Part 14

3.8K 320 0
                                    

Promise

Pernah ada saatnya ketika aku berpikir bahwa aku adalah orang yang paling banyak menderita hingga tidak sadar bahwa bisa jadi ada orang lain yang jauh lebih terluka...

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Aarti Alexandra POV

Sekali lagi aku menatap ke arah cermin yang permukaannya merefleksikan diriku sendiri lalu menghela nafas pelan. Rasa-rasanya aku telah kehilangan sesuatu....

....diriku.

Ada banyak hal yang bisa mendasari perasaan hampa tapi aku masih tidak mengerti sebenarnya pembuktian yang seperti apa lagi yang di perlukan hati ini untuk bisa menerima bahwa kehilangan itu terjadi pada semua orang tanpa kecuali. Huh, sepertinya aku sudah berjalan terlalu jauh ke dalam gelap hingga tak bisa melihat di mana jalan datang ku.

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Aaron....dan aku tidak seharusnya menunda-nunda seperti sekarang. Harusnya aku sudah ada disana, mendampingi nya dan meyakinkan nya bahwa sama hal nya dengan dia, aku juga percaya bahwa kami bisa melalui masa-masa sulit ini bersama-sama.

Tapi, apa yang justru kulakukan? Berjam-jam duduk di depan cermin seolah-olah tidak bosan memandangi bayangan wajahku yang sudah sama menyedihkannya dengan sebuah telenovela. Bahkan aku sendiri sadar bahwa ini benar-benar mengenaskan...

"Ara..." Daddy melongokkan wajahnya dari balik pintu, sementara aku tidak juga menjawab, hanya terus menatapi nya melaui cermin, "...tidakkah menurut mu kita harus berangkat me Rumah Sakit sekarang?" ucapnya.

Aku tersenyum kecil lalu mengangguk. Sambil memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tas yang tadi kubiarkan tergeletak begitu saja di samping kursi aku menatap diriku sekali lagi. Demi Dewi Bulan, aku terlihat seperti mayat hidup....

Dengan tergesa-gesa aku memoleskan sedikit lip balm di bibirku yang kering lalu segera turun ke lantai bawah. Menghampiri Daddy yang terlihat sedang menelfon seseorang di depan pintu utama.

"Daddy, ayo kita berangkat," ucapku sambil maju selangkah untuk membuka pintu.

"Emh, ada sesuatu yang harus Daddy ambil dulu. Ara, pergi lah keluar lebih dulu dan tunggu Daddy di mobil," ucap Daddy pelan sambil mengusap kepalaku.

Aku mengernyit bingung.

"Kenapa? Aku akan menunggu Daddy disini. Tidak masalah," balasku.

Daddy menggeleng, "tidak, pergi lah lebih dulu. Daddy akan segera menyusulmu."

Rasa bingung ku berganti menjadi penasaran. Kenapa rasanya seperti Daddy sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dariku?

"Apa yang ingin Daddy ambil?" yang aku akhir nya.

Daddy mengangkat bahu.

"Hanya beberapa barang Aaron yang tertinggal disini ketika dia datang berkunjung. Daddy pikir karena kita akan pergi menjenguknya kenapa tidak sekalian membawakan barang-barang itu."

Aku diam. Barang-barang Aaron? Disini? Ketika aku tidak ada?

"Kenapa tidak mengantar barang-barang itu ke rumah nya saja?" tanyaku lagi.

Promise (Mate Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang