3

8.2K 677 15
                                    




"Lo... Mau...?"

Varrel menganggukkan kepalanya dengan santai

"Lo mutusin gue???" Tanya gadis di depannya dengan tidak percaya

Kembali Varrel menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum dengan lembut, "Bentar lagi ujian sekolah. Aku mau kita sama-sama fokus buat ujian. Aku mau kamu serius belajarnya dan dapet perguruan tinggi yang bagus..."

Awalnya Varrel mengira dia akan ditampar, tapi gadis di depannya hanya memandangnya dengan sedih dan sedikit terenyuh.

Tuhan, hampir saja Varrel ingin terkekeh menyadari betapa bodohnya setiap gadis yang sudah pernah dia pacari. Apakah mereka tidak punya otak barang segram saja untuk berpikir kalau Varrel hanya bermain-main dengan mereka.

"Kamu mikirin aku sampe segitunya, Rel?"

Varrel membuka bibirnya sedikit dan kemudian mengangguk. Sepertinya dia benar-benar dikelilingi perempuan yang agak dibawah rata-rata. Cewek berpengalaman seperti Neira sudah pasti akan menggamparnya ketika mengatakan putus dan kalimat bullshit tadi. Tunggu, bahkan Neira akan menamparnya ketika menyatakan cinta.

Gadis itu memeluknya, sambil menghapus air mata tentu saja. "Makasih, ya. Tapi habis UN kita balikan, kan? Aku gak apa-apa kalo LDR, rel..."

Cowok itu hanya menepuk-nepuk pelan punggung gadis dipelukkannya dan berdehem dengan tidak ikhlas. Halah, kalau LDR bagaimana dia bisa bersenang-senang? Mana cewek ini diajak ciuman saja tidak bisa. Haduh. Varrel mau kabur saja sekarang.

Gadis itu melepaskan pelukkannya dan Varrel buru-buru memasang tampang bersalah juga senyuman sedihnya. "Kita break, kan? Sampe selesai kelulusan, ya? Thank you udah mikirin aku, Rel. But are you okay?"

Varrel menganggukkan kepalanya dengan pelan, berusaha terlihat sedikit ragu untuk meyakinkan aktingnya, "It's, okay. Orang tua kamu juga nanti pasti masalahin hubungan kita kan kalo kitanya kenapa-napa sama nilai di sekolah"

"Ya, ampun. Kamu baik banget. Gak kayak yang dikatain temen-temen les aku..."

Varrel menaikkan satu alisnya, "Hah? Gimana?"

"Mereka bilang kamu itu player, brengsek, jahat, suka mainin cewek. Padahal kamu itu selama ini baik banget terus perhatian gitu. Jahat banget ya, mereka..."

Buset, dah. Bajingan mana itu yang berani ngatain gue. Varrel tersenyum kembali dengan tenang, "Mungkin karena aku anak motor. Biasanya anak geng motor kan imagenya negatif..."

Gadis itu memberengut, menghela nafas dan kemudian tersenyum pada akhirnya. "Ya, udah. Belajar yang bener ya, Rel. Makasih, ya..."

Varrel menarik nafas dengan selega-leganya setelah kepergian mantan pacarnya itu. Dia terduduk di salah satu bangku ruangan praktikum yang kosong. Cowok itu melirik salah satu sahabatnya yang sudah masuk ke dalam ruangan.

"Orang gila..." Sandy menggelengkan kepalanya, "Bosen lagi? Baru juga sebulan, Rel..."

"Elah, sebulan tapi cuma elus-elus tangan. Mbok minah di rumah gue juga bisa kalo itu doang mah..." Varrel menaikkan satu kakinya ke atas meja kemudian bersandar di meja belakangnya

Sandy menggelengkan kepalanya, "Terus kenapa dipacarin, dong?"

Varrel hanya mengedikkan bahunya tapi kemudian menarik satu sudut bibirnya dengan cepat. "Anak kepala dinas pendidikan. Menurut lo nih, kalo ada bocoran soal bakalan dikasih ke siapa?"

Sahabatnya mengulum lidah, berpikir sejenak dan ikut tertawa sinis pada akhirnya. "Jadi gitu cara main lo? Boleh juga..."

"Hm... Gue gak tau sih mikirnya apaan, tapi gue gak mau cari ribut sama bokapnya. Itu anak ngajakinnya backstreet soalnya kemaren..." lalu Varrel melirik ke arah Sandy, "Terus ternyata gue pacar pertamanya dong, San. Dikira gue bahan percobaan kali... Wah, cewek jaman sekarang kalo gak rusak ya bego banget anjir..."

"Sama aja. Lo juga bego terus brengseknya kelewatan..."

Varrel menaikkan satu alisnya kemudian, "Sampe bocoran soal itu ke tangan gue. Lo orang pertama yang gue gampar pake kunci jawabannya, San"

Sandy merubah raut wajahnya menjadi lebih ramah kemudian. "Ampun, Baginda. Baginda apa tidak kasihan dengan hamba? Baginda pasti sudah lupa dengan semua jerih payah kesetiaan hamba yang tidak ember membocorkan kalau Baginda sering main gila sama Mbak Neira yang sekarang lagi pacaran sama Mantan Bos Baginda dulu. Tolong ampuni hamba Baginda..."

Bukannya membalas ucapan Sandy, Varrel memilih diam sesaat kemudian mengulang kembali ucapan Sandy di dalam ingatannya. Matanya menyipit sejenak kemudian melirik tajam Sandy. "Lo... Tau darimana si cewek gila itu pacaran sama mantan bos lo yang brengsek itu?"

"Lo aja kali yang telat. Anak geng (motor) kita udah pada tau dia nyonyah baru. Yeah, gak heran sih Neira dapet itu orang..." Sandy menganggukkan kepalanya, "Sabar ya, lo emang cuma hiburan buat Neira..."

Varrel menepis tangan besar Sandy dan memilih tersenyum kecut kemudian. "Lo tau darimana lagi kalo gue sama dia suka main gila? Emang lo tau kalo gue ama dia suka tidur bareng? Lo simpenannya juga? Lo naksir sama Neira juga?"

Sandy mengedikkan bahunya, "Rel, lo kalo mabok ngigonya nama doi. Untung aja pas lo teler gitu adanya cuma gue. Pake nelpon-nelpon si Neira malem-malem..."

"Haish. Rahasia ini pokoknya... Jatuh reputasi gue kalo orang tau gue jadi babu Neira..." Varrel menggaruk kepalanya kemudian

"Aman. Masa liat lo menderita dibagi-bagi sih wkwkwkwk"

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang