14 (The Truth)

10.9K 1.2K 110
                                    


Happy Reading.......

Yunho memakan sarapannya dengan tidak berselera, semalam ia tidak bisa tidur setelah terlibat pembicaran serius dengan Yoochun. Mengangkat kepalanya, Yunho menatap Ahra yang sedang menyantap sarapanya dengan tenang. Menghela nafas panjang ia tidak tahu harus percaya pada perkataan Yoochun atau tidak. Mentri Go adalah orang kepercayaan mendiang ayahnya, tidak mungkin Mentri Go akan berbuat seperti itu.

Yunho, ingatlah. Saat kau ragu pada siapa yang ingin kau percayai. Maka bertanyalah pada hatimu sendiri. Karena hati tidak bisa berbohong.
Yunho memejamkan kedua matanya saat mengingat perkataan mendiang ayahnya dulu. Ayahnya benar, ia harus bertanya pada hatinya siapa yang ingin ia percayai.

"Appaa..."

Yunho membuka kedua matanya begitu mendengar suara Changmin yang memanggilnya. Menolehkan kepalanya, Yunho tersenyum lembut pada Changmin yang duduk di sebelahnya.

"Ada apa?" Tanya Yunho mengelus rambut Changmin.

"Kenapa, Appa nda makan?" Tanya Changmin memiringkan kepalanya dengan polos.

"Appa makan, lihalah." Sahut Yunho menyuapkan sesendok penuh nasi kedalam mulutnya. Changmin yang melihat Ayahnya kembali makan, melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda. Sesekali mata bambinya akan melirik pada sang Ayah untuk memastikan ayahnya memakan sarapannya.

"Appa haluc makan yang banyak, ne..Min nda mau Appa campai cakit." Seru Changmin penuh perhatian yang membuat Yunho begitu terharu dengan perhatian yang di berikan Changmin padanya.

"Tentu saja, appa akan makan yang banyak." Sahut Yunho kembali melanjutkan sarapannya.

Jaejoong yang sedari tadi memperhatikan interaksi Changmin dengan Yunho, hanya diam. Ia mengenal Yunho cukup lama dan tahu jika saat ini ada sesuatu yang mengganjal pikiran Yunho. Mencoba tak peduli, Jaejoong kembali melanjutkan sarapannya, terserah Yunho sedang memikirkan apa, ia tidak peduli.

.

.

.

Ahra memperhatikan dari jauh Changmin yang sedang bermain di taman di temani oleh Junsu dan beberapa orang pengawal. Memasang senyum manis di wajahnya, Ahra berjalan menghampiri Changmin lalu mendudukan pantatnya di samping Changmin. Changmin yang sedang asik bermain mobil- mobilan langsung memasang wajah datarnya begitu melihat Ahra.

"Changminnie! Bolehkan aku memanggilmu seperti itu." Seru Ahra mencoba menarik perhatian Changmin.

Changmin langsung berdiri dari duduknya kemudian berkacak pinggang di hadapan Ahra. "Panggil Min, Putla Mahkota. Dacal tidak copan. Bibi mau appa menghukum bibi kalena belcikap tidak copan padaku?" Seru Changmin memarahi Ahra membuat Junsu menahan tawanya mendengarnya.

Grr...jika bukan untuk melancarkan rencannya, Ahra tidak akan tinggal diam saja di marahi oleh bocah seperti Changmin. "Arraso, maafkan saya Putra Mahkota." Sahut Ahra memasang wajah penuh sesalnya.

"Kali ini, Min memaafkan bibi, tapi tidak untuk lain kali. Cekalang katakan ada kepeluan apa Bibi datang ke cini? Min cedang cibuk, jadi cepat katakan cemuanya."

"Bibi? Apakah aku setua itu. Ckckc...dasar anak dan ibu sama- sama menjengkelkan." Rutuk Ahra dalam hati.

"Ehmm...begini. Bibi sedang merasa bosan. Jadi bolehkah bibi ikut bermain?" Ujar Ahra semanis mungkin tak lupa masang puppy eyesnya yang terlihat menyeramkan untuk Changmin hingga membuatnya merinding.

Bermain??
Changmin mengerjapkan kedua matanya mendengar perkataan Ahra yang ingin bermain denganya. Mengelus dagunya, tidak ada salahnya membiarkan Ahra bergabung dengan dirinya.

The Concubine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang