- Teman Baru -

51 2 0
                                    

Kami pun hanyut dalam pembicaraan, terkadang juga kami tertawa jika diantara kami ada yang melontarkan lelucon. Hingga tak terasa hari menjelang siang, aku dan Prilly memutuskan untuk makan siang bersama. Aku dan Prilly memasuki mobil ku dan bergegas meninggalkan pantai, kebetulan sekali Prilly tidak membawa motor. Kami menuju restaurant yang terletak tak jauh dari pantai, setelah memarkirkan mobil ku di parkiran aku dan Prilly segera memasuki restaurant tersebut. Kami memilih tempat yang berada di pojok dekat dengan jendela besar yang menampilkan pemandangan pantai yang indah. Tak lama seorang waiters pun datang menghampiri kami.

“Permisi, mau pesan apa?”

“Saya chicken teriyaki satu sama minumnya lemon tea aja. Kamu mau pesan apa Pril?”

“Aku samain kayak kamu aja deh Li.”

“Oke. Berarti chicken teriyaki 2 sama lemon teanya 2 ya Mbak.”

Setelah mencatat semua pesananku dan Prilly waiters itu pun pergi. Ku lihat Prilly sedang menikmati pemandangan pantai yang indah ini, ku rasa ia benar – benar menyukai pantai. Sama halnya denganku, aku juga sangat menyukai pantai karena menurutku pantai itu bisa membuat pikiranku tenang.

“Pril, kalau boleh tau inisial P di pick kamu itu artinya nama kamu?”

Tanyaku membuka topik pembicaraan.

“Iya, itu namaku Prillycia. Prillycia Angela Ederson.”

“Oh, inisial P itu Prillycia.”

“Iya. By the way kamu sekolah di mana?”

“Aku sekolah di SMA. Nusantara, kalo kamu?”

“Aku di SMA. Nusa Bangsa.”

“Lah, berarti sekolah kita tetanggaan dong.”

“Iya, walaupun tetanggaan tapi persaingan antar sekolah kita tetap sengit ya?”

“Hahaha, iya. Tapi sekarang kita lagi nggak bersaing kan?’

“Hahahaha, ya enggaklah. Cukup di sekolah aja bersaingnya, di luar sekolah jangan.”

“Oke, berarti teman ya kita?”

“Teman dong!”

Kami pun tergelak bersama. Rasanya sungguh menyenangkan bisa mengenal Prilly, dia pribadi yang lucu dan menyenangkan. Pertama kali aku mengenalnya dia seperti memiliki aura kebahagiaan yang terpancar dari dalam dirinya. Walaupun sebenarnya ia rapuh, mungkin. Waiters pun datang mengantarkan pesanan kami, setelah mengucapkan terima kasih aku dan Prilly segera menyantap makan siang kami. Kali ini aku merasa makan siangku sangat menyenangkan, karena ditemani oleh Prilly yang merupakan teman baruku.

***

Setelah selesai dengan makan siang kami, aku dan Prilly segera meninggalkan restaurant itu setelah membayar bill yang diberikan oleh seorang waiters.

“Ali, makasih ya buat makan siangnya.”

“Sama – sama, anggap aja itu sebagai tanda pertemanan kita.”

“Aku jadi nggak enak sama kamu.”

“Udah nggak usah dipikirin! Sekarang aku anterin kamu pulang ya.”

“Eh, nggak usah. Aku bisa pulang naik taksi kok.”

“Buat apa kamu naik taksi kalo aku masih bisa anterin kamu pulang?”

“Nggak usah Ali, aku nggak mau ngerepotin kamu.”

“Nggak ngerepotin kok. Yaudah sekarang mending kamu naik ke mobil aja nggak usah banyak omong, keburu hujan loh liat itu awannya gelap banget. Yaudah yuk ah, aku nggak terima penolakan!”

Senja & KedamaianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang