5

6.6K 541 12
                                    

"Rel, gue gak jadi ikut nanti..."

Varrel membalikkan tubuhnya, sesekali melirik Neira yang sudah mendekat dan kemudian mengancingkan kemeja sekolah miliknya. "Yah, gak seru. Kenapa?"

Neira mengedikkan bahu, sadar kalau sekarang kedua tangan Varrel sudah berada di pinggangnya merangkul dengan posesif, "Mau nyalon. Kalo sama temen-temen lo takutnya ganggu"

Cowok itu hanya terkekeh pelan. Mencolek cuping hidung Neira dengan telunjuknya lalu mendaratkan kecupan singkat pada bibir Neira, "Bilang sama yang potongin, dirapiin biar pas blowjob gak sampe nutupin sama pas doggy bisa dijambak..."

"Orang gila!" Bentak Neira dan mencengkram lengan Varrel yang sudah tertawa memeluknya. "Bego banget, sih. Masa iya gue bilang gitu sama mbaknya"

"Kalo mbaknya udah married pasti ngerti maksud gue" Varrel melepaskan pelukkannya beralih menuju kursi belajar Neira mengambil jaketnya yang sudah digantung gadis itu tadi pagi, "Dah, gue duluan..."

Neira mengikut Varrel dengan langkah tergesa karena anak laki-laki itu meninggalkannya sepagi ini, "Kok cepet? Biasanya juga telat..."

"Ye, orang gue niatnya mau ngajak lo makan bubur di pojokan lampu merah. Tapi kan lo bilang gak jadi barengan..."

Mereka kemudian melewati ruang tengah dan ke garasi. Varrel sudah berada di atas motornya kemudian menerima helm yang Neira berikan kepadanya sementara perempuan itu tampak kesal kepadanya

"Lo sih, gue jadi berangkat sendiri nih makan buburnya..." Varrel mengambil tangan gadis itu dan tersenyum kepada Neira, "Dah, gue duluan..."

"Terserah" Neira menyentak tangannya dan bersidekap menatap Varrel yang sudah sibuk memasang helm lalu membuka kacanya

"Gue jalan ama mantan dulu ya, ntar. Nanti juga gue ada test drive sama anak-anak klx. Lo makan aja duluan..."

"Penting banget gue tau semua kegiatan lo nanti?"

"Sekalian gue hari ini ada pelajaran Bahasa Inggris yang diajar sama guru baru yang semok itu, Sejarah, sama apa lagi ya nanti gue kabarin..."

"Rel..." Neira menajam tapi Varrel tetap mengucapkan semua kegiatannya dengan santai sambil mengeluarkan motornya dari garasi

Ketika mereka sudah sampai di depan pagar dengan motor Varrel yang sudah menyala, cowok itu menggerakkan jarinya agar Neira mendekat kepada dirinya

Terpaksa Neira mendekat sambil menggerutu kecil karena Varrel yang sudah manja dipagi hari begini. Tolonglah, ada tukang sayur sedang lewat sambil memandangi mereka berdua dengan tatapan ingin tahu.

Oh, sampai ada gosip bertebaran diantara asisten rumah tangga kompleksnya. Neira akan menguliti Varrel hidup-hidup.

"Apa?"

Sepertinya cowok itu memamerkan giginya, sayang saja helm fullface Varrel hanya menampakkan matanya yang menyipit. "Jangan galak-galak, dong. Mau menuntut ilmu nih, buat masa depan kita yang bergelimang harta. Gue kan gak mau lo hidupnya mengalami penurunan lifestyle kalo sama gue entar"

Neira mendengus dan memutar bola matanya, "Cut the crap deh, gak usah bullshit pagi-pagi. Bikin enek aja pengen muntah"

"Sayang, jangan cintai aku apa adanya... Tuntutlah sesuatu---"

"Berisik banget. Siapa yang cinta sama lo, sih? Halu!" Potong Neira dengan nada membentak yang benar-benar marah. Gila ini si Varrel bisa-bisanya nyanyi di depan pagar rumahnya

"Udah, ah. Gue berangkat. Chat gue ya kalo lo mau dijemput..."

Neira tidak menjawab dan melihat Varrel meninggalkannya begitu saja. Dia memutuskan masuk ke dalam rumahnya dan memegangi perutnya.

Sumpah dia mual mendengar semua ucapan gombal Varrel entah kenapa. Ingatannya memaksa Neira untuk membuka aplikasi di ponselnya dan mengecek tanggal haidnya.

Belum melewati tanggal dan masih satu minggu lagi. Neira mengerutkan alisnya. Dia dan Varrel sudah hampir berbulan-bulan main kucing-kucingan begini. Dan akan sangat bahaya kalau sampai terjadi sesuatu diantara mereka.

Orang tua Varrel tidak ada di indonesia dan tidak jelas status juga kabarnya. Orang tua Neira merupakan salah satu orang terpandang dan sudah jelas kalau dia lebih berkusa dibanding Varrel.

"Idih. Gak mungkin banget kalo gue bunting, kan? Gila aja kalo sampe iya..."

Kembali Neira berbalik ke kamarnya, mengambil kapsul obat dan kemudian menegaknya sambil memakai kardigan. Setelah memastikan obatnya tertelan dengan bantuan air, Neira meraih tas sekolahnya dengan cepat.

Berjalan ke gerbang dan menemukan salah satu sahabatnya ada di sana berdiri menunggu di depan mobil putih. "Tadi gue papasan sama Varrel. Nginep lagi dia?"

"Hm..."

"Bego. Gue udah bilang kan kalo---"

"Apaan sih? Kayak gue suka aja sama dia..." Neira melirik dengan tidak suka kemudian masuk ke dalam mobil dan menatap Faye yang ikut masuk ke dalam mobil. "Biasa aja kali gue ke dia"

"Ra, bohong aja mulu. Gue tau lo suka banget ama dia. Tapi gak sampe bego gitu, deh. Lo mau jadi mainannya doang? Gila, ya. Rapi banget mainnya si Varrel..."

"Udahlah, Fay. Kalo dianya main, yah kenapa gue harus ambil pusing..."

"Sakit jiwa lo berdua"

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang