- Axel & Jasson (2) -

41 4 0
                                    

Waktu terus berjalan hingga tak terasa kini aku bersama Axel dan Jasson sedang berada di kantin untuk makan siang, karena memang ini sudah masuk jam istirahat ke dua. Seperti biasa, aku dan Jasson sudah duduk manis dimeja kantin yang berada dipojok sedangkan Axel memesan makanan untuk kami.
“Eh Li, entar Andrew, Farel sama si Aldo mau gabung ke rumah lo.”
Kata Jasson.
“Ya udah si, tinggal gabung aja. Bukannya kemaren Andrew juga udah bilang di group ya?”
Tanyaku memastikan.
“Iya ya, gue lupa hehehe.”
Jawabnya dengan tampang konyolnya. Beberapa saat kemudian Axel pun datang dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman kami.
“Satu chicken katsu dengan lemon tea, satu chicken noodle dengan ice tea, dan satu meatball dengan orange juice. Silahkan dinikmati, apa ada tambahan lagi?”
Kata Axel dengan meletakkan satu persatu menu yang disebutkan tadi di atas meja kami.
“Oh enggak mas, silahkan kembali ke alas tua. Terima kasih.”
Jawab Jasson nyeleneh.
“Yee, sialan lo. Udah bagus gue mau pesenin makanan buat lo, masih lo suruh balik ke alas tua. Lo kira gue jin yang biasanya dibuang ke sana apa.”
Sungut Axel.
“Nah, gitu dong mengakui. Jangan durhaka mulu pake kagak ngakuin kalo lo anak jin. Kasian nyokap bokap lo kagak pernah lo akuin.”
Sahut Jasson yang membuatku tertawa dan hanya di balas dengusan oleh Axel.
“Ya udah lah ya, orang ganteng emang banyak cobaan!”
Ucap Axel yang membuat aku dan Jasson mendecih atas ucapannya. Setelah itu kami pun mulai makan siang kami dengan obrolan yang didominasi oleh perdebatan antara Axel dan Jasson.
***
Bel tanda selesainya jam istirahat pun berbunyi, kami segera masuk ke dalam kelas untuk melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda karena istirahat tadi. Sesampainya di kelas, aku segera menuju ke tempat duduk ku, berbeda dengan Jasson dan Axel yang malah sibuk menggoda siswi di kelas ku.
“Woi Di, ini pelajaran siapa?”
Tanya ku pada sang ketua kelasku.
“Pelajaran agama Li, kenapa emang?”
“Kagak, nanya doang gue.”
“Oh, oke.”
Ku lihat Jasson dan Axel pun lari terbirit – birit menuju kursi mereka setelah mendengar teriakan salah satu murid kelasku yang mengatakan bahwa Miss Lela datang. Aku terkekeh melihat wajah ketakutan mereka.
“Giliran ada guru aja lo pada takut. Coba kagak ada guru, langsung mulai autis nya.”
Kataku mengejek mereka.
“Enak aja lo, kita kagak takut kali. Ya nggak Xel, kita cuma menghormati guru aja.”
“Eleh, alibi lo doang itu mah.”
Setelah itu Miss Lela pun datang dan mulai menjelaskan materi.
***
“Oke anak – anak, sebelumnya ada yang mau ditanyakan dengan materi kali ini?”
“Tidak Miss.”
Jawab kami serentak.
“Oke kalau begitu Miss akan menjelaskan tentang ujian praktik kalian. Berhubung kalian sudah kelas duabelas, maka kalian akan menghadapi yang namanya ujian praktik sebelum menuju ke ujian sekolah dan ujian nasional. Ujian praktik akan dilaksanakan mulai minggu depan, jadwal dan materi akan diberitahukan oleh walikelas kalian masing – masing. Dan untuk pelajaran agama, sebagai penilaian ujian praktik kalian, Miss akan mengutus kalian untuk membuat acara bhakti sosial di tempat yang anti mainstream.”
“Anti mainstream? Dimana Miss?”
Tanya Aldi.
Miss akan tentukan tempatnya, yaitu di rumah sakit jiwa.”
“Hah?”
Pekik kami serentak. Aku terkejut dengan perkataan Miss Lela kali ini, baru ku dengar ada yang ingin mengadakan bhakti sosial di rumah sakit jiwa? Yang benar saja! Ya meskipun ada yang melakukan bhakti sosial di rumah sakit jiwa, tapi ini beda cerita. Kalo yang lain mengadakan bhakti sosial di rumah sakit jiwa karena memang keinginan mereka, tapi ini kami akan mengadakan bhakti sosial di rumah sakit jiwa karena untuk penilaian ujian praktik!
“Seriusan Miss?”
“Iya Jasson Alexander.”
Jawab Miss Lela geregetan.
Miss Lela nggak bisa pilih tempat ya? Kok di rumah sakit jiwa sih Miss? Itukan rumahnya si Jasson, masa mau bhakti sosial disana?”
Kata Axel dengan candaannya diiringi tawa murid kelasku.
“Axel kampret! Pulang sekolah gue begal lo entar. Seenak jidat bae kalo ngomong.”
Umpat Jasson.
“Heh sudah – sudah. Miss sengaja buat bhakti sosial di rumah sakit jiwa untuk melatih jiwa kepedulian kalian kepada orang – orang yang ada disana. Mereka juga manusia ciptaan Tuhan yang patut untuk mendapatkan perlakuan yang sama dari kalian. Bukan karena keistimewaan mereka jadi bahan ejekan ataupun perbedaan dengan kalian, ingat semua manusia yang ada di dunia ini diciptakan sama oleh Tuhan. Begitu juga dengan derajat mereka, meskipun mereka memiliki gangguan kejiwaan, cacat, atau ketidak sempurnaan di fisik mereka, mereka tetap sama. Bahkan dimata Tuhan mereka lebih istimewa daripada kalian yang tercipta dengan tidak kekurangan suatu apapun. Jadi jangan pandang mereka dengan sebelah mata, tapi belajar untuk menghargai ketidak sempurnaan mereka.”
Benar juga kata Miss Lela. Oh Tuhan, ampuni aku yang kadang kurang bersyukur dengan anugrah-Mu dalam hidupku. Aku terlalu memikirkan hidupku yang rumit ini hingga tanpa kusadari jiwa kepeduliaanku berkurang kepada sesama. Oke ku rasa bhakti sosial di rumah sakit jiwa tidak terlalu buruk, hitung – hitung nambah pahala.
“Oke, untuk ujian praktik agama Miss akan bagi satu kelas menjadi dua kelompok untuk bhakti sosial ini. Miss minta Aldi dan Aliando jadi ketuanya, dan untuk anggota kalian bebas memilih siapa saja yang akan menjadi anggota kelompok kalian. Untuk Aldi dan Aliando, kalian yang bertugas membentuk struktur organisasi dalam kelompok kalian dan kalian yang akan bertanggung jawab dalam kelompok kalian masing – masing. Paham?”
“Paham Miss.”
Jawabku dan Aldi.
***
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.00 dan bel pulang sekolah sudah terdengar.
“Oke anak – anak, sampai disini dulu pelajaran kita kali ini. Kita lanjut next time aja. Selamat siang dan God bless you all.”
Aku pun memasukkan buku kedalam tas dan segera untuk bergegas pulang.
“Buruan elah, lemot banget kalian berdua.”
“Sabar kali Li, kita juga mau beresin buku dulu nih.”
“Cepetan! Gue tunggu di mobil, lama gue tinggal.”
“Sadis gila si boss mah.”
Aku pun berjalan keluar kelas menuju ke parkiran. Hari yang sangat melelahkan, rasanya sangat cepat sekali bila minggu depan ujian praktik. Sebentar lagi aku sudah bukan menjadi siswa SMA lagi, tapi akan menyandang status sebagai mahasiswa. Rasanya cepat sekali. Setelah lumayan lama aku menunggu Axel dan Jasson, akhirnya mereka berdua datang juga.
“Kemana aja sih lo berdua, beresin buku aja seabad. Untung belum gue tinggal.”
“Elah boss, tega bener masa mau ninggalin kita – kita. Itu tuh temen lo yang kayak dugong tadi kebelet boker. Gue disuruh nungguin dia boker dulu tuh di depan toilet, makannya lama.”
“Kalo nggak ikhlas ngomong aja Xel, gue rela lo tinggal.”
“Iya sekarang rela ditinggal orang boker lo udah selesai. Coba tadi, gue maju selangkah aja udah lo teriakin. Dikira pembokat lo apa.”
“Mwehehehe, lo emang sohib gue Xel. Gila, gue terharu sama lo.”
“Taik!”
“Sekarang mau debat apa mau balik? Kalo mau debat turun aja dari mobil gue, pusing gue dengernya.”
“Iye ah, baperan lo Li. Ni gue udahan nih ngomongnya sama si Axel. Udah buruan jalan!”
“Lo nyuruh gue? Lo pikir gue sopir lo apa.”
“Ehehehe, peace oboss ganteng. Khilaf gue.”
Aku pun melajukan mobilku menuju kembali ke rumah.
***
Vote and comment di gunggu guys. Thank u🙏

Senja & KedamaianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang