R&J kh11

738 108 9
                                    

Ingatlah

Gadis cantik itu menggeliat di kasurnya. Baru beraktifitas normal, tetapi sudah merasakan lelah, terlebih harus mengejar mata kuliah yang tertinggal. Tiba-tiba matanya berhenti di satu pemandangan yang membuatnya menarik sudut bibirnya.
Sebuket bunga sudah ada di samping tempat tidur gadis berwajah imut itu. Entah siapa yang membawakan bunga tersebut ke kamarnya, tetapi dia yakin kalau bunga mawar berwarna merah muda itu pemberian dari Amir—pemuda yang Joya anggap sebagai pacarnya.

Ia mengambil buket bunga indah itu, kemudian menghirup wanginya dengan tenang, sungguh menyegarkan. Joya lalu turun dari kamarnya menuju dapur, menanyakan siapa yang sudah memberi bunga di pagi ini.

"Bu, siapa yang taruh bunga di kamar?" tanya Joya memancarkan wajah berseri. Akhir-akhir ini dia kembali menjadi gadis yang yang ceria.

"Em ...." Farah bingung harus menjawab apa, pasalnya bunga itu dari Reynand. Bahkan, pemuda itu juga yang mengantarnya ke kamar Joya dengan mengendap-endap karena ingin melihat gadis itu. Namun, bagimana respon Joya jika mengetahui itu bunga dari Reynand. Farah sangat khawatir jika putrinya curiga atau sampai berusaha mengingat dengan keras, itu membahayakan dirinya. Akan tetapi, bila tidak jujur, sama saja akan menyakiti Reynand secara tidak langsung. Meskipun, tadi pemuda bertindik itu menyuruhnya untuk tidak mengatakan ... kalau bunga tersebut darinya, tetapi tetap saja Farah merasa bersalah.

"Bu!" Joya menyadarkan ibunya yang terlihat melamun.

Farah lalu tersenyum menenangkan diri. "Itu ... dari—"

"Dari kak Amir, ya?" potong Joya tidak sabar menunggu jawaban ibunya yang terlihat masih berpikir.

Wanita itu meneguk salivanya dengan susah payah. Mengingat perasaan Reynand, Farah menjadi tidak sanggup berbicara, tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya.
Akhirnya Farah mengangguk saja, tanpa sepatah kata pun. Reynand yang menginginkan jawaban itu, mungkin jika pemuda itu mendengarnya langsung, akan lebih baik jika tuli.

Joya kembali menghirup aroma bunga mawar itu, tidak lupa menarik setiap sudut bibirnya untuk tersenyum ke sekian kalinya.

"Joya suka."

xx

Dua pemuda yang telah bersahabat lama masih saling diam, tidak mau mengajak bicara satu sama lain. Wajah keduanya sama-sama lebam, bukan karena tawuran atau berkelahi dengan mahasiswa lain, melainkan mereka saling adu tinju tadi malam. Reynand maupun Andi sama-sama kesal dengan keadaan saat ini, waktu mempermainkan perasaan mereka.
Sehingga akhirnya adu pukul yang mereka lakukan, karena sama merasakan keadaan yang menyakitkan.

Andi kesal, karena amnesia yang Joya alami disebabkan olehnya, dan Reynand menjadi kalut acap kali mengingat Joya yang seharusnya di sisinya. Hal itu membuat Andi melepas pukulannya untuk Reynand yang semalam menangis sejadi-jadinya.

Sampai di kampus, mereka masih saling bungkam, walau berangkat bersama dari kos-kosan, tetapi mereka tidak mau saling menegur.

Andi yang melihat Joya sedang ada di halaman kampus, langsung turun dari motor dan melangkah menghampiri gadis itu. "Joy! Gue mau ngomong sama lo sebentar."

Teriakan Andi berhasil menghentikan Joya. Gadis itu pun melempar senyum. "Mau ngomong apa?"

"Reynand itu—"

Buk!
Sebuah tas punggung dilempar oleh seorang cowok bertindik sesaat sebelum Andi menyelesaikan ucapannya.

"Bawain tas gue ke kelas! Enggak usah sok-sokan mau ngombrol sama cewek cantik. Cepetan!" perintah Reynand membuat pemuda itu marah. Andi melotot, dia mulai kesal dengan situasi ini. Andi tahu kalau Reynand sedang menahannya agar tidak melakukannya. Padahal, rasa sakit di hati sahabatnya itu lebih dalam setiap kali menatap Joya dari dekat.

Reynand & Joya (Kepulangan Hati) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang