8. Alter ego

313 51 25
                                    

Alter ego (bahasa latin yang berarti "aku yang lain") merupakan diri kedua yang dipercaya berbeda seratus delapan puluh derajat daripada kepribadian diri yang sebenarnya. Seseorang yang memiliki Alter ego biasanya menjalani kehidupan ganda. Sifat Alter ego yang berbeda daripada sifat aslinya ini menumbuhkan suatu sikap baru yang bisa melengkapi sifat sebenarnya.

***

Sebuah motor sport hitam terparkir di sebuah garasi yang cukup luas.

Tidak hanya ada satu dua motor saja, beberapa mobil mewah pun tertata dengan rapi di sana. Dari semua jenis kendaraan yang terparkir di garasi rumah mewah itu, warna hitam menjadi dominannya.

"Selamat datang Tuan Ethan," sapa beberapa pelayan yang menyambutnya ketika Ethan membuka pintu.

Ethan menganggukkan kepalanya. Kemudian, menatap salah satu dari pelayan itu. "Papa sama Dean udah pulang?"

"Tuan Dean sudah pulang, Tuan. Tapi, kalau Tuan Ares belum."

Ethan kembali menganggukkan kepalanya sebagai balasan. Ia lalu berjalan ke lantai atas dan memasuki satu-satunya pintu yang bukan berwarna putih, namun abu-abu.

Pintu kamarnya.

Terlihat warna abu-abu yang dominan ketika memasuki kamar laki-laki berumur tujuh belas tahun itu. Warna yang menjadi warna favoritnya. Warna favorit Fionanya. Warna favorit mereka.

"Than, minjem PS-lo, dong. Gue tahu lo udah pulang."

Sebuah suara terdengar bersamaan dengan beberapa kali ketukan dari luar pintu kamar Ethan. Laki-laki yang baru saja ingin beranjak menuju kamar mandi itu pun mengurungkan niatnya. Dengan perasaan kesal, ia berjalan menuju pintu kamar dan membukakan pintu untuk Dean.

"Lama, deh," gerutu Dean, adiknya, yang langsung menyelonong masuk ke kamar dan menabrak bahu kiri Ethan.

Dalam hati, Ethan mengumpat keras.

"Nih, gue pinjem dulu, ya. Nanti gue balikin. Kalau pun enggak, ya, lo beli lagi sono." Setelah mengatakan itu, Dean berlalu pergi begitu saja. Menyisakan Ethan yang menutup pintu kamar keras-keras. Laki-laki itu lalu membanting satu lampu tidur yang terletak di nakas samping ranjangnya.

Sial.

Ethan sebenarnya benci berada di rumah bak istana ini. Ia didiskriminasi. Ayahnya lebih peduli terhadap adiknya ketimbang dirinya. Apa pun itu, adiknya selalu dinomor satukan.

Bersikap sebaik apa pun ia di rumah, semuanya selalu sama, ia tetap diperlakukan berbeda dengan Dean. Seperti halnya sekarang. Ketika Dean dengan seenak jidatnya menyelonong masuk ke kamar Ethan dan merampas satu set play station miliknya, yang bisa ia lakukan hanya pasrah.

Jika ia menentang keinginan Dean, hal yang lebih parah akan segera terjadi; Dean mengamuk dan membanting semua benda yang berada di rumah—mulai dari televisi, beberapa lampu hias, vas bunga, piring, dan benda apa pun itu yang bisa ia jangkau. Syukur-syukur jika itu tidak mengenai pekerja yang berada di rumahnya.

Pernah sekali, Dean mengamuk dan melempar tongkat baseball hingga mengenai kepala salah satu pelayan. Beruntung pelayan itu tidak sampai gagar otak. Hanya luka di salah satu tempat dan mengeluarkan banyak darah. Ya, beruntung masih selamat nyawanya.

Wish to be Saved Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang