7

5.7K 439 11
                                    

Setengah tahun sebelumnya

Ikut komunitas pecinta motor di Jakarta, membuat Varrel jadi agak jarang menghabiskan waktu di rumah. Tapi yang membuat aneh adalah Varrel tetap punya waktu untuk menjabat wakil ketua osis dan juga melakukan kegiatan sekolah lainnya. Membuat Neira memandang bingung kenapa Varrel bisa melakukan kenakalan yang rapi.

Oh, mungkin anak itu memiliki bakat mengatur waktu yang sangat baik dibanding dengan anak lainnya.

Aaron adalah ketua club yang tidak sengaja mengenalkan mereka karena kebetulan Neira sedang dekat dengan Aaron dan juga satu sekolah dengan Varrel.

Mungkin maksud cowok itu adalah titip-menitip untuk menjaga Neira di sekolah karena sudah jelas banyak sekali cowok yang ingin mendekati Neira tapi tidak berhasil.

Varrel mendapat kepercayaan itu karena dia sendiri sudah punya pacar dan terkenal sebagai anak berprestasi di sekolah. Ditambah betapa loyalnya Varrel kepada teman, membuat Aaron percaya saja kepada cowok muda itu.

Sialnya ketika pulang, Aaron justru mabuk dan menitipkan Neira kepada Varrel yang diiyakan pemuda itu. Varrel tidak menyesal kemudian karena akhirnya dia dan Neira menjadi lebih dekat dibanding sebelumnya.

"Eh, thanks. Lo mampir gak?"

"Udah tengah malem, terus lo nawarin mampir? Undangan terselubung, ya?"

Neira menaikkan satu alisnya, menghela nafas kemudian tersenyum. Tidak menyangka Varrel bisa mengartikan tawarannya sebagai hal lain.

Cowok itu memutuskan memasukkan motornya melewati gerbang rumah Neira dan membuka helmnya lalu mengacak rambut

Gadis itu menutup pagar rumahnya dan berjalan menuju garasi, membuka pintunya pelan tanpa menoleh dan diikuit Varrel yang membereskan apa yang gadis itu lakukan

Bukannya menoleh ke belakang, Neira malah membuka jaketnya lalu menaikki tangga, melirik apakah Varrel masih mengikutinya atau tidak.

Cowok itu sudah berada di belakangnya ketika Neira membuka pintu kamarnya. Bahkan tidak tanggung-tanggung menggendong Neira ke tempat tidur sambil mendaratkan ciumannya pelan.

"Santai, dong..." protes Neira ketika Varrel beralih membuka kaitan pakaian dalamnya

Tangan gadis itu sudah menggerayangi kaus Varrel dan membukanya begitu saja. Menarik tengkuknya lalu melumat bibir Varrel dengan kasar, "Bener kata orang, lo bitchy juga ya..."

Neira memilih merentangkan tangannya dan menatap Varrel seolah menantang cowok itu, "Terus, lo marah atau mau lanjut?"

Varrel menaikkan satu sudut bibirnya, "Gue suka yang bitchy..."

...

"Neira anaknya board member salah satu pengimpor mobil sport di indonesia"

Varrel menaikkan pandangannya melirik Aaron yang sudah berdiri di depannya. Sejak dirinya menghabiskan waktu dengan Neira, tampaknya gadis itu tidak dekat kembali dengan Aaron dan menjadikan Varrel sebagai mainan barunya

Aaron hanya mengedikkan bahu kemudian menatap Varrel, "Keluarganya juga punya pengaruh lumayan gede..."

"Hm... Terus?"

Cowok yang lebih tua dua tahun dari Varrel itu menatap Varrel kemudian. "Ada orang... Gila, atau mungkin sakit hati, gue gak ngerti..."

"Minta tolong sama lo?" Tebak Varrel

"Bayar gue..." koreksi Aaron, "Lumayan gede..."

"Buat deketin Neira?"

"Bikin Neira bertekuk lutut sama gue..." kembali Aaron mengoreksi Varrel dan melihat cowok itu kebingungan. "Tapi kayaknya bukan gue yang Neira mau sekarang..."

Varrel meringis dengan pelan, "Sorry..."

"Santai. Toh gue juga mau nawarin ini ke lo. Kita bagi dua hasilnya. Lo tau kan apa yang gue maksud..."

"Tapi gue gak ngerti kenapa ada orang yang bayar orang lain cuma buat bikin cewek patah hati. Like come on..."

Aaron memilih tidak ambil pusing dan kembali menatap Varrel, "Tawarannya bagus. Why, not? Toh ini juga kayaknya dari anak saingan bokapnya. Gue gak ngerti. Itu orang kayaknya musuhan banget sama Neira..."

"Anak sekolah mana? Kok gak jambak-jambakan aja?"

"Hahaha kampung. Doi anak kuliahan..." Aaron mulai menyesap rokoknya dan kembali menjelaskan kepada Varrel, "Lo deketin Neira. Bikin sakit hati. Sampe dia ngaku pasang status atau ganti foto dan bilang dia pacar lo. Lo dapet bayaran..."

Varrel hanya menaikkan satu alisnya, "Waduh. Berat juga, ya..."

"Buat lo ini mah, enteng bukan? Lo kan sering tiap malem main sama itu cewek..."

"Lo pikir gue seberingas itu apa? Gak tiap malem juga..."

Aaron terkekeh, cowok itu membuat gumpalan asap lalu kembali menghela nafas, "Jadi, setelah dia tunduk. Lo tinggalin, lo dapet bayaran..."

"Masalahnya gue ini terkenal anak baik-baik, bang. Jangan salah sangka sama gue..."

"Varrel..." Aaron tersenyum dengan sinis, "Gue tau lo itu aslinya gimana. Lo emang gak suka main sama anak sekolah lo atau anak sekolahan lainnya. Pacaran di sekolah cuma tameng lo doang, aslinya lo suka jadi brondong---"

"Bacot. Bayarannya berapa?" Potong Varrel dengan tajam dan kesal

Pria itu tersenyum. "Lo minta apa? Dia kasih. Dan asal lo tau kalo Neira bilang sama gue dia bakalan bikin lo bertekuk lutut sama dia..."

"Okay..." Varrel menganggukkan kepalanya. "Gue mau bagian gue lebih gede dari lo, bang..."

"Deal..." Aaron mengulurkan tangannya dan kemudian dijabat oleh Varrel. Satu tangan lainnya kemudian menekan tombol di hapenya, "It's sealed... Good luck, Rel. Lo bakalan butuh keberuntungan bikin Neira nangisin nama lo..."

"Ck. Sampe itu kejadian, lo sujud di kaki gue..."

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang