R&J kh8

963 150 23
                                    

Kenyataan Pahit

"Tawa yang tercipta kemarin, kini berubah menjadi tangis. Aku hanya dapat bersanding di dekat raga, tanpa dapat mendapat balasan kata."

~~~

Tut ... tut ... tut.
Suara mesin rumah sakit menyayat hati yang mendengarnya. Keadaan tidak menyenangkan itu harus mereka lihat dengan hati yang berat. Berdirilah pemuda berlesung pipit dengan tubuh melemah. Di luar sebuah ruang perawatan pasien, air matanya pecah. Ia harus melihat kenyataan pahit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Ruang rawat itu menyuguhi pemandangan tidak mengenakkan. Seorang gadis terbaring lemah dengan selang infus dan peralatan rumah sakit lainnya sebagai penunjang hidupnya.

Reynand berdiri dengan hati yang sudah patah untuk kesekian kalinya, mendapati gadis yang sudah satu bulan ini dia cari, sedang terbaring tidak berdaya, membuatnya kembali merasakan sayatan di dalam ulu hati.

Ia merasa bodoh dan bersalah karena tidak ada saat gadis itu membutuhkannya, di saat gadis itu tengah merasakan rasa sakitnya, dan tidak ada di saat gadis itu dalam masa kritisnya. Memang bukan salahnya, tetapi semua itu membuatnya seakan menjadi laki-laki terbodoh.

Buk! Buk! Buk! Bertubi-tubi Reynand mendaratkan pukulannya di tembok rumah sakit, mengerahkan kemarahannya.

"Udah Rey, semua ini udah terjadi, ini bukan salah lo." Vino berusaha menenangkan Reynand yang masih kalut, sampai tangan kanan pemuda itu terluka.

"Gue benci sama semua ini, Vin. Kenapa gue enggak ada di saat Joya lagi butuh gue, Vin?" Suara Reynand bergetar karena tangisnya yang tertahan.
Aliya maupun Andi hanya dapat tertegun, sama tidak percayanya. Ternyata, Joya menghilang bukan tanpa alasan, melainkan dia tengah dirawat.

Tidak lama, seorang wanita separuh baya datang tanpa mengetahui kalau ada beberapa anak di depan ruangan putrinya.

Wanita itu memekik karena terkejut dengan keberadaan Reynand dan teman-teman yang lain. "Kalian?"

Farah memang tahu ada sekelompok orang mencarinya di rumah sakit ini sejak pagi, hanya saja dia pikir tidak sampai ke telinga Reynand. Farah pikir, orang itu tidak akan memberi tahu keberadaannya, meski jauh-jauh hari dia sudah menyiapkan diri untuk hal ini.

Reynand dan lainnya menatap Farah dengan pandangan tidak percaya. Pemuda bertindik itu bahkan ingin sekali marah, tetapi lidahnya begitu kelu.

"Kita harus bicara, Bu," ucap Reynand kemudian mengajak wanita itu untuk keluar.

Mereka ke halaman rumah sakit tersebut untuk bicara. Namun, Reynand masih sangat kesulitan untuk memulainya, perasaannya begitu kacau.

"Ibu enggak mau semua orang yang sayang sama Joya tau ... kalau Joya koma. Ibu enggak mau!" Farah langsung saja membuka suara untuk menjelaskan, meski tanpa diminta.

"Kenapa, Bu? Rey sayang sama Joya. Ibu juga tau kalau Joya pasti butuh Rey. Rey khawatir sama keadaan Joya, Bu." Reynand kalut, sampai tidak dapat mencegah air matanya untuk jatuh.

"Ibu enggak mau kamu tau keadaan Joya yang sebenernya. Ibu enggak mau semuanya jadi tau keadaan Joya. Yang Ibu mau, Joya kembali saat sudah sembuh, bukan begini caranya." Farah kembali menjelaskan, dan memberi alasan menyembunyikan putrinya dari semua orang.

"Ibu tau? Dengan Ibu nutupin semua ini dari kita, Rey yang sakit. Rey nyariin Joya sama Ibu satu bulan ini. Apa Ibu enggak sadar kalau hal itu juga bikin Rey sakit?" Reynand masih tidak percaya, dengan apa yang sudah dilakukan Farah padanya. Menyembunyikan Joya adalah hal buruk yang seharusnya tidak dilakukan, pikirnya.
Reynand kemudian mengusap wajahnya dengan kasar dan segera menyadarkan diri agar tidak terlalu kalut dalam rasa kecewanya.

Reynand & Joya (Kepulangan Hati) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang