- Awal Pertemuan -

183 4 0
                                    

Hembusan angin yang menerpa permukaan wajahku membawa kesejukkan dalam diri, menenangkan hati dan menyegarkan jiwa.Membuatku menikmati angin pantai yang menuju senja ini, dihiasi dengan sekumpulan burung yang terbang kesana-kemari mengiring  sang surya kembali ke peradabannya. Kapal-kapal yang terlihat kecil mengisi setiap sudut lautan lepas, ditambah sinar matahari yang terpantul air pantai memberikan warna jingga di sebagian permukaan air.

Suara petikan gitar membuatku mengalihkan pandangan mencari dimana asal suara itu. Ku lihat dari kejauhan seorang perempuan berambut panjang yang duduk di pinggir pembatas pantai dengan memangku sebuah gitar cokelat. Kakinya menjuntaikebawah hampir menyentuh air, dan rambutnya yang sedikit terkibas hembusan angin yang menerpa kulitnya. Aku maju beberapa langkah untuk lebih dekat dengannya, ku dengar ia melantunkan sebuah lagu yang tak asing terdengar di telingaku.

Tetaplah engkau di sini, jangan datang lalu kau pergi. Jangan anggap hatiku, jadi tempat persinggahanmu untuk cinta sesaat. Kau bagai kapal yang terus melaju, di luasnya ombak samudera biru. Namun sayangnya kau tak pilih aku tuk jadi pelabuhanmu.”

Suaranya terdengar sangat indah saat menyanyikan lagu itu. Hingga tanpa sadar bibirku mengulas sebuah senyuman tipis. Ku lihat ia memejamkan matanya sejenak hingga beberapa saat kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu dengan meneteng gitar cokelatnya. Ia berjalan ke arah parkiran motor, ia pun berhenti di sebuah motor matic berwarna hitam. Ia memasukkan gitarnya ke dalam tas khusus gitar dan setelahnya tas tersebut ia sampirkan ke kedua bahunya.

Ku alihkan pandanganku menatap semula. Seperti ada yang mengganjal, ku putuskan untuk menajamkan penglihatanku dan Gotcha!Ku temukan sebuah pick berwarna biru laut. Aku melangkah untuk mengambil pick tersebut. Ku amati pick yang bertuliskan huruf “P” di tengahnya, dan di belakangnya ada hiasan yang membentuk seperti untaian bunga. Baru pertama kali ini aku melihat pick dengan hiasan yang unik itu dan aku sempat berpikir bahwa mungkin pick itu sengaja dibuat khusus untuknya.

Sesaat aku mengingat sesuatu bahwa pick tersebut ku temukan di tempat yang di duduki oleh perempuan tadi. Ku tolehkan pandangan ku ke arah parkiran, namun seolah dewi fortuna tidak berpihak kepada ku perempuan tadi telah pergi. Lalu aku memasukkan pick tersebut ke dalam saku seragam ku, mungkin jika aku bertemu lagi dengannya aku baru akan mengembalikan pick tersebut. Tak terasa hari sudah semakin sore, terlihat dari matahari yang sudah mulai turun dengan memancarkan sinar orange. Aku segera beranjak dari tempat itu untuk kembali ke rumah.

***

Hari berganti, kini aku sudah siap untuk melanjutkan aktivitas yang sudah menjadi makanan keseharianku, apalagi kalau bukan sekolah. Pagi ini aku sudah sampai di tempat yang sudah menjadi rumah ke dua ku, di sekolah yang menjadi tempat untuk aku menuntut ilmu selama hampir tiga tahun ini. Ya, aku bersekolah di Nusantara International High School dan kini aku duduk di bangku kelas duabelas. Rasanya begitu cepat sekali, padahal seperti baru kemarin aku menjalani Masa Orientasi Siswa atau kerap disebut MOS. Baru kemarin juga aku mempunyai banyak teman baru dengan beragam sifat dan sikapnya, juga guru-guru baru yang mengajarku di sekolah ini. Mengingat semua itu begitu menyenangkan bagiku, mencoba hal baru yang tentunya tak akan pernah terulang untuk ke dua kalinya dalam hidup ku. Sesampainya di kelas, langsung saja aku menuju ke tempat duduk ku yang berada di pojok belakang sebelah kanan. Itulah spot favorite ku. Sekolah masih sepi karna jam masih menunjukkan pukul 06.15 sedangkan bel masuk pukul07.15, ku putuskan untuk pergi ke kantin karna tadi sebelum berangkat aku tak sempat sarapan. Bukan karena pembantu di rumah ku tidak memasak, tapi karena aku ingin cepat-cepat sampai di sekolah.

Senja & KedamaianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang