2

10.5K 762 36
                                    

Varrel tidak ingat apa yang terjadi kemarin malam. Pagi ini kepalanya terasa begitu berat dan juga pening. Ditambah keadaan perutnya yang melilit dan ingin mengeluarkan sesuatu, Varrel bangkit dan cepat-cepat menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Cowok itu merasakan tengkuknya dipijit lembut dan gerakan itu membantunya untuk melegakan tenggorokkannya sampai kemudian Varrel melihat Neira menatapnya kesal dari pantulan cermin wastafel.

Oh, mereka ada di rumah cewek itu ternyata. Kenapa dia bisa kemari?

"Mabok gak bisa, sok-sokan teler..." kembali Neira mengomel dan melihat cowok itu akan mengatakan sesuatu, segera dia potong kembali, "Diem, ya. Jangan bacot. Gue jadi gagal ngedate sama gebetan baru gue. Lo harus tanggung jawab..."

Varrel menaikkan satu tangannya, "Bentar dulu, gue muntah dulu..."

Neira sudah memegangi kepala Varrel dan kemudian mendorong kepala cowok itu begitu saja menjorok ke wastafel, "Haish..."

Suara muntahan yang dibuat-buat semakin meyakinkan Neira kalau Varrel sudah bersikap menyebalkan dan sengaja merusak acara datenya semalam. Perempuan itu bahkan dengan kesal memijat keras-keras tengkuk Varrel agar cowok itu tidak bisa mengangkat kepalanya.

Beberapa minggu terakhir dia sudah berusaha mengurangi kontak dengan Varrel. Pertama karena Neira malas dengan pacar baru Varrel yang galaknya setengah mati dan menuduhnya yang tidak-tidak. Kedua, dia lelah dengan kelakuan Varrel. Ketiga, Neira ingin mencari cowok yang serius dengan dirinya.

Maksudnya, bukan untuk ke jenjang pernikahan tapi sebagai pacar yang bisa dibawa kemana saja. Jujur saja, Varrel sudah menjadi candu untuk dirinya. Hanya saja Neira tahu apa yang Varrel inginkan darinya.

Menaklukan Varrel? Jangan harap. Yang ada dirinya akan lelah dengan semua ucapan kasar Varrel dan juga bagaimana cowok itu memperlakukan dirinya. Tidak pernah rasanya dia menemukan Varrel berkata manis kepada dirinya.

Ini semua karena Varrel kebanyakan bergaul dengan tiga temannya yang kurang ajar itu. Salah satunya adalah mantan pacar Neira. Untung saja dia hanya satu minggu dengan cowok itu.

Varrel bukannya cemburu malah semakin menodongnya dengan hal yang tidak-tidak. Cowok itu bahkan menginap di rumahnya setiap kali Neira punya pacar atau punya gebetan baru. Mau diusir juga percuma karena nyatanya Neira yang akan berakhir menarik tubuh Varrel ke atas kasurnya.

"Pala gue, uhh... Uhuk-uhuk..."

Neira mendengus sebentar, kemudian menyerahkan gelas berisi air hangat dan satu tablet obat pereda pusing yang memang dia sediakan di kamarnya

Cowok itu meminumnya dengan cepat lalu menyerahkan kembali gelas ke dalam genggaman Neira. "Aduh, lemes banget rasanya..."

Mereka berjalan beriringan keluar dari kamar mandi dengan Neira yang menggerutu, "Ya, gimana gak lemes. Lo mabok terus berubah pikiran bawa gue ke rumah gue. Terus udah gitu sok-sokan ngiket gue kayak adegan submissive di bdsm. Lo pikir lo itu christian grey? Hah? Hah? Hah?"

Varrel bergidik ngeri seketika. "Sumpah, lo?"

Neira meletakkan gelasnya di nakas kemudian mengangguk setelah mendudukkan tubuhnya di atas kasur. Memperlihatkan Varrel bekas belitan di pergelangan tangannya dan juga beberapa bekas sabuk di pahanya, "Sakit. Bangsat. Lo kalo gila kenapa nyarinya gue mulu, sih?! Ini kalo gue mati kenapa-napa gimana?"

"Alah, lebay banget sih. Ini masih idup buktinya..."

"Kan gue bilang kalo... Semalem gue hampir kehabisan napas kemasukkan punya lo yang gede itu ke dalem mulut gue. Hih!" Neira menyentakkan kakinya lalu menuding Varrel, "Kalo gue mati ya, elo orang yang gue gentayangin seumur hidup lo..."

Varrel mengedikkan bahunya kemudian, "Terus gue mati. Gue gentayangin lo selama lo jadi setan..."

"Setan emang, lo. Suka banget nyusahin gue..."

Cowok itu memilih membelitkan lengannya ke tubuh Neira dan memejamkan mata setelah kepalanya mendarat dengan mulus di bahu Neira. "Emang paling enak tuh sama lo, Ra..."

"Iyeuh... Sana sama cewek baru lo..." Neira berusaha melepaskan diri.

Sayangnya Varrel sudah lebih dulu menarik tubuhnya dan memaksa Neira untuk merebahkan diri bersamanya. "Ah, susah itu cewek masih virgin. Gue gak mau. Enak ama lo kan pengalamannya banyak dari main sama cowok lain..."

"Orang gila..." Neira menatap tajam kepada Varrel kemudian, "Serius deh, Rel. Gue gak mau main mulu sama lo kalo lo nya begini..."

"Terus mau kamu apa sayang?" Varrel menyandarkan kepalanya ke salah satu lengannya lalu membelai lembut rambut Neira

Ya begini, ini. Kelakuan Varrel yang membuatnya muak. "Jangan becanda sama gue, Rel. Lo tau kan gue bisa aja ngomong ke bokap gue soal kelakuan lo ini..."

"Kan gue udah nawarin, lo. Mau lo apaan?"

"Why are you doing this...?" Neira menyipitkan matanya.

Varrel melakukan hal yang sama. Dia menggigit ujung bibirnya sambil menatap Neira serius. Oh siapa yang tidak ingin mendapatkan Neira seperti dirinya. Bahkan senior dari sekolah lain juga kampus ternama menginginkan Neira. Bukan hanya karena kecantikan gadis itu tapi juga kekayaan Neira yang sudah terlampau tujuh turunan. 

Sayangnya Neira itu sudah terlalu sering memainkan laki-laki. Masih muda saja Neira sudah memiliki empat puluhan lebih mantan pacar. Makanya sampai saat ini Varrel memutuskan untuk tidak menjalin hubungan serius dengan Neira dan hanya menikmati apa yang Neira tawarkan kepada dirinya.

Berbanding terbalik dengan Neira, yang paling menarik untuk dirinya adalah Varrel. Reputasi Varrel sebagai murid kesayangan guru karena pintar juga rupawan tidak lupa anak dermawan membuatnya tertantang untuk memiliki Varrel. Selain karena pencitraan Varrel yang luar biasa, cowok ini satu-satunya yang tidak membuat Neira bosan sejauh ini. 

Neira menghela nafas panjang. Dia harus mempatenkan haknya terhadap Varrel, "Gimana kalo mutusin semua cewek lo, demi gue..."

"Easy-peasy..." Varrel mendaratkan kecupan kilatnya pada kening Neira













..

..

..

..

..

Oke readers yg sudah setia menemani aku, setelah bertapa sama busa sabun di kamar mandi tadi sore. Aku memutuskan cerita ini akan diupdate satu chapter tiap malem. Gak jd tamat besok karena aku kasian sama kalian yang gak ada bahan bacaan (Sombong banar aku ni...) 

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang