Terusik

9.8K 1.5K 377
                                    

Memang semenjak perasaan Reuben terasa tidak lagi sama terhadap Ben, dia jadi sering menemui Timur. Meminta solusi atau cara apa yang tepat, yang harus dilakukannya.

Dia sadar Timur bukan seorang psikolog atau dokter cinta yang bisa membantu memecahkan masalahnya. Hanya saja dia adalah sahabat Ben, dan Reuben pun cukup percaya dengan semua saran darinya.

Pertama dia bercerita padanya saja sudah mudah mengungkapkan seakan Timur memang orang yang tepat untuk mendengarkan keluh kesahnya. Jadi sampai sekarang pun dia bisa terus meminta bantuan darinya tanpa ada rasa khawatir.

"Aji belum dateng?" Sonya muncul menginterupsi Reuben yang baru saja selesai telfon dengan Timur.

Dia baru melakukan curhat singkat dan memberitau bahwa Ben akan datang, lalu mereka menghabiskan waktu bersama hari ini.

"Belum, katanya bentar lagi nyampe. Soalnya tadi sempet kejebak macet karena ada kecelakaan di jalan."

Sonya melotot. "Aji kecelakaan?!"

"Bukan, tapi orang lain. Makanya pahamin kalo Reuben ngomong, sibuk maskeran sih."

"Ini cara supaya keliatan awet muda." Sonya memang sedang memakai masker yang baru saja dibelinya tadi.

"Biar dilirik siapa sih?"

"Gak ada, Mama pengen menjaga tubuh demi kebaikan sendiri, bukan buat narik perhatian orang lain. Lagian ya, Mama udah betah sendiri."

Reuben memakan keripik sembari melanjutkan obrolan. "Gak niat nikah lagi?"

"Ih, udah bukan umurnya kali. Kamu yang mestinya nikah."

Mendengar itu tentu saja membuat Reuben tersedak. Tenggorokannya jadi terasa serat dan sulit menelan.

"Baru delapan belas udah disuruh nikah aja." Segelas air putih tandas diminumnya. "Lagian pacarnya juga laki, gimana nikahnya."

"Ya gak usah nikah deh, tinggal bareng biar kaya bule-bule gitu, adopsi anak terus hidup bahagia."

"Tinggi banget ngayalnya." Gumam Reuben.

Jangan dipikir Sonya tidak tau hubungan anaknya dengan Ben. Sejak lama memang dia sudah curiga sampai akhirnya pengakuan itu datang tanpa diminta.

Saat di Singapura Reuben mengakui mereka menjalin hubungan, bersama dengan Ben di videocall. Sonya tentu tidak terkejut lagi karena dia sudah menerka kejadian ini akan datang. Jadi dia menerima dengan bahagia karena apapun yang anaknya pilih dan membuatnya senang, dia setuju saja.

Suara ketukan pintu membuat Sonya beranjak karena memang dia yang paling dekat. Asal tau saja, Reuben paling malas disuruh membuka pintu ketika dia sedang dalam posisi nyaman.

"ASTAGA!" Ben menepuk dadanya sendiri melihat Sonya tersenyum dengan cairan lengket hijau di wajahnya.

"Kenapa, Aji? Liat hantu ya?"

"Ha? Ng-" Ben menggaruk lehernya. "Mama ngapain pake masker siang bolong begini, sih?"

"Iseng, abis gak ada kerjaan." Jawabnya santai sembari mempersilakan Ben masuk.

Ben mengarah ke sofa ruang tamu dimana Reuben sedang asik tiduran sambil terus makan keripik dari toples yang ada di atas perutnya. Remahannya sampai mengotori baju yang sedang dipakainya.

"Jangan tiduran gitu kalo lagi makan, gak bagus." Celetuk Ben sambil mengusak rambut Reuben menyuruhnya bangun. "Jadi kotor bajunya. Ini mau dipake pergi, kan?"

Reuben menunjukan cengirannya dan meraih tangan Ben di atas kepalanya lalu mencium telapaknya.

Mereka sudah membuat perjanjian bahwa jangan menunjukan perang dingin mereka di hadapan Sonya. Karena Reuben tidak ingin Mamanya merasakan kekhawatiran, biarlah masalah ini diselesaikan sendiri tanpa ada orang luar yang mencampuri.

Candala [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang