sebagai vampir, karena aku tidak suka kejahatan, apalagi meminum darah manusia. Semua itu kulakukan dengan terpaksa dan penuh penyesalan." ujar Crisnia.

"Apa yang kau katakan?" tanyaku bingung dengan perkataannya.

"Akan kuceritakan padamu." ujar Crisnia sembari memandang wajahku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Aku mencintai manusia. Aku ingin hidup bersamanya, tapi ayahku murka atas keputusanku. Lalu dia menjodohkanku denganmu. Dan kakakku yang sudah lama memiliki rasa untukmu menjadi membenciku karena hal itu. Aku tidak ingin bertengkar dengan kakakku, tapi semua ini sudah keputusan ayahku, tapi ingatlah aku tidak akan memaksamu. Karena aku juga belum siap untuk melupakan seseorang yang kucintai." penjelasan Crisnia.

"Aku juga mencintai manusia, Bela Lucidus. Aku hanya akan hidup bersamanya." ujarku.

"Pergilah dari sini. Jangan sampai kakakku juga akan patah hati sepertiku. Pergi kau!" hardik Crisnia.

"Aku akan pergi, tapi tolong bantu aku menemukan pintu keluarnya." jawabku.

"Sudut kanan taman ini ada pohon beringin. Disana ada pintu kecil, kau bisa lewat sana. Tidak akan ada orang yang bisa menangkapmu, kau akan aman. Karena hanya aku yang tau pintu itu!" ujar Crisnia sembari menunjuk sebuah pohon.

Aku bergegas pergi menuju pohon itu dan mencoba mencari pintu keluar itu.

"Yah, ini! Aku menemukannya!" gumamku.

Kubuka pintu itu dan terlihat dunia nyata manusia disana. Aku segera masuk dan menutup kembali pintu itu.
Dan kini aku sudah kembali di dunia manusia. Di kehidupan manusia saat itu adalah malam hari, karena hanya ada bintang, bulan dan kegelapan. Aku terus berlari hingga kutemukan jalan menuju kos-kosanku.

Aku menbuka pintu kos dan membanting tubuhku yang masih gemetaran dan bernafas ngos-ngosan ke ranjang. Lega yang kurasakan bisa lolos dari jerajaan itu.

"Besok aku akan segera menemui Bela." gumamku sembari memejamkan mata untuk beristirahat.

***
Malam sudah berganti pagi. Aku bergegas untuk berangkat ke sekolah. Dengan seragam khas kotak-kotak biru muda dan jaket abu-abu serta topi hitamku, aku berlari menuju sekolah. Karena motorku tertinggal di Kerajaan Draker dan aku tidak mungkin kembali kesana lagi.

Saat sampai di sekolah mataku terus fokus mengelilingi orang-orang yang ada, berusaha mencari Bela. Tak begitu lama aku mencari, aku menemukannya tengah membaca buku di perpustakaan sendiri.

"Masih pagi sudah baca buku, padahal petugasnya aja belum datang!" gumamku, dan bergegas menghampirinya.

"Hay! Apa kabar?" sapaku sembari duduk di sampingnya.

"Alex? Kau..." ujar Bela yang terhenti karena aku menutup mulutnya.

"Sssst! Dengar, aku sudah tau siapa kau yang sebenarnya. Aku mencari bertahun-tahun Bela, aku senang kita bisa bertemu." ujarku pelan.

"Jangan dekat-dekat denganku lagi Alex! Aku sudah tau bahwa kau adalah vampir. Kita tidak bisa bersatu, aku manusia Alex. Kau harus mengerti keadaan ini." jawab Bela yang membuatku kecewa.

"Apa yang kau katakan? Apa kau sudah tidak sayang padaku?" bentakku.

Bela hanya terdiam dan menjatuhkan airmata.

"Bela tatap mataku, walaupun aku vampir dan kau manusia. Aku tetap menyayangimu. Katakan padaku bahwa kau juga menyayangiku Bela. Jangan kau buat hati ini hancur!" ucapku lembut sembari memegang dagu Bela.

"Aku membencimu Alex! Aku benci padamu! Kenapa kau membuat rasa ini semakin sulit untuk kulupa? Kau seorang vampir! Dengar, aku tidak mencintaimu!" bentak Bela dengan desakan tangis dan airmata yang mengalir begitu deras.

"Apa katamu?" tegasku sembari mendorong tubuhnya ketembok.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Bela.

"Kau hanya milikku!" bisikku dekat ditelinga Bela dengan lembut.

~plarrr~ tamparan yang di berikan Bela untukku.

"Jangan pernah ganggu aku lagi Alex! Sudah cukup rasa sakit ini! Aku tidak mau memiliki rasa yang seperti dulu, saat aku belum tau bahwa kau adalah seorang vampir!" tegas Bela sembari pergi meninggalkanku.

Aku hanya terdiam memikirkan semua perkataan Bela yang benar-benar membuatku patah hati. Hingga tak kusadari, aku meneteskan airmata.

***
Maaf kalo lama up date nya...
Because, ini masih hari-hari ujian...
Maaf juga kalau kurang menarik atau banyak typo!

Jangan lupa vote mu guys!

Shelfina

I'am VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang