- Kenyamanan -

61 1 0
                                    

Aku segera melajukan mobil ku untuk mengantarkan Prilly ke sekolahnya. Di dalam mobil hanya ada keheningan. Aku belum mengeluarkan suara karna aku masih merasakan sedikit emosi ku yang sempat meluap karna mengingat hal terburuk dalam keluarga ku. Keluarga? Haha bahkan sudah lama aku merasa bahwa aku tidak memiliki keluarga di dunia ini. Aku mencengkeram stir mobil untuk menahan emosi ku. Cih, persetan dengan keluarga!

“Ali.”

Suara lembut itu mamanggil nama ku. Aku lupa bahwa ada Prilly di samping ku. Oh ya ampun, ini semua karena aku terbawa emosi memikirkan keluarga ku hingga aku melupakan gadis cantik di sebelah ku. Aku menoleh sebentar ke arahnya dengan menampilkan senyum tipis ku.

“Ya?”

“Kamu .. kenapa?”

Tanya Prilly sedikit hati – hati. Aku hanya menggeleng sambil melebarkan sedikit senyuman ku ke arahnya.

“Aku nggak papa.”

“Serius?”

Aku hanya mengangguk dan tersenyum lagi ke arahnya. Berusaha meyakinkannya bahwa aku baik – baik saja.

“Kenapa sih?”

Tanya ku.

“Enggak, aku merasa sedikit aneh aja sama kamu. Apa kamu lagi ada masalah?”

“Nggak. Aku nggak lagi ada masalah.”

Dusta ku. Mungkin aku belum siap untuk menceritakan semuanya kepada Prilly. Prilly menatap mata ku intens, aku berusaha meyakinkan dia melalui pandangan mataku. Ia memegang tangan ku yang berada di atas paha ku, saat ini kami sedang berhenti karena lampu lalu lintas berganti warna merah.

“Aku tau kamu lagi dalam keadaan nggak baik – baik aja. Oke, aku nggak akan maksa kamu buat cerita sama aku karna aku tau kita baru aja berteman. Tapi aku berharap kamu mau berbagi masalah kamu ke aku suatu saat nanti jika kamu udah mulai percaya sama aku.”

Katanya. Aku memandang mata hazel nya yang meneduhkan itu. Seketika aku merasakan sebuah kenyamanan saat aku menatap matanya. Aku mengangguk sambil tersenyum, ku beralih untuk menggenggam tangannya yang masih menggenggam tanganku. Lampu lalu lintas pun berubah menjadi hijau. Ku lepaskan genggaman tangan kami dan mulai melajukan mobil ku. Aku sedikit salah tingkah dengan kelakuanku baru saja. Ku lirik Prilly yang sedang memandang ke arah luar jendela, aku bersyukur bisa bertemu dan berteman dengan nya. Setidaknya dengan kehadiran Prilly di hidup ku mampu mengisi kekosongan hati ku.

***

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya kami sampai di depan gerbang SMA. Nusa Bangsa. Aku turun dari mobil dan berjalan memutari mobil untuk membukakan pintu untuk Prilly. Prilly keluar dari mobilku sambil tersenyum ke arah ku.

“Makasih ya Ali buat tumpangannya.”

“Iya, udah ah nggak usah bilang makasih mulu. Kita kan temen, jangan anggap aku seperti orang lain. Mungkin emang kita baru aja berteman, tapi aku udah anggap kamu seperti temen lama aku.”

Kata ku panjang lebar dan ia hanya terkekeh mendengar penuturan ku.

Huft, emang dia pikir gue lagi ngelawak apa

Gerutu ku dalam hati. Ia pun mencubit pipi sebelah kanan ku.

“Utututu, lucunya kalo lagi kesel. Hahaha iya Ali, udah ah. Kamu jelek kalo lagi kayak gitu.”

“Ck, tadi dibilang lucu sekarang jelek. Nggak konsisten banget!”

“Hahaha, iya iya ah. Nggak usah ngambek, nanti gantengnya luntur.”

Senja & KedamaianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang