R&J kh3

1.1K 154 1
                                    

Masa Lalu


Gadis imut itu berlari ke parkiran di mana sepedanya terparkir. Setelah sampai, Joya menghela napasnya dengan kasar. Benar kata Aliya, dua ban sepedanya sudah kempis.

"Kuda poni! Dasar jelek, sinting, kutu kupret, tai lo. Maju sini, gue telen lo hidup-hidup!" teriak Joya mengerahkan semua kekesalannya. Ia bersumpah serapah tanpa berpikir mengampuni orang yang sudah membuat hidupnya sengsara.

"Nggak usah teriak-teriak, gue di sini." Suara orang tersebut berada di atas pohon dekat parkiran. Reflek, kedua gadis itu menengadah, menatap pemuda nakal yang nangkring di atas sana.

"Turun lo!" perintah Joya seraya berkacak pinggang.

"Mau apa? Mau cium gue, ya? Idih nakal." Pemuda itu malah membuat Joya semakin kesal. Ocehannya selalu saja ampuh membuat hari-hari gadis itu semakin runyam.

"Najis. Mati aja lo, pengecut!" Joya masih kesal, sehingga kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu tidak terkontrol.

"Kurang banyak, sih. Kan, cuma kempes nggak sampai penyok."

Lihat, pemuda itu masih saja sama, mengganggu gadis bernama Joya Avara tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Idung lo yang gue penyokin!"

"Cie, mau cium hidung Abang Rey yang mancung ini." Jawaban pemuda bernama Reynand memang sengaja membuat Joya darah rendah.
Gadis itu ingin sekali menjambak poni pemuda bermarga Arkatama itu dengan sekuat tenaga, kemudian mengguntingnya sampai botak seperti tuyul.

Merasa ikut kesal, kini giliran Aliya yang berteriak, "Mendingan lo turun deh biar ngerasain bogemnya Joya!"

"Nggak! Gue nggak mau turun. Takut digigit Joya, Abang belum siap." Dasar kutu beras.

"Lo mau di situ sampai pelajaran selesai? Turun atau gue sunat ulang lo pakai gergaji?!" ancam Joya. Namun, detik kemudian tidak ada yang berubah, Reynand Arkatama masih menjawab semaunya.

"Emang lo ahli dalam sunat menyunat? Jangan bahas itu, belum muhrim." Pemuda itu menggeleng tidak setuju.

Kesabarannya mulai habis, Joya mengambil batu-batu kecil lalu melemparnya pada Reynand yang masih di atas pohon, tetapi lemparan gadis itu selalu meleset.

"Nggak kena sayang, lo nggak jago lempar batu. Belajar dulu sama Abang Rey, gue jago lempar, lempar cinta buat Neng Joya," celetuk Reynand seraya menghindari lemparan kerikil dari Joya dan Aliya.

Kedua gadis itu terus saja melempar kerikil pada Reynand, tetapi tidak mengenai pemuda itu sama sekali. Sungguh menjengkelkan.
Karena sudah lelah dan melihat betapa dua gadis itu semakin menyeramkan, Reynand akhirnya menyerah. "Ok, gue nyerah, gue turun."

Joya dan Aliya pun menghentikan aksinya. Gadis cantik itu menggulung lengan bajunya, bersiap memberi bogem mentah pada Reynand jika pemuda itu sudah turun dari pohon.

Dengan hati-hati, Reynand mulai mengarahkan kakinya ke ranting yang bisa membantunya untuk turun. Sampai akhirnya dia menginjak ranting yang sudah kering.
Krek! Gubrak!

"Aw!" Pemuda itu mengaduh saat tubuhnya jatuh dengan posisi pantat yang mendarat terlebih dulu.
Seketika Joya dan Aliya tertawa sekencang-kencangnya, merasa senang ketika teman sekelasnya yang jail terkena azab.

"Rasain lo, itu namanya karma, makanya jangan gangguin anak salihah!" kata Joya sembari terbahak.

"Tolongin dong, tulang ekor gue retak kayaknya nih!" ucap Reynand seraya meringis kesakitan.

Reynand & Joya (Kepulangan Hati) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang