- Kunjungan -

30 1 0
                                    

Hari terus berlalu hingga kini saatnya aku dan kelompok ujian praktik ku melakukan survey di RSJ Pelita Kasih. Kebetulan sekali hari ini sekolah kami pulang lebih awal karna ada rapat guru-guru dengan dinas pendidikan. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh, aku dan teman-teman kelompok ku sedang berkumpul di kantin sebelum kami berangkat bersama menuju RSJ Pelita Kasih.
“Gimana udah semua?”
Tanya ku kepada Axel, Jasson, Rian dan Alex yang sedang duduk di meja kantin paling pojok.
“Belum Li, nungguin yang cewek dulu. Pada belum kelar noh.”
“Tau tuh dandan aja lama banget, lagian juga ngapain dandan. Disana mana ada cogan, kalaupun ada paling yang kayak si Jasson suka tereak-tereak gak jelas.”
“SIALAN LO XEL!”
Umpat Jasson dengan berteriak karna Axel sudah terlebih dahulu menjauh ke arah penjual minuman di kantin.
“Hahahaha ngakak gue sama lo berdua ah.”
Tawa Rian, Alex dan juga Christian yang tadi datang bersamaku.
Tak lama Shella, Melia, Riska, There, Vio, dan juga Giselle datang menghampiri kami.
“Nah ini dia nih pada dateng, lama banget si lu pada.”
Sembur Alex.
“Ye kayak gak tau cewek aja lu Lex!”
“Udah-udah, lu pada jan berantem deh Lex, Shell. Entar jodoh aja kicep lo pada.”
Sahut Axel yang tiba-tiba datang dengan segelas es kopi good day di tangan nya.
“Tau lo berdua.”
“Ya udah berhubung udah pada ngumpul kita berangkat sekarang aja.”
Seru ku dan kami pun menuju ke mobil ku dan Jasson yang ada di parkiran.
“Lah, ganti mobil lu Li?”
Tanya Rian.
“Enggak, ini mobil punya bokap gue. Kalo gue pake mobil gue gak muat nanti.”
“Oh.”
Aku pun mulai menancapkan gas menuju RSJ Pelita Kasih dengan diikuti mobil Jasson dibelakang mobil ku.
***
  Selama di perjalanan mobil ku diisi dengan perdebatan antara Alex dan Shella yang mengundang gelak tawa kami. Tak jarang juga Alex melontarkan kalimat gombalan ke Shella yang diakhiri dengan ejekan dari keduanya.
“Eh Shel, hari ini lo cantik banget si.”
Goda Alex yang membuat Shella blushing seketika.
“Ap..apaan sih lo!”
“Ih serius gue. Tapi kalo diliat dari ujung monas! Hahahaha.”
“Si alan emang!”
Umpat Shella pelan dengan wajah gondoknya.
“Udah-udah, lo pada ye daritadi tengkar mulu. Dari awal perjalanan sampe kita hampir nyampek RSJ kagak ada jedanya. Entar kalo pada cinta tau rasa lo berdua.”
Lerai Christian.
“OGAH!”
“Cie barengan cie.”
“Apaan sih!”
“Cie samaan lagi cie.”
“BODO AMAT!”
“CIE JODOH CIE!!”
“Ck, lu ngapain ngikutin gue si Lex!”
“Dih siapa juga yang ngikutin elo, lo nya aja kali yang pengen samaan kek gue.”
“Pengen muntah gue!”
“Udah-udah diem, udah nyampe nih kita.”
Seru ku.
Akhirnya kami pun sampai di RSJ Pelita Kasih, setelah memarkirkan mobil di basement aku dan teman-teman yang lain melangkah masuk ke dalam.
“Selamat datang, ada yang bisa dibantu?”
Tanya seorang receptionist saat kami baru saja masuk.
“Oh maaf sus, kami mau ke ruangannya Dokter Adrian.”
Jawabku.
“Apa sebelumnya sudah membuat janji?”
“Sudah sus.”
“Atas nama siapa ya?”
“Aliando El Cruish.”
“Tunggu sebentar ya.”
Sambil menunggu receptionist itu, aku mengedarkan pandanganku ke arah koridor rumah sakit yang dibatasi dengan pintu kaca transparant antara ruang receptionist dengan koridor rumah sakit. Banyak sekali pasien yang berkeliaran di luar ruangan mereka, ada yang sedang memainkan boneka dengan senyum-senyum sendiri, ada yang tertawa keras-keras, bahkan ada yang bermain kejar-kejaran layaknya anak kecil. Ku lihat teman-teman ku di belakang sedikit takut karna ini pertama kalinya mereka berada di lingkungan seperti ini.
“Maaf mas Ali.”
Panggil receptionist itu.
“Iya sus.”
“Anda sudah ditunggu oleh Dokter Adrian, silahkan langsung masuk saja. Ruangannya ada di koridor sebelah kanan ruangan ketiga dari pintu masuk koridor.”
“Oh iya sus terima kasih, kalau begitu kami permisi.”
“Iya, silahkan.”
Aku pun melangkah ke arah pintu kaca untuk masuk ke dalam koridor sebelah kanan seperti yang dijelaskan oleh receptionist tadi yang diikuti oleh teman-teman dibelakang ku.
“Li Ali, pelan-pelan kek. Lo nggak takut apa?”
Tanya Giselle.
“Iya, ini udah pelan. Ngapain juga takut yang penting lo pada nggak buat mereka merasa terganggu aja, mereka juga gak bakal gangguin kalian kok. Jalan normal aja, jangan keliatan takut gitu nanti malah mereka ngejar.”
Jelas ku yang dibalas anggukan kepala mereka.
“Eh ada adek-adek disini, mau ngapain? Kok nggak sekolah? Bolos ya.”
Sapa salah satu pasien disini yang tadi kulihat ia sedang kejar-kejaran bersama temannya.
“Lex Lex sumpah gue takut Lex.”
Ucap Sheila pelan dengan merangkul lengan Alex.
“Ih sama ogeb, lu pikir lu doang apa yang takut. Li buruan Li ah.”
Aku pun hanya geleng-geleng kepala melihat ketakutan teman-temanku.
“Eh ada ibu, iya nih kita habis pulang sekolah. Sekarang mau ketemu sama Dokter Adrian.”
Jawab ku setenang mungkin.
“Kalian mau ketemu Pak Dokter?”
“Iya.”
Jawab kami serempak.
“Ih jangan, nanti kalian disuntik lo sama Pak Dokter. Pak Dokter kan sukanya suntik-suntik orang, sakit loh eh enggak deng enggak sakit rasanya kayak digigit semut jadi nggak sakit tapi perih. Kalian mau?”
“Enggak.”
Jawab teman-teman ku.
“Makannya jangan ketemu Pak Dokter, mending ikut aku aja main petak umpet mau?”
“Nggak mau.”
Jawab mereka serempak.
“Ibu, kita mau ketemu sama Pak Dokter dulu ya. Soalnya udah ditungguin nih.”
Pamit ku kepada ibu pasien itu.
“Ya udah, tapi nanti kalo kalian nangis gara-gara disuntik jangan salahin aku ya!”
“Enggak kok bu enggak.”
Jawab teman-temanku dengan mengangkat tangan.
“Ya udah hati-hati dijalan ya, aku mau main dulu. Dadah”
Ibu itu berlalu dari hadapan kami.
“Hati-hati di jalan? Emang sejauh apa perjalanan kita, orang tinggal maju lima langkah doang.”
Gerutu Jasson.
“Kali ini gue setuju sama netijen di instagram kalo wong edan iku bebas.”
Ucap Rian.
“Iya gue juga.”
Sahut temanku yang lain.
“Udah ayok, kita udah ditunggu nih.”
Kami pun melanjutkan langkah kami yang sempat tertunda.
***
Tok! Tok! Tok!
“Masuk!”
Ku dengar teriakan seorang didalam yang mempersilahkan kami untuk masuk.
“Hai boy, long time no see! Gimana kabar kamu?”
“Hallo juga uncle, Ali baik. Gimana kabar uncle, aunty Marissa dan juga Velly?”
“Kami baik boy. Ayo duduk dulu. Ini teman-temanmu?”
“Terima kasih uncle. Iya, mereka teman-teman sekelas Ali.”
“Iya, jadi apa boy?”
Uncle, Ali dan teman-teman Ali kemari ingin mengajukan surat proposal.”
“Surat proposal?”
“Iya uncle. Shell, mana surat proposalnya?”
“Ini.”
“Jadi begini uncle, minggu depan Ali akan melaksanakan ujian praktik. Dan untuk ujian praktik agama kami mendapat tugas untuk melakukan bhakti sosial di rumah sakit jiwa. Rencananya ali dan teman-teman Ali akan melakukan bhakti sosial di sini, untuk lebih jelasnya ini uncle baca surat proposalnya.”
Ku serahkan surat proposal itu kepada Dokter Adrian yang notabennya adalah adik dari daddy atau bisa disebut sebagai om ku. Setelah beberapa menit menunggu Dokter Adrian membaca surat proposal yang aku ajukan tadi, Dokter Adrian pun meletakkan surat proposal tersebut diatas meja.
“Jadi bagaimana uncle, apa Ali boleh melakukan bhakti sosial disini?”
Tanyaku.
“Tentu boy. Tapi apa kalian ada guru pendamping?”
“Sepertinya dari pihak sekolah akan mewakilkan satu atau dua orang guru untuk mendampingi kami uncle.”
“Baiklah itu lebih baik, karna melakukan bhakti sosial di tempat seextreme ini membutuhkan banyak pengawas. Takutnya kalau kalian tidak ada pengawas lalu tiba-tiba ada yang mengamuk itu berbahaya. Tapi tenang saja, nanti uncle juga akan mengutus beberapa perawat disini untuk turun serta membantu mengawasi kalian.”
Jelas uncle Adrian.
“Terima kasih uncle.”
Urwell boy.”
Kami pun melanjutkan perbincangan kami dengan uncle Adrian mengenai beberapa pasien disini, mulai dari penyebab mereka bisa berada disini sampai beberapa hal yang bisa membuat mereka mengamuk dan cara menenangkan mereka.
***

  Vote vote vote🔥

Senja & KedamaianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang