- Pantai & Perkenalan -

60 2 0
                                    

Hari ini adalah weekend, aku sengaja bangun lebih pagi hanya untuk keinginan ku pergi ke pantai. Pagi ini aku telah siap dengan menggunakan celana training hitam ku dan juga kaus abu – abu ku. Aku mengambil headset yang ada di atas nakas sesudah itu aku menghampiri rak sepatu ku. Aku memilih sepatu sport hitam dengan sedikit corak putih kesayangan ku. Setelah ku rasa siap, aku segera turun ke bawah dan bergegas untuk menuju ke pantai. Di rumah ku sepi, hanya ada Bi Inem ART di rumah ku dan Kang Asep tukang kebun sekaligus supir pribadi keluarga ku. Sedangkan kedua orang tua ku? Jangan tanyakan mereka, karena mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri. Bahkan aku sebagai anak pun bisa dikatakan telah terbengkalai karena mereka sibuk dengan pekerjaan mereka. Oke, lupakan mereka! Aku berjalan menuju garasi dan menaiki mobil putih ku. Aku sengaja membawa mobil karena aku berencana akan menghabiskan waktu ku satu hari ini di pantai, hanya untuk menghilangkan penat yang membebani hidup ku saja.

***

Berhubung masih pagi dan jalanan masih sangat renggang, tak memerlukan waktu lama bagi ku untuk sampai di pantai. Setelah memarkirkan mobil ku, aku merasa tenggorokan ku kering. Ku lihat ada penjual minuman di dekat parkiran motor, aku segera ke sana untuk membeli minuman.

“Pak, air mineralnya satu dong.”

Kata ku.

“Ini mas.”

“Berapa Pak?”

Goceng aja mas.”

Aku merogoh saku ku dan mengambil dompet untuk membayar minuman yang ku beli. Ku serah kan uang selembar lima ribuan kepada penjual minuman itu.

“Makasih mas.”

Ucap penjual minuman itu dan ku balas dengan senyuman. Saat aku berbalik untuk meninggalkan penjual minuman itu, aku tak sengaja menabrak seseorang.

“Maaf mbak, saya nggak sengaja.”

Kata ku dengan membantu ia berdiri. Ia pun mendongakkan kepalanya dan menerima uluran tangan ku. Seketika aku merasa kaget.

“Iya mas, nggak papa kok. Lagian tadi saya juga nggak lihat jalan dan ada mas di situ, jadi nya saya nabrak deh.”

Jelas nya. Dia perempuan bergitar yang beberapa hari lalu aku temui di sini.

“Tunggu bentar ya mbak!”

Kata ku. Aku berbalik untuk membeli sebotol minuman untuk nya. Setelah membeli minuman untuknya, aku kembali menuju ke arahnya lagi.

“Ini untuk mbak, sebegai permintaan maaf saya.”

Kata ku dengan menyerah kan minuman itu.

“Eh, tidak usah mas. Kan saya yang salah karena saya nggak lihat jalan tadi.”

“Nggak papa mbak ambil aja. Saya ikhlas kok.”

Ia pun mengambil minuman itu dari tangan ku.

“Mm, makasih ya mas.”

“Iya sama – sama mbak.”

“Panggil Prilly aja.”

Katanya. Aku pun mengulurkan tangan ku untuk mengajak nya berkenalan.

“Oke Prilly. Saya Ali.”

Ia pun membalas uluran tangan ku.

“Gimana kalau kita cari tempat duduk dulu.”

Saran ku dan di jawab anggukan setuju olehnya. Kami berjalan ke arah pembatas pantai, sepertinya tempat itu cocok. Setelah sampai kami pun duduk dengan kaki menjuntai ke bawah.

“Makasih ya Ali, ngerepotin kamu kan jadinya.”

“Eh, nggak ngerepotin kok. Lagian juga kan tadi kita sama – sama nggak sengaja. Ya udahlah nggak usah di bahas lagi, kan udah lewat.”

Ia pun mengangguk dan tersenyum ke arah ku. Aku sempat terpukau melihat senyumannya.

“Kamu kesini sendirian?”

Tanya ku.

“Iya.”

Jawabnya singkat. Aku sempat melihat raut wajahnya yang sendu saat menjawab pertanyaanku. Ada apa dengannya?

“Kamu sering ke tempat ini?”

“Ya, dari dulu aku sangat menyukai pantai. Menyukai angin pantai yang menerpa permukaan wajah ku, menyukai suara deruan ombak, dan menyukai senja di pantai.”

“Sebegitu sukanya kamu sama pantai?”

Tanya ku lagi.

“Ya. Pantai itu ibarat tempat curahan hatiku. Jika aku sudah mulai lelah dengan hidupku, aku ke sini untuk meluapkan emosiku kepada ombak dan membiarkannya hanyut bersama. Terkadang juga aku sering bernyanyi untuk meluapkan sebuah rasa yang nggak bisa keluar melalui kata – kata.”

Aku menganggukkan kepalaku pertanda bahwa aku paham dengan apa yang dia bicarakan. Seketika aku teringat dengan pick yang aku temukan. Aku merogoh saku celana ku untuk mengambil pick tersebut. Prilly terlihat bingung dengan apa yang aku lakukan.

“Ini punya kamu?”

Tanya ku memastikan dengan menunjukkan pick berwarna biru laut itu. Prilly kaget dan setelahnya ia mengangguk.

“Kok bisa ada di kamu?”

“Kemarin waktu hari jum’at aku ke sini. Terus aku denger ada orang nyanyi, karna aku penasaran ya udah akhirnya aku cari’in dimana asal suara itu. Aku lihat kamu lagi duduk di tempat ini lagi memangku gitar dan nyanyi lagunya HIVI. Baru aja aku dengerin kamu nyanyi eh malah udahan nyanyinya. Terus kamu pergi. Waktu kamu pergi aku nggak sengaja lihat pick ini jatuh. Aku mau kembali’in pick ini sama kamu eh malah kamunya udah nggak ada, ya udah akhirnya aku bawa aja pick ini.”

Jelas ku panjang lebar. Ku lihat Prilly terkekeh mendengar penjelasan ku. Wajahnya terlihat sangat menggemaskan dengan pipi chubbynya, bibir ranum, dan mata hazel nya yang meneduhkan.

By the way makasih ya, aku kira pick ini udah hilang. Ternyata jatuh dan beruntungnya pick ini kamu simpan. Padahal aku udah galau lo gara – gara pick nya nggak ada sama aku.”

“Kamu galau gara – gara pick nya hilang?”

“Iya, soalnya pick ini berharga banget buat aku. Lihat deh pick ku beda sama pick yang lain. Pick ku ada ukiran bunganya kan.”

Aku mengangguk karena memang aku sudah melihat nya. Dan dugaan ku tentang pick itu yang sepertinya dibuat khusus untuknya memang benar.

“Papa yang kasih pick ini ke aku, karna aku suka banget main gitar sambil nyanyi. Hhh, kalau di ingat jadi bikin galau deh.”

“Loh kok bikin galau?”

Tanya ku bingung.

“Ya gitu, intinya pick ini punya kenangan sendiri.”

Aku hanya menganggukkan kepala ku.

***

Vote and comment nya guys😆😆

Elisabeth Diva

Senja & KedamaianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang