"Happy birthday, to you..." bisik Neira ketika Varrel baru saja membalikkan badannya
Cowok itu mengernyit dan mendapati kamarnya remang-remang dan sudah ada Neira dengan membawa kue ulang tahun dengan lilin-lilin kecil sebagai penerangan.
Dia tidak begitu ingat ini jam berapa, tapi dari gelapnya, Varrel tahu ini masih tengah malam.
Tadi selesai makan malam dengan Ariesta dan juga kedua temannya yang lain, Varrel memutuskan pulang dan tidur karena sudah terlalu malam. Tidak menyangka kalau Neira ternyata berada di rumahnya, di dalam kamarnya dan membawa kue ulang.
Varrel memutuskan menggeram pelan lalu menyalakan lampu kamarnya. Hanya Neira dan kue itu saja yang dia temukan.
"Buruan melek, ah. Tiup nih sebelum meleleh kue sama lilinnya..."
"Ampun, bawel banget..." gerutu Varrel dan kemudian bangun dengan kesal dan meraih kausnya. Kebiasaan Varrel kalau tidur hanya mengenakan boxer saja.
Neira tersenyum kecil dan kemudian mengambil posisi di depan cowok itu lalu kembali menyanyikan lagu untuk Varrel agar meniup lilinnya.
Setelah itu, mereka diam beberapa detik sampai kemudian Varrel memperhatikan kue yang dibawa Neira. Sudah jelas Neira pasti membelinya, tapi Varrel kemudian memilih berterima kasih walaupun dia kesal jam tidurnya terpotong dan Neira malah ikut duduk di tepian ranjangnya
"Yuhuuuu. Gue orang pertama, gue dapet traktiran paling banyak, ya..."
"Jangan banyak-banyak sama mahal, gue miskin..." peringat Varrel lalu mengecek ponselnya. Ada banyak pesan pemberitahuan dan semuanya berisi ucapan ulang tahun untuk dirinya
Neira meraih benda pipih itu lalu berjalan keluar kamar Varrel setelah berhasil mengambil kuenya.
Cowok itu menggaruk kepalanya dengan kasar kemudian memilih mengikuti Neira yang sepertinya ke dapur entah untuk apa.
Gadis itu tampaknya sibuk memasukkan kue ulang tahun Varrel ke dalam kulkas bersamaan dengan kotak dan juga plastik-plastiknya.
Kan, Varrel sudah menduga kalau kue itu sengaja Neira beli agar gadis itu mendapat semacam timbal balik yang seimbang. "Thanks... Gak ngajak yang lain? Berarti kado gue sesuatu dong ya...? Atau jangan-jangan..."
Pandangan Varrel kepada dirinya membuat Neira menggelengkan kepala. Dia menghampiri cowok itu dan sambil membawakan segelas air. "Kado? Ada sih, nanti gue ambilin..."
"Hm..." Varrel meraih gelas kedalam genggamannya. Sibuk memikirkan apa yang harus dia berikan kepada Neira sebagai balasan karena sudah mengingat hari ulang tahunnya.
Eh atau, bukan. Sebenarnya Varrel tidak ingat dia ulang tahun hari ini. Atau dia kembali mengingat kalau dia tidak sengaja membuat tanggal ini sebagai hari ulang tahunnya.
Cowok itu terkekeh sebentar. Sekitar beberapa tahun yang lalu ketika dia tidak sengaja membuka akun, Varrel tidak sengaja mengisi tanggal ulang tahun yang salah. Dia tidak terlalu suka ulang tahunnya atau hal-hal pribadinya diketahui orang lain, jadi Varrel memilih memalsukannya saja.
Jadi sampai saat ini, semua orang masih sering tertipu oleh tanggal hasil pemberitahuan akun media sosialnya itu.
"Rel, do you hear me?"
"Hm..." Varrel meletakkan gelasnya lalu memeluk gadis di depannya dan menyandarkan kepalanya. Mengantuk juga pusing karena waktu tidurnya yang terganggu, jadi dia memilih memejamkan mata di dalam cerukan leher Neira
Sementara gadis itu hanya bisa mendengus sambil sesekali mengusap kepala Varrel. Karena Neira tahu, dia sudah salah membangunkan Varrel di jam seperti ini dan salah satu akibatnya untuk cowok itu adalah pusing kepala berkepanjangan. "Duh, sorry deh kalo bangunin lo begini. Cuma kan kalo gue harus jadi yang pertama karena gue mau makan di ikan bakar yang paling enak! Lo harus iyain gue..."
Varrel tidak menjawab dan hanya memberikan kecupan singkat di leher Neira lalu berdehem pelan
"Terus gue mau pake dresscode, Rel. Jadi dinner-dinner fancy gitu. Ini kan spesial ya, lo harus mau..."
Varrel mengangkat kepalanya lalu menatap Neira dengan mata sayunya. Duh, dia ingin tidur sekarang dan Neira sudah berceloteh panjang lebar menyita waktunya. "Oke. Iya. Suka-suka lo aja. Terus hadiah gue apaan?"
Neira menatap Varrel dengan lurus lalu memilih memegangi lengan cowok itu dengan pelan, "Hm... Lo mau apa?"
Satu senyuman Varrel berikan begitu saja kepada Neira dan kemudian menjawab, "Karena duit itu gampang buat lo, gimana kalo..."
Neira menelan ludah menunggu ucapan selanjutnya dari mulut Varrel. Apa yang cowok itu inginkan darinya?
"Lo?"
"Heh?"
Keduanya terdiam beberapa saat sebelum akhirnya Neira menarik nafas panjang karena terkejut. Sementara Varrel hanya tersenyum dalam diamnya bukannya menjawab apa yang menjadi pertanyaan tidak jelas Neira.
"Maksudnya itu lo mau tidur-tiduran kayak biasanya sama gue? Atau lo mau gue pake lingerie seksi ala-ala---"
"Lo..." kembali Varrel hanya menjawab dengan singkat dan menaikkan satu sudut bibirnya, "Lo aja cukup, Ra. Udah, ah. Jangan nanya lagi, ngantuk gue capek banget. Iya aja biar cepet. Yuk..."
Dan Neira hanya bisa terbengong ketika tangannya ditarik paksa oleh cowok itu untuk kembali ke kamar. "Rel, tapi... tapi... Udah malem..."
Varrel berdecak kemudian melemparkan dirinya ke atas kasur lalu menarik selimutnya dan bergumam dengan cukup keras, "Lo tau maksud gue sama kata-kata tadi, Ra. Udah sini..." cowok itu menepuk-nepuk bagian sampingnya yang kosong, "Bobo, dah malem, sayang. Gak usah mesum, deh. Ini badan udah remuk kebanyakan jalan ama mantan lo itu..."
"Jangan bawa-bawa Ariesta dong..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SS
RandomA Week Challenge. Written inspired by true events (with bunch of editing and twists)