Bab 5

12K 1.3K 135
                                    


Typo masih bertebaran.....

Happy Reading.....

Jaejoong tersenyum tipis melihat Changmin yang sedang menelungkupkan tubuhnya di atas karpet seraya menggambar. Merasa penasaran akan apa yang sedang di gambar Changmin, Jaejoong berjalan menghampiri Changmin dan mendudukan pantatnya di samping Changmin.

"Anak Umma sedang menggambar apa? Sibuk sekali?" Tanya Jaejoong, menolehkan kepalanya. Sepasang mata indah itu membulat dengan lebar begitu melihat gambar yang di gambar Changmin dan tanpa di sadarinya matanya langsung berkaca- kaca.

"Min, cedang gambal kelualga. Ini umma, ini Min dan ini Appa." Tutur Changmin menjelaskan gambarnya pada ibunya. "Lalu kita cemua pelgi ke taman belmain. Di cana Min, Umma cama Appa mencoba cemua wahan pelmainanya, cetelah itu kita akan naik biang lala lalu melihat matahali telbenam belcama- cama, celecai."

Sekuat tenaga Jaejoong menahan dirinya agar tidak menangis di depan Changmin walaupun percuma saja karena tetes demi tetes air mata telah jauh membasahi pipinya.

"Gambar Min sangat bagus." Parau Jaejoong memuji gambar Changmin seraya menyeka air mata yang membasahi pipinya.

Changmin tersenyum senang mendengarnya. "Min, gitu lohh..hehehheh.." Ujar Changmin terkikik geli seraya terus mewarnai gambarnya dengan Crayonnya. "Cetelah gambalnya celecai, Min mau kilim gambal ini ke kantol poc."

Kantor pos ?
Menyerngitkan dahinya, Jaejoong tak mengerti kenapa Changmin ingin mengirim gambar ini ke kantor pos?

"Wae ?" Tanya Jaejoong.

Changmin menolehlan kepalanya ke arah ibunya, lalu tersenyum sangat lebar. "Min, mau minta pak poc antalkan culat Min cama tuhan cupaya tuhan mengabulkan doa Min. Agal appa cepat pulang dan bica menemani Min dan Umma pelgi ke taman belmain. Cepelti yang ada di gambar Min."

Degg.....

"Hikkss....." Jaejoong terisak kecil tak bisa menahannya lagi. Sebegitu inginkah putranya ini bertemu dengan ayahnya. Ayah yang bahkan tak mengetahui keberadaanya sama sekali.

Changmin membulatkan kedua matanya dengan lebar mendengar ibunya menangis. Beranjak bangun, Changmin mendudukan dirinya di pangkuan Jaejoong. "Umma, kenapa menangic ?" Tanya Changmin sedih seraya menyeka air mata yang mengalir di pipi ibunya.

Grepp....

Jaejoong memeluk Changmin dengan erat lalu mengecup puncuk kepala Changmin berulang- ulang air mata masih terus mengalir di pipinya hatinya begitu sakit mendengar perkataan Changmin tadi.

"Hikss..ini semua karena kau Jung Yunho. Karena kau yang tidak percaya padaku putraku tumbuh tanpa merasakan kasih sayang seorang ayah. Aku benci kau Jung..aku benci..." Teriak Jaejoong dalam hatinya. Jika saja Yunho percaya sedikit saja padanya maka Changmin tidak akan mengalami ini semua.

Sementara itu Changmin hanya diam seraya menikmati pelukan hangat ibunya, ia tak tahu kenapa tiba- tiba saja ibunya menangis setelah ia menceritakan tentang gambarnya.

Apakah ibunya sakit? Atau ibunya tidak suka pada ceritanya? Entahlah Changmin tidak tahu.

.

.

.

"Cepat cari tahu semuanya. Jangan sampai ada yang terlewat sedikitpun. Dan berhati- hatilah jangan sampai ketahuan." Ujar Mrs Go pada pria berjas hitam di hadapannya. Menganggukan kepalanya, Pria berjas hitam itu membungkukan badannya, dan bergegas pergi meninggalkan paviliun selir Go.

"Umma, menurutku umma terlalu berlebihan. Aku sangat yakin jika anak itu bukan anak Yunho. Jaejoong tidak mungkin mengandung anak Yunho karena selama lima tahun pernikahan mereka aku sudah memberinya obat pencegah kehamilan melalui dayang bodoh itu." Tutur Ahra tak suka akan tindakan yang di lakukan oleh ibunya yang menurutnya hanya membuang- buang waktu saja.

The Concubine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang