"Rel, lo harus ke rumah sakit. Gak usah nanya, buruan masuk..."
Varrel tidak bisa protes ketika Priscilla mendorongnya paksa masuk ke dalam taksi dengan buru-buru. Disaat dia sudah mulai menerima Neira yang sudah tidak ada, kenapa kakak perempuan itu yang malah muncul di hadapannya?
Perempuan itu menyebutkan alamat rumah sakit yang mereka tuju kemudian menatap Varrel, "Gue tau ini telat banget tapi kita harus cepet-cepet nyampe..."
"Well, ya. Kenapa? Gue ada rapat, Sil. And you can't just kidnap me..."
"Abis ini lo bakalan terima kasih terus marah sama gue, Rel. I'm so sorry about everything. Tapi lo harus tau kalo semua orang udah bohong sama lo..."
Varrel mengerutkan keningnya ketika perempuan itu menatapnya dengan bersalah sekarang. "Apa?"
"Lo harus tau kalo Karan itu anak lo, Rel..."
"Lo ngomong apaan sih? Udah nyulik gue sembarangan, sekarang lo bilang kalo Karan anak gue, lo itu---"
"Dengerin! Delapan tahun lalu Neira tiba-tiba pindah ke dan gak ambil ujiannya, kan? Lo pikir kenapa, Rel?"
Varrel menaikkan satu alisnya, "Ya suka-suka dialah, Sil"
"Gosh, pantes aja Neira gak mau semua orang bilang kalo Karan anak lo, ternyata lo beneran batu ya, sama aja kayak dia..." Priscilla menghela nafas dengan kasar, "Karan anak lo, oke? Neira sengaja gak bilang sama lo dan ngancem semua orang kalo sampe ada yang ngomong Karan itu anak lo. Ngerti?"
"Gak mungkinlah. Itu keponakannya, gue selama ini---"
"Terus lo pikir kenapa kemaren lo sama Neira sama ke-po-na-kannya itu selalu sama-sama, Rel? Neira was trying to buy him times. Supaya anak lo bisa ketemu sama lo..."
Varrel memilih diam akhirnya. Tidak tahan Priscilla selalu memotong ucapannya ketika dia akan bicara
"Delapan tahun yang lalu Karan lahir, gak sempurna. Lo tau sendiri kalo dia gak bisa ngomong. Terus apa lagi? Dia kelainan jantung, Rel. Ini operasi terakhir Karan dan Neira tau itu, makanya kemaren dia berusaha supaya Karan selalu bisa ngabisin waktu sama lo, lo gak sadar?
Tiba-tiba Neira muncul di sekolah keponakan lo sama Karan. Sodara lo yang bawa Karan juga setiap kali Neira ada kesempatan ketemu lo, pasti ada Karan di sana. Dia anak lo, Rel. Kok lo bego banget sih sampe gak nyadar.
Delapan tahun yang lalu lo sama dia selalu ngabisin waktu bareng. Tapi..."
Varrel terlihat berpikir. Yang benar saja Karan itu anaknya dengan Neira. Dia mengingat-ingat kembali apa yang terjadi dengan mereka delapan tahun yang lalu. Tidak banyak yang dia ingat karena Varrel merasa itu bukanlah hal yang penting. Semua hal yang berkaitan dengan Neira hanyalah angin lalu untuk Varrel dulu. Dulu, sampai akhirnya dia menyadari kemarin kalau setiap detik dengan Neira adalah waktu yang berharga untuknya.
Priscilla mengguncangkan tubuh lelaki itu, "Gak ada yang berani ngomong ini, Rel. Makanya gue hilang waktu itu karena gue mau bilang kalo lo punya anak tapi bokap berhasil bikin gue kedepak, Rel. I am sorry. Sumpah gue gak tau kalo semua ini bakalan jadi kayak gini..."
"Serius?"
"Hah?"
Varrel menoleh menatap perempuan itu dengan tajam, "Lo serius itu anak gue?"
Wanita itu mengangguk dengan mantap, "Apa lo gak nyadar selama kemaren Karan selalu excited ketemu lo?"
Iya. Anak itu selalu terlihat lebih bahagia ketika Varrel datang atau menemaninya. Bahkan Karan terlihat lebih nyaman dengan Varrel juga tidak ingin melepaskan genggamannya ketika Varrel harus pulang.
"Hal paling kecil yang gue tau kalo Neira minta perhatian, ahh. Itu..." Priscilla menggerak-gerakkan jarinya dengan cepat, "Dia jago bohong, Rel. Tapi Neira pasti pernah nyindir lo kalo lo udah tua dan gak bisa gendong Karan, kan?"
Neira pernah melakukannya. Perempuan itu pernah menyindirnya ketika Neira akan mengangkat Karan dan membuat Varrel menggendong anak itu sebagai gantinya. Anaknya. "Lo bohong, kan? Neira udah meninggal, lo jangan---"
"Justru karena dia udah gak ada, gue nekat Rel. Kakak lo bakalan ngomong soal Karan setelah..." Priscilla menelan ludahnya, "Setelah Karan meninggal dan lo udah settle sama orang. Mereka baru bakalan bilang kalo sebenernya Karan anak lo. Tapi gue gak mau, Rel. Lo harus tau. Karan harus tau kalo Papanya tau dan liat dia"
Tepat pada saat itu, taksi berhenti dan Priscilla kembali menarik Varrel masuk ke dalam lobi rumah sakit setelah membayar taksinya. Perempuan itu terus menariknya emtah kemana.
"Rel, lo harus punya kesempatan buat ketemu Karan. Sekali aja. Gue gak mau lo nyesel... Dia satu-satunya---"
"Priscilla!" Seorang pria paruh baya berteriak memanggil namanya dan menarik Priscilla, "Kamu ngapain bawa dia?"
Varrel yang masih bingung itu menatap bergantian kepada Papa Neira yang sudah berdebat dengan Priscilla, sementara ibunda Neira dengan wajah sembab tampak berusaha menghentikan mereka.
Dipikirannya sekarang hanya ada beberapa kalimat yang berputar beberapa kali. Karan itu anaknya. Karan juga anak Neira. Dia dan Neira punya anak.
Dia dan Neira punya anak!
KAMU SEDANG MEMBACA
SS
RandomA Week Challenge. Written inspired by true events (with bunch of editing and twists)